“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Melihat Kepentigan Nasional Serta Dinamika Hubungan Bilateral India-pakistan Dalam Perebutan Wilayah Sengketa Jammu Khasmir


Oleh: Haryo Prasodjo (09260012)[1]

Latar Belakang Masalah
India dan Pakistan merupakan dua negara yang selalu di rundung konflik laten antara keduanya. Hubungan kedua negara besar yaitu India-Pakistan selalu mengalami pasang surut. Dimana hubungan kedua negara besar Asia Selatan tersebut sering diwarnai dengan ketegangan konflik. Konflik komunal antara Islam dan Hindu tidak dapat diredam oleh para pemimpin agama, sehingga perbedaan komunal tersebut menjadi kesulitan tersendiri dalam menuju kesatuan negara bangsa. Pakistan sendiri memperoleh kemerdekaan dari Imprealisme Inggris pada tanggal 14 Agustus 1947 dan menyusul kemerdekaan India pada tanggal 15 Agustus 1947[2]. Dan pada tahun 1956 dibawah komando Mohammad Ali Jinnah, pakistan resmi mengadopsi konstitusi baru yaitu Republik Islam Pakistan[3].
Ketegangan antara India-Pakistan telah dimulai sejak tahun 1947 dimana waktu itu India dan Pakistan terlibat dalam perang perbatasan memperebutkan wilayah Khasmir. Pengklaiman sepihak, baik oleh India maupun Pakistan sendiri atas wilayah Khasmir sering menjadi awal perseteruan kedua negara tersebut. Pakistan menilai terdapat mayoritas muslim yang menempati wilayah yang diklaim sebagai teritori India. Sedangkan India mengklaim seluruh wilayah Khasmir merupakan wilayah teritori India.
Perselisihan atas pengklaiman wilayah Khasmirpun semakin membesar, yang semula masalah wilayah berkembang menjadi konflik agama dan aliran. Hingga perang pertama tersebut berakhir ditahun 1948 ketegangan antara India-Pakistan belum sepenuhnya berakhir. Khasmir sendiri merupakan wilayah abu-abu yang diklaim oleh tiga negara, yaitu India, Pakistan, dan juga China. Namun konflik Khasmir sendiri lebih sering diwarnai dengan perseteruan antara India-Pakistan.

Perang antara India-Pakistan kembali terjadi pada tahun 1965, yang mana perang ini dilatarbelakangi oleh masalah yang sama yaitu perebutan wilayah Khasmir. Perang ini akibat upaya penyusupan pasukan Pakistan yang saat itu melakkan operasi Giblatar memasuki wilayah Jammu dan Khasmir yang dikuasai oleh India. Upaya penyusupan ini dilakukan untuk membuat pemberontakan dari dalam, namun upaya Pakistan tersebut dapat digagalkan oleh India. Perang tersebut berlangsung selama 22 hari dan berhenti dengan genjatan senjata antara India-Pakistan akibat desakan PBB[4].
Dan perang India-Pakistan kembali meletus untuk yang ketiga kalinya pada tanggal 3 Desember hingga 16 Desember 1971 dengan kekalahan dipihak Pakistan. Perang ini terjadi akibat Pakistan mencurigai adanya campur tangan India dalam urusan dalam negri Pakistan Timur.  Dalam perang 1971 tersebut Pakistan Timur berhasilkan melepaskan diri dari Pakistan Barat yang kemudian berdiri menjadi negara Bangladesh[5].
Ditahun 1999 antara India-Pakistan hampir terjadi perang terbuka. Perang terjadi pada bulan Mei 1999, yang mana tentara pakistan dibantu dengan pemberontak Khasmir yang menyerang beberapa pos milik India di Kargil karena tidak puas dengan pemerintahan India. Perang ini dikenal juga dengan sebutan perang Kargil, karena tekanan dunia internasional perang ini berakhir pada bulan Juli 1999. Banyak para ahli menyebutkan jika sampai terjadi perang terbuka antara India-Pakistan maka akan menjadi perang paling dahsyat, melihat kedua negara tersebut memiliki kekuatan persenjataan nuklir[6].
Selain akibat faktor sejarah dan perbedaan ideologi antara India-Pakistan, konflik keduanya juga mendapat intervensi asing. Pada saat terjadi perang dingin dua negara adidaya Amerika Srikat dan Uni soviet juga turut mengambil peran dalam mewarnai ketegangan hubungan antara India dan Pakistan. Tidak hanya itu kedua negara super power tersebut juga ikut membantu dalam memberi pasokan persenjataan.


Konsep Kepentingan Nasional (Nasional Intrest) 
Tujuan mendasar serta faktor yang paling menentukan bagi para pembuat keputusan dalam merumuskan dalam politik luar negeri adalah inti dari kepentingan nasional. Kepentingan nasional dapat juga diartikan sebagai kepentingan Negara untuk melindungi territorial dan kedaulatan Negaranya. Jika menggunakan pendekatan realisme akan kepentingan nasional dapat diartikan sebagai kepentingan Negara sebagai unitary aktor yang penekanannya pada peningkatan national power (kekuasaan nasional) untuk mempertahankan keamanan nasional dan survival dari Negara tersebut (Jemadu, 2008: 67-68)[7].

Kepentingan Nasional (National Interest) dapat diartikan sebagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai terkait dengan kebutuhan sebuah bangsa/negara atau terkait dengan beberapa hal yang dicita-citakan sebuah negara/bangsa.  Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif sama dan tetap diinginkan oleh sebuah bangsa/negara ada dua hal. Yang pertama  kepentingan nasional dalam bentuk keamanan (Security). Dan yang kedua adalah kepentingan nasional dalam bentuk kesejahteraan (Prosperity). Kepentingan nasional (nasional intrest) sering diidentikkan dengan dengan “tujuan nasional”.
Menurut Nincic membuat tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam mendefinisikan kepentingan nasional. Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas utama dari pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan nasional haruslah bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau lembaga pemerintahan sehingga menjadi kepedulian masyarakat secara keseluruhan (Nincic,1992: 157). Seperti contoh adalah pembangunan ekonomi guna peningkatan kesejhateraan rakyatnya, serta wilayah teritorial guna menjaga sumber daya alam yang ada diwilayah suatu negara.
Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan.  Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai ”Kepentingan Nasional”.

Menurut Morgenthau :
”Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik”[8].

Pembahasan
Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Para penganut realis menyamakan kepentingan nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power dimana power adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu negara terhadap negara lain. Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini dapat melalui teknik paksaan, atau kerjasama (cooperation). karena itu, kekuasaan nasional dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana dan sekaligus tujuan dari tindakan suatu negara untuk bertahan hidup dalam politik internasional.
Pada dasarnya kepentingan nasional sendiri merupakan tujuan negara untuk dapat mencapai atau menguasai power. Power disini dapat kita artikan sebagai bermacam-macam definisi, seperti keamanan baik itu fisik seperti terorisme, pemberontakan, maupun kemanan non fisik seperti kerusakan lingkungan, perdagangan manusia dan obat-obat terlarang. Dalam kasus Khasmir kita akan melihat bagaimana cara masing-masing negara baik India maupun Pakistan mempertahankan kepentingan nasionalnya diwilayah tersebut. Yang mana usaha mempertahankan kepentingan nasionalya tersebut sering dilakukan dengan tekhnik paksaan dalam bentuk perang terbuka.
Dalam kepentingan nasional India, Khasmir merupakan wilayah yang memiliki nilai geopolitik dan geostrategis, dimana wilayah Khasmir sendiri merupakan wilayah pegunugnan yang memisahkan wilayah India dengan China. Di wilayah ini terbentang alam pegunugnan yang mana meruopakan benteng alam yang dapat mencegah serangan dari China. Dengan dikuasainya Khasmir akan memungkinkan bagi India utuk memiliki akses yang strategis ke wilayah barat daya. Selain itu Khasmir juga merupakan tempat bertemunya dengan negara-negara tetangganya seperti China, Rusia, dan Afghanistan. Selain itu Khasmir bagi India adalah lambang dari persatuan nasionalisme, demokrasi, multi etnis dan sekuler. Dan lepasnya Khasmir dapat berdampak pada disintegrasi wilayah federalisme India lainnya. Dengan bergabungnya Khasmir ke India melambangkan sebuah kesatuan masyarakat khususnya masyarakat minoritas yang ada diKhasmir sendiri.
Lain halnya dengan India Khasmir bagi Pakistan sendiri memiliki nilai ekonomi yang luar biasa besarnya pengaruhnya bagi stabilitas perekonomian negaranya mengingat semua sungai yang berada dikawasan Khasmir mengalir menuju sungai-sungai yang berada di Pakistan, serta pusat jarignan kanal Pakistanpun berada di Khasmir. Ada tiga sngai di Pakistan yang hulunya berada di Khasmir seperti sungai Indus, Jhelem, dan sungai Chemab. Ketiga sungai tersebut mengalir dari Khasmir ke Pakistan. Dan ada dua sungai lainnya yaitu Sutley dan Ravi yang berhulu di India. Dengan demikian pertanian dan perkebunan di Pakistan tergantung dari ada atau tidaknya pasokan air yang mengalir ke negaranya. Karena jika sumber air tersebut (Khasmir) berada ditangan negara maka nasib 19 juta hektgar are tanah pertanian di Pakistan dapat terancam “the economic life of Pakistan depended upon the control of these rivers” [9]. Faktor-faktor seperti inilah yang membuat Pakistan tidak pernah padam untuk dapat menguasai Khasmir melalui beragai cara.
Dengan mengunakan konsep kepentignan nasional kita dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi di balik perseteruan antara India dan Pakistan mengenai perebutan wilayah Khasmir. Isu-isu etnis minoritas serta prinsip ideologi keberagamaan hanya dijadikan sebagai alat tunggangan yang dijadikan untuk mencapai kepentignan nasional. Hal ini dapat dibuktikan dari kehidupan masyarakat Khasmir yang damai dimana masyarakat Hindu dan Islam dapat hidup berdampingan saat masa imprealisme Inggris. Namun saat Inggris meninggalkan India dan Pakistan, konflik perebutan wilayahpun terjadi.
Baik India maupun Pakistan  memiliki kepentingan nasional diwilayah Khasmir, baik kepentingan yang berupa keamanan bagi negaranya maupun keuntungan ekonomis yang mana kesemuanya merupakan sektor vital bagi masing-masing negara.


