“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Review Film Babel Dalam Perspektif Transglobalis


(Haryo Prasodjo 09260012)
Dari Film Babel ini, kita dapat melihat bagaimana tidak ada satu tempatpun yang luput dari pengaruh globalisasi, bbahkan sampai pada sebuah desa terkecil di wilayah Maroko, Dalam film ini proses globalisasi dapat dijelaskan melalui bagaimana sebuah senjata dapat membuat sebuah kejadian yang beruntun diberbagai tempat berbeda dibelah dunia, mulai dari Amerika latin dengan nilai masyarakatnya yang masih mengedepankan kekeluargaan, Maroko dimana masyarakatnya yang dapat dikatakan Humbel dengan warga asing yang belum mereka kenal sekalipun, Jepang  dan Amerika dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tekhnologi yang pesat juga diiringi dengan merosotnya nilai-nilai dalam masyarakatnya, bagaimna tingkat bunuh diri amat tinggi di Jepang, Pergaulan bebas diremaja dengan mengedepankan kehidupan yang hedonis karena kurangnya perhatian dari orang tua, serta masyarakatnya yang individualistik.
Dari segi nilai sosial dan budaya film ini mencoba untuk menjelaskan bagaimana situasi dan keadaan masyarakat dari empat tempat yang berbeda dalam hal ini Maroko, meskipun masyarakatnya hidup serba kekurangan dan dalam keterbatasan ekonomi, namun mereka masih menjunjung tinggi nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakatnya, seperti saling menolong, hal ini digambarkan dalam adegan bagaimana setelah wanita tertembak bis menuju sebuah desa yang ada disana, tanpa banyak tanya masyarakat disana berusaha menolong wanita yang berlumuran darah tersebut, hal ini mereka lakukan meskipun mereka belum saling mengenal satu dengan yang lainnya, ekspresi berbeda diperlihatkan dari para turis yang memandang sinis dan curiga kepada warga desa setempat, mereka merasa dirinya teranca.

Hal lainnya yang diperlihatkan dalam film ini adalah bagaiman rombongan meninggalkan suami istri tersebut didesa tersebut. Justru warga desa tersebutlah yang memberikan pertolongan kepada sepasang suami istri tersebut.
Di Jepang, nilai-nilai masyaakatnya telah luntur seiring dengan perkembangan tekhnologi dan kemajuan ekonomi, sifat individualistik telah menyelimuti setiap diri masyarakatanya, maka tidak salah jika kita mengatakan masyarakat Jepang dan Amerika Serikat merindukan tentang tatanan masyarakat yang penuh dengan nilai dan norma dalam kehidupannya.dalam hal ini digambarkan bagaimana gadis Jepang tersebut tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam hidupnya, kehidupannya hampa maka pergaulan bebas menjadi pelariannya.
Dalam film ini dampak gobalisasi sendiri dapat dilihat dari bagaimana sebuah bus pariwisata dengan merk Mercedes Benz yang mengangkut turis asing berjalan melewati daerah terpencil diMaroko, atau bagaimana sebuah mobil jenis SUV merk Toyota digunakan oleh polisi yang berada di Maroko untuk mencari sipenembak yang dikira seorang teroris. Untuk menjelaskan film ini saya dapat melihat dengan perspektif transglobalis, yang mana globalisasi lebih diibaratkan seperti sebuah koin yang memiliki dua sisi yang berbeda, satu sisi memberikan manfaat, namun disisi yang lainnya justru membahayakan, dari sisi yang membahayakan adalah, bagaimana sebuah senjata berburu diberikan kepada anak kecil yang belum mengerti bagaimana cara menggunakan senjata tersbut sebagaimana mestinya, yang terjadi adalah senjata yang harusnya digunakan untuk menembak srigala agar tidak memakan ternak-ternaknya justru digunakan untuk menembaki mobil yang melintas alih-alih mereka tidak percaya bahwa senapan itu dapat menembak dalam radius tiga kilometer. Atau bagaimana sebuah mobil digunakan untuk melarikan diri dari polisi perbatasan dan menurunkan bibi, serta dua anak asuhnya di tengah-tengah sabana yang jarang ada orang melintasinya Hal ini menjelaskan kemajuan tekhnologi belum diimbangi dengan kemajuan manusianya, persis seperti apa yang terjadi di Indonesia.
Adapun dalam sisi baiknya adalah bagaimana adanya sarana telekomunikasi meskipun ditempat terkecil seperti dimaroko, hal ini diperlihatkan dalam adegan bagaimana si Ayah menelpon kedutaan besarnya menggabarkan bahwa istrinya dalam keadaan kritis karena tertembak dengan  menggunakan pesawat telepon yang ada didesa tersebut, atau bagaimana polisi Amerika Latin menggunakan mobil Toyota buatan Jepang untuk berpatroli melintasi padang sabana yang saat itu terdapat Bibi pengasuh yasng sudah hampir putus asa, dalam film ini sutradara dapat menyajikan proses globalisasi dengan amat ringan mudah di cerna serta dpahami oleh berbagai golongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar