“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Kritik Terhadap Pemikiran Santo Agustinus


Wahidatun Hasanah (09260139)

Saya akan mengkritisi tentang buku dari karyanya yang berjudul “City of God”dimana Santo Agustinus berpendapat bahwa ia melindungi tuduhan bahwa runtuhnya ataupun kemunduran Romawi pada saat itu bukan dikarenakan karena adanya agama kristiani,dalam hal ini Santo Agustinus membedakan antara agama dan negara bukanlah sebuah satu kesatuan.menurunya pasang surutnya suatua negara tidak ada sangkut pautnya terhadap pasang dan surutnya keimanan,St Agustinus bependapat bahwa keruntuhan tersebut adalah akibat dari ulah manusia itu sendiri yang memiliki sifat egois ataupun rakus.
Disisi lain maju,berkembang dan mundurnya suatu negra tidak dapat kita lepskan dari pihak-pihak yang berperan di dalamnya,yaitu baik penguasa maupun masyarakatnya pada saat itu,hal ini merujuk pada sebuah komunitas ataupun faktor terkecil yaitu individu,tidak dapat disanggah dalam diri manusia memang terdapat dua kekuatan ,yaitu baik dan buruk,malaikat dan iblis,bertambahnya sbuah keimanan dengan ketaatan dan berkurangnya keimanan dengan kemaksiatan,dalam hal ini yang mengatur pola dan tingakah laku dari manusia itu sendiri adalah agama yang dianutnya,di mana dalam setiap ajaran agama adalah mengajak manusia pada jalan kebaikan,dan mencegahnya pada keburukan.
Dalam hal negara saya berpendapat seperti pemikir-pemikir politik islam pada umumnya,yang mana kita tidak dapat memisahkan antara negara dan agama,ataupun agama dengan negara,karena saling berketerkaitan satu dengan yang lainnya,negara membutuhkan agama sebagai arah bagi masyarakatnya,sedangkan agama butuh negara sebagai alat penyebarannya, di saat suatu negara selalu memegang teguh ajaran agamanya yang murni pada kebenaran maka niscaya negara tersebut dapat terhindar dari keterpurukan baik dalam hal nilai dan moral,karena hanya agamalah yang memberikan dua kontribusi nilai tersebut pada manusia.
Maka tanpa adanya peran agama dalam sebuah negara maka negara tersebut hanya sebagai tubuh yang tidak kekal yang seperti yang dikemukakan St Agustinus ,maka dalam hal ini pemikirannya mengenai konsep bahwa negara tidak ada hubungannya dengan agama mulai menjadi rancu.St agustinus mengatakan negara adalah suatu yang tidak kekal sedangkan jiwa adalah suatu yang kekal,hal ini yang akhirnya merujuk pada pemikirannya mengenai the city of God.
Disisi lain St Agustinus berpndapat bahwa kedua hal tersebut tidak dapat di satukan,namun di sisi lain ia berpendapat sebaliknya,karena bagaimana mungkin sebuah tubuh dapat hidup tanpa danya jiwa,dan bagaimana mungkin jiwa dapat ada taupun berbuat tanpa danya tubuh,hal inilah yang kemudian mulai menjadi sebuah perdeatan tersendiri dalam pemikirannya yaitu dengan adanya negara tuhan dan negara iblis.Menurutnya negara tuhan dalah sebuah negara yang immortial,yaitu suatu yang dilakukan demi kepentingan serta kebaikan bersama bersama,ia menajidakn sebuah satu kesatuan antara politik dan warga negara,yang mana tidak lagi tersekat oleh suku,ras dan agama.
Pendapatnya tentang politik menguntungkan pihak tertinggi  gereja untuk memegang kekuasaan tertinggi dalam politik karena gereja merupakan presentasi dari Tuhan itu sendiri,doktrin tersebut berimplikasi pada pemikiran bahwa manusia dan negara merupakan sebuah kesatuan setuang universal ,hal inilah yang lagi-lagi bertentangan dengan argumennya dalam city of god yang memisahkan antara keimanan dan kemunduran bangsa Romawi.
Namun saya setuju dengan pemikirannya mengenai sumber segala kebenaran adalah kitab suci maka manusia harus di takhlukkan dengan kitab suci,semua agama berpendapat sama dengan apa yang ada dalam pemikirannya tersebut,karena tidak ada sumberkebenaran yang mutlak yang datangnya dari manusia itu sendiri,khususnya dalam islam,sebab manusia itu sendiri memiliki sifat egois ,serakah serta hawa nafsu yang dapat menjadikan manusia itu sendiri lebih buruk dari binatang.
Adapun tentang pemikirannya untuk tinggal digereja tanpa menikah,hal ini tentu sangat bertentangan dengan kodrat manusia yang untuk dapat hidup secara berpasang-pasangan serta memiliki keturunan guna kelangsugan hidup manusia itu sendiri,mungkin ia berpendapat bahwa pemikirannya tersebut guna membendung sifat dasar manusia yang egois dan serakah tersebut,adapun mengenai wanita,kurang layak jika ia mengatakan sebagai lumbung dosa,karena ia sendiri dilahirkan oleh seorang wanita,bagaimana mungkin seorang yang suci seperti pastur lahir dati lumbung dosa,lagi-lagi hal ini merujuk pada manusia iotu sendiri melihat pada amal dan perbuatannya masing-masing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar