“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Islam In Europe


Oleh: Costa, Dimas, Obi, Maya, Ria (Mahasiswa HI UMM)


 

Abstract

Study about international world, not only discussing or debating about politic, economic, or war-peace, etc. However along with the development world, religion began to take an important role in the international world, and international relation study about that. We can see how Islam or muslim increasingly existence from history, and how things have progressed in non muslim countries to the role in each country, which shape the behavior of muslim accourding Islamic role, or what God instructed.  We can’t denia that the rising of Islam can’t be separated by Arab-Middle East, the members of African continent, and slowly began to spread in Europe, America, Australia, and Asia. In the other words, all of the continents in the world is inhabited by Muslims. Europe is a country with a majority non muslim population, even though there are capacity for minority of muslims. How Islam can rising in Europe?, what the deferences between Islam in the other Country? How the  process to be development of Islam in Europe?, And how the government's response to view of Islam that only a minority? The questions is important to be answer so we were able to explain how Islam in Europe.
Key Words : History of Islam in Europe, the development of muslim in Europe, muslim and Politic in Europe.
A.    Pendahuluan
Ketika Islam masuk ke Eropa yang diperkirakan sekitar tahun 1950an, jauh sebelum tahun tersebut, gelombang pertama yakni umat muslim pernah dan telah menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di benua ini, yakni ketika masa imperium 711 M. Dimana Jenderal Islam Thariq bin Ziyad dibawah daulat bani umayyah melakukan ekspansi untuk membantu umat non muslim yang ketika itu berada dalam penindasan oleh raja Roderick, dan seiring perjalanannya tersebut juga untuk memperluas kerajaan Islam. Kedatangan Thariq dengan 7000 tentara melewati selat Gibraltar, yang sekaligus menandakan awal masuknya Islam di Benua Eropa. Islam pernah Berjaya di Eropa sekitar 9 abad, selain karena penguasaan ilmu pengetahuan, luas wilayah Islam yang menyebar hampir ke penjuru Eropa, juga karena masyarakat pada masa itu mulai tertarik untuk memeluk Islam, dengan pertimbangan bahwa Islam merupakan agama yang bertoleransi, dan tidak adanya paksaan untuk memeluk Islam.
Adapun wilayah yang menjadi tempat bersejarah bagi kejayaan Islam Eropa antara Lain Andalusia, Sicilia, dan Creta. Andalusia yang sekarang kita kenal dengan nama Spanyol dan sebagian dari wilayah Portugal. Kita juga mengenal Cordoba, Granada, Elvira, Malaga dll. Karena semakin besar wilayah Islam di Eropa, dan kurangnya kendali dari dinasti Muawiyyah dalam memerintah sehingga semakin besar tantangan yang datang baik berupa pengusiran atas orang orang Muslim, juga masuknya pengaruh Kristen yang mendominasi kekuasaan sehingga memaksakan orang muslim Spanyol untuk dibaptis dengan paksa dan masuk agama Kristen (Morisco)[2]. Hal ini berdasarkan seruan dari Raja atau penguasa negara kota di Spanyol kala itu. Akibatnya tahun 1614, dapat dikatakan terjadi kepunahan ditubuh umat Muslim di Eropa.

Sekalipun kedatangan atau masuknya Islam ke Eropa dapat dikatakan singkat yakni kurang lebih 9 abad, namun hal ini tetap menjadi peristiwa bersejarah bagi umat Islam, dan dunia internasional, terutama negara-negara Eropa pun ikut mengakui hal tersebut. Setidaknya di Andalusia peradaban Islam tumbuh dengan subur dalam satu bentuk yang paling gemilang. Andalusia juga dikenal sebagai pusat pendidikan Islam, karena dari daratan inilah banyak sekali melahirkan ilmuan-ilmuan besar yang sampai saat ini dikenal diseluruh Eropa, belum lagi terdapat peninggalan dari arsitektur Islam, seperti masjid, dan bangunan tua lainnya.
Jika dibandingkan rasio muslim dahulu dan saat ini yang ada di Andalusia, hanya beberapa ribu orang saja yang kembali memeluk Islam (Muallaf), dan kemudian mereka membentuk minoritas Muslim baru yang saat ini tengah berkembang di daratan Eropa. Adapun keturunan dari orang-orang Andalusia ini kemudian menyebar ke beberapa negara baik di Afrika, maupun di beberapa negara lain di Eropa. Adapun Sicilia dan Creta memiliki persamaan dengan Andalusia, yakni para pengungsi dari Andalusia kebanyakan bermukim di kedua tempat tersebut, selain itu kedua wilayah ini pun pernah diduduki oleh daulat Aghlabiyah dan dinasti Balluti.
Saat ini Komunitas muslim yang hidup di Eropa dibagi dalam dua bagian yakni komunitas yang tinggal di Eropa Timur, bekas Imperium Usmani, dan komunitas yang berimigrasi karena kolonisasi Eropa di negara-negara muslim pada masa lampau dan mereka tinggal di Eropa Barat.
B.     Konsep
Muslim Eropa di kenal sebagai kelompok Minoritas. Dan jika dilihat dari akar katanya, maka terdiri dari Minoritas dan Muslim itu sendiri. Minoritas berarti sebagian dari penduduk yang memiliki perbedaan ciri dari penduduk mayoritas ( biasanya ), dan sering mendapatkan perlakuan yang berbeda baik secara positif maupun negatif. Sedangkan Muslim adalah orang-orang yang mengakui bahwa Muhammad Saw, adalah utusan Allah yang terakhir, dan mengakui Islam sebagai ajaran yang benar. Karena ciri yang berbeda ini, sehingga perlu adanya ikatan yang kuat antar sesama minoritas ini untuk membangun solidaritas di kalangan umat Islam.
Jika dilihat dari sejarah kemunculan Islam sendiri, sebenarnya Islam adalah agama yang minoritas pada masa dulu (kaum Quraisy), namun perlahan semakin berkembang menjadi sebuah agama yang besar. Hal ini dapat dikatakan karena factor Hijrah, seperti yang pernah dilakukan Nabi Saw, yang berhijrah dari Mekah ke Madinah, karena fakor keamanan, penyebaran Islam, dan juga karena factor pendidikan dan ekonomi.
Berbicara tentang komunitas Muslim, maka tentu saja perlu adanya sebuah organisasi muslim yang mampu menampung aspirasi minoritas muslim di Eropa, bagaimana mendapatkan hak yang sama dalam negara layaknya kelompok mayoritas, dll. Kebanyakan muslim minoritas diberlakukan tidak adil dalam hal ekonomi, sehingga perlu diadakannya sebuah organisasi muslim untuk menampung dan membicarakan bagaimana Islam itu dapat berkembang melalui penggalangan dana dari setiap umat Islam demi pembangunan sebuah mesjid, sekolah Islam, dll.  Tidak hanya masalah ekonomi, Muslim minoritas pun dihadapkan pada permasalahan social yakni sering terjadinya asimilasi akibat gaya hidup yang berbeda dengan penduduk mayoritas. Ada sebagian yang mengikuti, dan ada juga sebagian yang tetap berpegang teguh pada ajaran Islam, ex : memakai pakaian yang mengikuti trend, namun masih tetap berniat untuk menutup aurat. Sedangkan dalam hal politik bagi kaum minoritas masih seputar pada pengingkaran terhap hak-hak Muslim dalam berpolitik, selain itu juga terjadi penganiayaan terhadap kaum minoritas muslim di sebagian negara – negara Eropa.
Represi atau penindasan terhadap kaum minoritas muslim dilakukan oleh kelompok mayoritas Eropa, yang mana agama Kristen merupakan penganiaya utama. Penyebab dari represi tersebut adalah karena perbedaan antara kedua agama ini dalam proselytisme[3]. Dalam agama Islam sendiri setiap orang diberi kebebasan untuk memeluk agama yang diyakininya benar dengan kata lain ‘ Tak ada Paksaan dalam beragama’. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah: 256, dan juga surat Al-kafirun: 6. Sedangkan Kristen Eropa pada masa dulu menganggap kebebasan itu menjadi sebuah penghambat, sehingga perlu adanya paksaan bagi setiap penduduknya untuk memeluk agama seperti yang dianut oleh penguasanya, hal ini yang akan membawa kemajuan pada perkembangan agama Kristen di Eropa.  Pemaksaan ini di kecualikan bagi orang-orang Yahudi, tentunya berdasarkan proses sejarah. Sekalipun proses Islamisasi dinilai lambat, namun perkembangan dan penyebaran Islam itu berdasarkan pada keyakinan yang ikhlas untuk memeluk Islam.

. 




C.    Pembahasan
Pandangan bahwa Islam adalah rival baru dunia barat pasca runtuhnya komunisme berakar pada konstruksi teologis dan narasi pengetahuan orientalis yang panjang. Menurut Bernard dan Samuel Huntington[4] menganggap bahwa Islam pada dasarnya mempunyai nilai-nilai yang tidak akan cocok dengan nilai yang di anut dunia barat. Perbedaan pada aspek nilai-nilai dasar ini dipandang tidak dapat terjembatani, sehingga akan terus menerus menjadi sumber ketegangan antara Islam sebagai bagian Timur dengan dunia barat atau eropa. Di kalangan akademisi, perhatian terhadap komunitas-komunitas muslim di negara-negara  non-muslim seperti di Eropa baru mendapat tempat yang cukup memadai sejak jatuhnya rezim komunis di Uni Soviet.
Munculnya Migrasi dan Multikulturalisme di Eropa dalam hal ini umat muslim dapat kita lihat semakin banyak jumlahnya ketika dibukanya terusan Suez pada tahun 1869, dengan melewati pelabuhan Aden untuk memasuki wilayah Inggris, orang-orang Afrika (Tunisia, Maroko, Aljazair) , Somalia, Turki, berbondong-bondong memasuki wilayah Eropa. hal ini tidak lain karena adanya interaksi antara orang Afrika dan Eropa dalam hal pekerjaan, perdagangan sebagai proses pemenuhan Ekonomi, dan berlanjut pada proses pernikahan umat muslim dan orang Eropa setempat yang lambat lauan menjadikan suatu proses multicultural, dan berkembanglah Islam di Eropa, meskipun masih dalam jumlah yang sedikiti (minoritas).
Dengan melihat pada rasio pertumbuhan Islam di Eropa di perkirakan saat ini muslim di Eropa mencapai lebih dari 10 juta orang atau 3% dari jumlah populasi Eropa. Di Jerman saja jumlahnya mencapai 2,5 juta dan di Prancis mencapai 3 juta orang serta di Inggris, Belanda dan Yunani mencapai 4% dari jumlah populasinya. Isu mengenai keragaman kultur sudah menjadi kenyataan yang harus di terima oleh  masyarakat Eropa yang sebelumnya relatif homogen. Multikulturalisme di Eropa mulai goyah semenjak tragedi WTC 9/11 pada tahun 2001, serta pada peristiwa Madrid tahun 11 maret 2004 dan London pada tahun 2005.
Adapun Pemahaman tentang sekulerisme dalam prateknya seringkali di reduksi menjadi sebuah konsepsi yang taken for granted (pandangan ini berasal dari Liberalisme). Prancis mempunyai pengalaman yang panjang dan paling ketat dengan sekulerisme. Interpretesi perancis terhadap sekulerisme dikenal dengan istilah laicite, sebuah istilah yang berakar dari tradisi pemisahan antara agama dan negara di Perancis sejak revolusinya. Dalam praktiknya, kebijakan negara yang sekuleristik sering menimbulkan kontroversi. Salah satunya kasus paling heboh di Perancis yang berkaitan dengan isu sekulerisme adalah  kasus pelarangan pemakaian jilbab bagi perempuan Muslin di sekolah-sekolah negri serta pelaranggan bagi agama-agama lainnya mengenakan identitas agamanya.
Berikut ini table laju pertumbuhan Muslim di Eropa pada tahun 1971-1982.

Nama Negara
Ribuan
Muslim/Persentase Jumlah Penduduk
Yugoslavia
Prancis
Albania
Jerman Barat
Bulgaria
Inggris
Belanda
Belgia
Yunani
Cyprus
Spannyol
Italia
Austria
Swiss
Rumania
Denmark
Swedia
Polandia
Norwegia
Lain-lain
4.825
2.500
2.110
1.800
1.700
1.250
400
350
160
155
120
120
80
70
65
35
30
22
12
31
21,5%
4,6%
75,0%
2,9%
19,3%
2,2%
2,8%
3,6%
1,6%
24,4%
0,3%
0,2%
1,1%
1,1%
0,3%
0,7%
0,3%
0,06%
0,4%
Jumlah
15.835
3,2%

Dari table diatas dapat dilihat ada negara dengan persentase diatas 10%; Albania, Cyprus, Yugoslavia, dan Bulgaria. Sedangkan jumlah penduduk yang lebih dari 1 juta terdiri atas enam negara yaitu; Albania, Yugoslavia, Prancis, Inggris, Jerman Barat, dan Bulgaria.

1.      Muslim Albania
Dilihat dari sisi sejarahnya, Albania merupakan keturunan Illyria dan merupakan negara dengan jumlah muslim terbanyak di Eropa, namun sayangnya mereka mendapatkan represi dari pemerintah yang berasal dari kalangan non muslim, selain itu negara Albania ini juga merupakan negara Atheis terbesar dan pertama (1976), sehingga semakin menekan umat muslim yang ada disana. Jatuhnya imperium Usmani dan menyebarnya kekuasaan negara Kristen semakin membagi-bagi wilayah Albania ini, akibatnya umat muslim mulai terpencar, dan menjadi kaum minoritas atas setiap negara bagian. Penganiayaan yang diterima muslim Albania makin diperparah ketika masuknya partai komunis di negara tersebut.
Sekalipun banyak terjadi represi, eksploitasi, dan diskriminasi yang didapat oleh kaum muslimin yang menjadi minoritas disana akibat dipecahnya negara tersebut, namun agama Islam sampai saat ini masih ada, dan umat muslim terus menjalankan aktivitasnya dalam keseharian mereka hingga saat ini, meskipun terkadang harus dengan diam-diam (rahasia). Tidak adanya pemberontakan yang dilakukan oleh umat Muslim, karena secara organisasi, umat muslim di sana kurang terkoordinasi dengan baik. Sekalipun banyak yang menentang Islam, baik pemerintah dalam suatu negara namun tidak menjadikan pemeluk agama ini menyerah, bahkan semakin ditekan, umat Islam semakin siap untuk menerima perlawanan tersebut, hal ini pun menjadi titik awal ketika nabi Muhammad dan para pengikutnya yang sedikit ketika mereka harus dikecam oleh kaum kafir Quraisy yang memaksa mereka untuk keluar dari Islam, namun mereka tetap pada pendirian mereka, dan Nabi pun mengambil pilihan untuk berhijrah ke Madinah demi menghindari kecaman dari kaum kafir Quraisy. Muslim Albania menganut paham Sunni dan bermazhab Hanafi.

2.      Muslim Yugoslavia
Yugoslavia merupakan negara federal yang terbentuk pada 13 Januari 1946. Pada awalnya negara ini dibentuk setelah PD I sebagai penyatuan Montenegro dan Serbia dengan provinsi Slav dari bekas imperium Austro-Hongaria. Pengakuan terhadap Muslim di Yugoslavia baru dilakukan pada tahun 1976, setidaknya jika kita ambil perbandingan antara umat muslim Albania dan Yugslavia, maka Muslim Yugoslavia masih lebih baik tingkat kehidupannya di negara tersebut, sebab adanya pengakuan dari negara terhadap agama Islam, dan adanya Organisasi Islam (MRU) yang terbentuk melalui proses solidaritas, hal ini di lakukan karena Yugoslavia memiliki 6 negara federal yang mana tiap negara terdapat penduduk Muslim. Oleh karena itu Muslim Yugoslavia masih mendapatkan posisi yang lebih baik, dan dapat menjalankan Syariat Islam dengan baik pula. Muslim Yugoslavia berasal dari Bosnia, dan beraliran Sunni juga bermazhab Hanafi. Yugoslavia merupakan negara pertama di Eropa yang memberikan penghormatan dan menghargai komunitas Muslim di negara mereka. Berikut adalah jumlah muslim Yugoslavia.
Republik dengan daerah dalam kilometer persegi
Penduduk dalam ribuan
1971
1981
Jumlah
Muslim
Jumlah
Muslim
Bosnia-Herzegovina (51.129)
Kossovo (10.887)*
Macedonia (25.713)
Montenegro (10.275)
Serbia (55.968)
Kroasia (56.538)
Slovenia (20.251)
Vojvodina (21.506)*
3.746
1.244
1.647
531
5.250
4.426
1.727
1.953

1.541 (41,5%)
1.010 (81,0%)
418 (25,0%)
119 (22,4%)
303 (6,0%)
124 (3%)
10 (0,5%)
12 (0,5%)
4.125
1.584
1.912
583
5.687
4.601
1.891
2.028
2.130 (51,6%)
1.360 (85,6%)
600 (31,4%)
150 (25,7%)
400 (7,0%)
150 (3,3%)
20 (1,1%)
15 (0,7%)
Jumlah    225.804
20.253
3.537 (17,2%)
22.411
4.825 (21,5%)
Negara otonom(*)

3.      Muslim Bulgaria
Tidak seperti Albania, Yugoslavia, Bulgaria memiliki nasib yang lebih buruk bagi kaum Muslim disana. Sebelum kemerdekaan negara ini, pada tahun 1877 terjadi konflik dengan Turki semakin membawa malapetaka bagi muslim yang berada di Bulgaria. Dan pada tahun 1908, terjadi genosida atas Muslim Bulgaria, dan hal ini berdasarkan kesepakatan penguasanya, belum lagi ketika partai komunis berkuasa, umat Islam diusir dari negara ini, hal ini semakin menurunkan populasi jumlah umat Islam di Bulgaria. Namun karena laju pertumbuhan penduduk yang sedikit dari kaum non Muslim, akibatnya pemerintah pun masih membiarkan umat Islam untuk tinggal di negara ini.
Muslim Bulgaria merupakan penganut mahzab Hanafi yang terbagi lagi menjadi tiga kelompok yaitu; orang Turki termasuk Tartar, orang Promak atau Islam Bulgaria, dan Gypsy. Represi yang didapat antara minoritas Muslim Albania dan minoritas muslim Bulgaria setidaknya memiliki perbedaan, yakni Penganiayaan Muslim Albania dilakukan terhadap semua agama, tidak hanya Islam, sedangkan Di Bulgaria, penganiayaan hanya dilakukan oleh umat muslim saja, karena pemerintah mendukung setiap kegiatan agama kristen ortodox Bulgaria, menghormati agama Yahudi, dan sekte-sekte lain.
4.      Muslim Cyprus
Cyprus juga merupakan salah satu bagian dari Imperium Usmani. Pada tahun 1914 Inggris masuki dan mengambil ahli wilayah yang merupakan warisan untuk Republik Turki Muda. Pada tahun 1955 Yunani melakukan pemberontakan terhadap Inggris akan tetapi komunitas muslim menentangnya karena mereka khawatir akan terjadi pengusiran orang-orang muslim bila Yunani berkuasa di negara mereka. Akhirnya pada 1959 dibuat kesepakatan atas kemerdekaan Cyprus dengan didalamnya dikatakan melindungi kepentingan kedua komunitas tersebut.
Komunitas muslim di Cyprus merupakan muslim penganut mahzab Hanafi sama seperti di Albania, Yugoslavia, dan Bulgaria. Jumlah muslim di Cyprus terus mengalami penurunan karena adanya pemaksaan imigrasi serta diskriminasi bagi komunitas muslim. Campur tangan Turki membuat Muslim Cyprus lebih aktif lagi,  dimana dari 6 provinsi di Cyprus Muslim banyak menempati dalam jumlah persentasi yang cukup besar. Cyprus Turki pun menyatakan diri untuk merdeka dan menjadi negara federal karena adanya diskriminasi dari Cyprus Yunani, dan juga Cyprus Turki merasa semakin terbelakang karena segala urusan dalam negeri dan kebijakan yang diambil hanya dilakukan oleh Cyprus Yunani, sehingga hak Cyprus Turki semakin ditiadakan.
5.      Muslim Prancis
Umat Muslim yang ada di Prancis berasal dari bekas jajahan Prancis pada masa sebelum PDI, dan perlahan karena adanya dorongan migrasi baik factor ekonomi, keamanan sehingga berbondong-bondong umat Islam datang ke negara ini terutama penduduk Aljazair, selebihnya adalah mereka yang datang dari Afrika hitam, Yugoslavia, Arab Timur, Turki, & Iran. Sisanya muslim Prancis itu sendiri. Muslim Prancis bermazhab Maliki, dan sayangnya sekalipun banyak umat Islam disana, namun tidak ada organisasi nasional bagi muslim Prancis. Secara geografik, umat Islam tinggal dan menyebar di daerah Paris, Marseilles, dan Lyons
Dalam status Sosial, kebanyakan Muslim Prancis bekerja sebagai tenaga kasar, dengan kata lain ‘Proletar’, namun ada juga yang bekerja sebagai tenaga prosfessional, dan menduduki jabatan penting. Sekalipun Islam tidak diakui oleh sebagian orang, dan terdapat sikap anti Islam di Prancis, namun negara ini pada prisnsipnya tetap menghargai, dan menghormati hak-hak umat Islam, hal ini karena sikap demokratis yang dianut negara tersebut. Selain itu juga mereka menghargai multikulturalisme yang semakin menjamur di wilayah Eropa.
6.      Muslim Jerman Barat
Abad ke-18, menandakan awal masuknya Muslim pertama di negara ini, yang berasal dari Prusia, dan Turki Usmani. Perlahan Terjadi kenaikan muslim di Jerman karena banyaknya orang Jerman yang memeluk Islam, adanya proses naturalisasi, terjadi suaka politik (Pasca PDII) terutama yang datang dari negara-negara Komunis, dan pecahan Soviet, sampai pada imigrasi para pekerja tamu, dari negara muslim. Seperti Turki, dll. Masyarakat Muslim Jerman bermazhab Hanafi, Maliki, Syafi’I, Ja’fari ( terutama di Hamburg). Muslim pun menyebar hampir diseluruh pelosok Jerman.
Masyarakat mayoritas, sangat menghargai minoritas Muslim, dilihat dari peninggalan umat Islam dahulu, setidaknya terdapat  4 mesjid besar yang berasal dari arsitektur Islam. Di Jerman sendiri pemerintah mengizinkan adanya sekolah Al-qur’an yang didirikan untuk membantu umat Muslim dalam mempelajari Islam, setidaknya ada 35 sekolah Alqur’an yang tersebar diseluruh penjuru negara Jerman, sayangnya agama Islam tidak diajarkan di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta yang ada di Jerman. Masyarakat yang ingin mempelajari Islam dapat belajar melalui sekolah Qur’an maupun tempat-tempat diskusi kajian Islam. Sekalipun umat Islam beragam di Jerman, namun belum ada organisasi Islam regional dan nasional, sehingga pengaruh komunitas muslim tidak ada dalam politiknya.
7.      Muslim Inggris
Inggris yang merupakan negara dengan sistem kerajaan dan tidak memiliki undang-undang tertulis, yang hanya dititahkan oleh Ratu, menjadikan negara ini semakin diminati oleh umat Muslim untuk tinggal dan bekerja disana. Penyebaran Muslim di Inggris sama halnya dengan yang terjadi di Prancis, yakni melalui proses kolonisasi, dan juga imigran, layaknya Jerman dan negara-negara lain di Eropa. Pembanjiran Muslim yang datang ini melalui pelabuhan Aden, yang melewati terusan Suez,baik yang datang dari Yaman, dan beberapa negara lain seperti India. Di Inggris sendiri terdapat Masjid yang dibangun oleh arsitek India yang diberi nama Masjid Sheh Jehan dan bertempat di Woking- Inggris.
Keberagaman Umat Islam di sana, tentunya memiliki kecendrungan untuk bermazhab Hanafi, Syafi’I, dan Ja’fari. Dalam status social, Muslim di Inggris lebih baik penghidupannya dibandingkan Muslim di Prancis dan Jerman Barat, karena setidaknya mereka adalah para pekerja yang professional, Bankir, dll.  Dalam bidang Politik, pengaruh muslim memang tidak ada, karena kembali lagi bahwa negara ini merupakan negara dengan sistem monarki, namun tidak menutup kemungkinan mereka adalah negara liberal yang menghargai persamaan hak, tanggung jawab, dan menghormati perbedaan agama. Dengan kata lain Civil society pun berjalan dengan baik. Tidak seperti Prancis, negara Ini memiliki Organisasi Muslim (OMU), yang juga memiliki yayasan Islam, Asosiasi Wanita Muslim, Perserikatan Pendidikan Muslim, dll. Sekalipun  terdapat diskriminasi rasial, namun tidak mencolok seperti di Prancis, hal ini lebih kepada lemahnya organisasi Islam di tingkat Nasional. 