Penutup (kesimpulan)
            Pada hakikatnya konflik yang terjadi di Khasmir antara India dan Pakistan bukanlah konflik antar agama ataupun komunal semata. Lebih dari itu konflik yang terjadi di Khasmir, lebih menitik beratkan pada kepentingan dua negara antara India dan Pakistan dalam mempertahankan kedaulatan masing-masing negara. Hal ini terbukti bahwa saat masih menjadi satu wilayah kolonial Inggris, tidak pernah terjadi konflik diwilayah Khasmir, bahkan bukti sejarah menunjukkan masyarakat Islam dan Hindu yang berada diwilayah tersebut dapat hidup berdampingan.
Konflik Khasmir terjadi setelah Inggris meninggalkan Asia Selatan dengan meninggalkan India-Pakistan serta wilayah abu-abu yaitu Khasmir. Dan pada tahun 1947 itu pla lah terjadi perang pertama antara India-Pakistan untuk memperebutkan Khasmir. Secara kepentingan India, stabilitas kawasan Khasmir dapat mempengaruhi dua hal, yaitu politik domestiknya dan juga hubungan bilateralnya dengan negara-negara sekitar seperti Pakistan dan China. Kekacauan yang terjadi di Khasmir dapat mempengaruhi sekularisme India, maka tidak heran jika isu Khasmir sangat menarik untuk diangkat oleh para elit dalam politik India.
Bagi kepentingan Pakistan sendiri, Khasmir merupakan jantung dari perekonomian dan pertanian yang ada diPakistan. Dimana sumber mata air yang mengaliri sungai-sungai di Pakistan berasal dari wilayah Khasmir. Maka tidak heran jika Pakistan berusaha mati-matian untuk tetap bisa menjadi bagian dari Pakistan. Jika wilayah Khasmir berhasilo dikuasai oleh pihak lain, maka Pakistan memprediksi akan terjadi instabilitas baik segi ekonomi dan politik dalam negri Pakistan dan dapat berujung pada ancaman keamanan serta kesejahteraan rakyat Pakistan.
Maka tidak heran dalam konflik yang beberapa kali meletus antara India-Pakistan terkait persengketaan Khasmir menjadi isu penting bagi kedua negara, mengingat ada kepentingan yang dibawa oleh masing-masing negara untuk dapat menguasai wilayah tersebut. 





Daftar Pustaka
Situs Internet
http://www.commongroundnews.org/article. Ershad Mahmud “Masyarakat Muslim yang kurang dikenal” dan ditulis untuk Kantor Berita Common Ground (CGNews).
http://www.commongroundnews.org/article.  Riyaz Wani adalah seorang jurnalis asal Kashmir yang bekerja untuk harian terkemuka India, The Indian Express. Artikel ini ditulis untuk Kantor Berita Common Ground. 19 Februari 2010 (CGNews).
http://www.id.prmob.net/benazir-ali-bhutto. sejarah pakistan. Diakses tanggal 30 Dsember 2012
http://www.wsws.org/en/articles/1999/05/kash-m28.html.“A Dangerous Confrontation between India and pakistan”. Oleh Keith Jones dan Peter Symonds 28 Mei 1999.Diakses tanggal 30 Desember 2012.

Artikel
Mushahid Hussain. Pildat, Breafing Paper for Pakistani Parliamentarians. Pakistan-India relations the conflicted relationship. Pakistan Institute of Legislative Development and Transparancy. June 2003.
Pakistan relations With India: Beyond Kashmir. Asia report 3 May 2012. International Crisis Group Working to Prevent Conflict Worldwide.
Dewi, Ita Mutia, Dilema masalah kashmir dalam kerangka hubungan India-Pakistan, Mozaik vol. 1. N0. 1, juli 2006.


Buku
T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002.
Mansbach. W. Richard & Kristen L. Rafferty, Introduction to Global Politics, Nusa Media, Bandung 2012.
Steans, Jill & lloyd Pettiford, Hubungan Internasional Perspektif dan Tema, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2009.
Maso’ed, Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3S
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu: Yogyakarta.



[1] Haryo Prasodjo adalah mahasiswa aktif program studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang.
[2] http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2009-02-28/ freedom-movement-vande-mataram-lecture-series. Diakses tanggal 30 Desember 2012.
[5] www.id.prmob.net/benazir-ali-bhutto. sejarah pakistan. Diakses tanggal 30 Dsember 2012
[6] http://www.wsws.org/en/articles/1999/05/kash-m28.html. “A Dangerous Confrontation between India and pakistan”. Oleh Keith Jones dan Peter Symonds 28 Mei 1999.Diakses tanggal 30 Desember 2012.

[7] Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu: Yogyakarta.
[8] T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama,     Bandung, 2002, hal 116.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar