“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Jenis-Jenis Kekerasan (Galtung, 2003 & Jamil Salmi, 1993)


  Konflik sosial tidak hanya bersifat materiil tapi juga immateriil, tidak hanya kekerasan langsung, tapi juga kekerasan struktural maupun kultural
1. Kekerasan langsung: Setiap tindakan yg menganggu fisik dan jiwa àperang,pemukulan, pencideraan fisik, genocida, holocaust, pemerkosaan, penyiksaan, pengusiran paksa (ada korban dan pelaku langsung)
2. Kekerasan struktural/kekerasan tidak langsungà tindakan yg membahayakan, tp tdk melibatkan hubungan langsung antara korban dan pelaku (orang, masy, institusi, negara, regional, sist intl) berasal dari struktur.
a. Kekerasan dengan pembiaran/pasif (violent by omission):
à Kelaparan dan kemiskinan yang dibiarkan, ex. Vietnam era 44-45, perang biafra nigeria dimana etnis ibo dibiarkan mati kelaparan, kerusakan infrastruktur yang diabaikan
b. Kekerasan yang dimediasi (mediated violence)à intervensi /eksploitasi sengaja oleh manusia melalui perantara, terhadap manusia, lingkungan dan sosial yg berpengaruh scra tdk  langsung trhdp manusia lain. Ex: ekosida, penjualan produk-produk beracun, fast food/rokok/makanan yg mengandung zat karsinogenik

                 
c. Kekerasan Represif à pencabutan hak-hak dasar selain hak untuk bertahan hidup
àPengekangan kebebasan 3 hak dasar: hak sipil (beragama, berpikir,  privasi, kesamaan di dpn hukum) , hak politik (pengekangan partisipasi masy scr demokratik: pemilu, bersuara, berserikat,menyatakan pendapat), dan hak sosial (larangan berdemo dan mogok kerja).
d. Kekerasan Alienatifàpencabutan hak-hak individu yg lbh tinggi, ex. Hak pertumbuhan kejiwaan (emosi), budaya dan intelektual, kepuasan kerja, kebutuhan anak akan kasih sayang, identitas budaya. Ex: ethnocida, kurikulum pendidikan yg tdk membebaskan, buku-buku yg memelintir sejarah, kerja yg tidak manusiawi, stigmatisasi  dan pengucilan thd penderita AIDS, kaum LGBT
Kekerasan Kultural
  Kekerasan kultural: simbolis (agama, ideologi, bahasa, media, seni, ilmu pengetahuan, pendidikan, hukum/pranata sosial) yang melegitimasi kekerasan langsung dan kekerasan struktural.
  …refers to ‘those aspects of culture, the symbolic sphere of our existence . . . that can be used to justify or legitimate direct or structural violence’.
  Ex. Budaya atau nilai di masyarakat yang melegalkan kekerasan terhadap istri yang dilakukan suami, agama yang melegalkan aksi kekerasan
  The antithesis of cultural violence is, according to Galtung (1990: 291, 301–303), ‘cultural peace’, a condition brought about by ‘aspects of a culture that serve to justify and legitimise direct peace and structural peace’.
  Voodoo – “shit doesn’t just happen – we made it happen”
  Hedonism – “i love it when shit happens”
  Materialism – “whoever dies with the most shit, wins”
  Capitalism – “this is MY shit”
  Communism – “let’s share the shit”
  Feminism – “men are shit”
  Conspiracy Theory – “They shit on us!”
  Cynicism – “we are full of shit”
  Optimism – “shit won’t happen to me”
  Yang lainnya silakan cari sendiri…..


1 komentar:

  1. its all about shit...


    saran gan, nih postingannye kurang diatur. but thanks for the info

    BalasHapus