Layaknya Islam di negara yang telah disebutkan di atas, juga terdapat umat Islam yang ada di belahan Eropa seperti Belanda, Belgia, Yunani, Spanyol, Itali, Austria, Swiss, Rumania, Denmark, Polandia, Norwegia, Hongaria, Portugal, Irlandia, Finlandia, Girbraltar, dll. Dari semua negara yang disebutkan diatas,meskipun Islam hanyalah sebuah agama yang minoritas, namun eksistensi Islam tetap ada hingga saat ini. Berbagai kecaman yang dilakukan terhadap umat Islam, tidak menjadikan porsi umat Islam pun berkurang, bahkan terus mengalami peningkatan, baik di seluruh Eropa, bahkan sampai ke benua Amerika. Keberagaman yang hadir dari berbagai macam negara Islam, bukanlah menjadikan sebuah perbedaan, melainkan menjadikannya sebagai anugerah yang harus disyukuri.

d. Kesimpulan
Kebanyakan Muslim Eropa berada dalam keadaan perubahan yg dinamis, & tidak dapat diprediksi. Kebanyakan muslim Eropa juga adalah pendatang, dan juga berasal dari kolonialnya.  Kurangnya organisasi muslim di negara-negara Eropa mengakibatkan kelemahan bagi Islam itu sendiri untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah. Selain itu Adanya Sikap Modern Eropa terhadap Islam saat ini jauh lebih baik dibanding situasi dimasa lampau.  


                                   






[2] Kettani, M.A. 1976. Muslim in Europe- America. Beirut .
[3] Kettani, M.A. 1976. Muslim in Europe- America. Beirut ., dalam Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini. Hal 28.
[4] Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar