“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

XENOPHOBIA DALAM KASUS APARTHEID DI AFRIKA SELATAN


GANAR TIMUR, HEDY WULAN (09260126), MEGGY RESJITO P  (09260122), HARYO PRASODJO (09260012), AGHNAITA FIREDAYANTI   (09260009
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Afrika Selatan merupakan salah satu negara tertua di benua Afrika. Banyak suku telah menjadi penghuninya termasuk suku Khoi, Bushmen, Xhosa dan Zulu. Penjelajah Belanda yang dikenal sebagai Afrikaner tiba disana pada 1652. Pada saat itu Inggris juga berminat dengan negara ini, terutama setelah penemuan cadangan berlian yang melimpah. Hal ini menyebabkan Perang Britania-Belanda dan dua Perang Boer. Pada 1910, empat republik utama digabung di bawah Kesatuan Afrika Selatan. Pada 1931, Afrika Selatan menjadi jajahan Britania sepenuhnya.
Walaupun negara ini berada di bawah jajahan Britania, mereka terpaksa berbagi kuasa dengan pihak Afrikaner. Pembagian kuasa ini telah berlanjut hingga tahun 1940-an, saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai Nasional (NP) memperoleh mayoritas di parlemen. Strategi-strategi partai tersebut telah menciptakan dasar apartheid (sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan) yang disahkan pada tahun 1948, dengan mengawal sistem ekonomi dan sosial negara dengan dominasi kulit putih dan diskriminasi ras. Namun demikian pemerintahan Britania kerap kali menggagalkan usaha apartheid yang menyeluruh di Afrika Selatan.
Pada tahun 1961, setelah pemilu khusus kaum kulit putih, Afrika Selatan dideklarasikan sebagai sebuah republik. Bermula pada 1960-an, 'Grand Apartheid' (apartheid besar) dilaksanakan, politik ini menekankan pengasingan wilayah dan kezaliman pihak polisi. Penindasan kaum kulit hitam terus berlanjut sehingga akhir abad ke-20. Pada Februari 1990, akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat dari berbagai gerakan anti-apartheid khususnya Kongres Nasional Afrika (ANC), pemerintahan Partai Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk menarik balik larangan terhadap Kongres Nasional Afrika dan partai-partai politik berhaluan kiri yang lain dan membebaskan Nelson Mandela dari penjara. Undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan-lahan dan pemilu tanpa diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun 1994. Partai ANC meraih kemenangan yang besar dan Nelson Mandela, dilantik sebagai Presiden kulit hitam yang pertama di Afrika Selatan. Walaupun kekuasaan sudah berada di tangan kaum kulit hitam, berjuta-juta penduduknya masih hidup dalam kemiskinan.
Sewaktu Nelson Mandela menjadi presiden negara ini selama 5 tahun, pemerintahannya telah berjanji untuk melaksanakan perubahan terutamanya dalam isu-isu yang telah diabaikan semasa era apartheid. Beberapa isu-isu yang ditangani oleh pemerintahan pimpinan ANC adalah seperti pengangguran, wabah AIDS, kekurangan perumahan dan pangan. Pemerintahan Mandela juga mula memperkenalkan kembali Afrika Selatan kepada ekonomi global setelah beberapa tahun diasingkankan karena politik apartheid. Di samping itu, dalam usaha mereka untuk menyatukan rakyat pemerintah juga membuat sebuah komite yang dikenal dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawah pimpinan Uskup Desmond Tutu. Komite ini berperan untuk memantau badan-badan pemerintah seperti badan polisi agar masyarakat Afrika Selatan dapat hidup dalam aman dan harmonis.
Presiden Mandela menumpukan seluruh perhatiannya terhadap perdamaian di tahap nasional, dan mencoba untuk membina suatu jati diri untuk Afrika Selatan dalam masyarakat majemuk yang terpisah oleh konflik yang berlarut-larut selama beberapa dasawarsa. Kemampuan Mandela dalam mencapai objektifnya jelas terbukti karena selepas 1994 negara ini telah bebas dari konflik politik. Nelson Mandela meletakkan jabatannya sebagai presiden partai ANC pada Desember 1997, untuk memberi kesempatan kepada Presiden yang baru yaitu Thabo Mbeki. Mbeki dipilih sebagai presiden Afrika Selatan selepas memenangi pemilu nasional pada tahun 1999, dan partainya menang tipis dua pertiga mayoritas di parlemen. Presiden Mbeki telah mengalihkan fokus pemerintahan dari pendamaian ke perubahan, terutama dari segi ekonomi negara.


1.1.1.      Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang di atas maka adapun ru,usan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang di maksud dengan xenophobia?
2.      Bagaimanakah keadaan masyarakat Afrika Selatan sebelum dan sesudah politik apartheid?
3.      Bagaimana resolusi yang dilakukan dalam menangani politik apartheid tersebut?



1.1.2.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalh ini adalalah:
1.      Mengetahui apa yang di maksud dengan xenophobia.
2.      Mengetahui keadaan masyarakat Afrika Selatan sebelum dan setelah politik apartheid.
3.      Mengetahui langkah-langkah yang dilakukan dalam menanggulangi politik apartheid.

BAB II
PEMBAHASAN
           
2.1. Apa yang di maksud dengan xenophobia?
Pengertian Xhenophobia Rasa takut yang tidak masuk akal, ketidakpercayaan, atau kebencian terhadap orang asing, atau apa yang dirasakan sebagai asing atau berbeda. Xhenophobia berasal dari Yunani ξένος kata (xenos), artinya "orang asing",dan φόβος ( Phobos), yang berarti "rasa takut." Xenofobia dapat memanifestasikan dirinya dalam banyak hal yang melibatkan hubungan dan persepsi dari ingroup menuju outgroup , termasuk takut kehilangan identitas, agresi.[1]Definisi klinis adalah Sebuah ketakutan irasional terhadap anggota ras tertentu asing untuk sendiri, sering tambahan dan sekunder untuk gangguan stress pasca trauma. Dalam berbagai konteks, istilah "xenophobia" dan "rasisme" tampaknya akan digunakan secara bergantian, meskipun mereka dapat memiliki arti yang sepenuhnya berbeda (xenofobia dapat didasarkan pada berbagai aspek, rasisme yang hanya berdasarkan ras , etnis , dan keturunan ). Xenofobia juga dapat diarahkan hanya untuk orang di luar budaya , belum tentu satu ras tertentu atau orang. [2]

Dua Bentuk Xenophobia
Pertama adalah kelompok populasi saat ini dalam masyarakat yang tidak dianggap sebagai bagian dari masyarakat tersebut.  Seringkali mereka adalah imigran , tetapi xenofobia mungkin diarahkan terhadap kelompok yang telah hadir selama berabad-abad, atau menjadi bagian dari masyarakat ini melalui penaklukan dan ekspansi wilayah. Bentuk xenofobia dapat menimbulkan atau memfasilitasi reaksi bermusuhan dan kekerasan, seperti pengusiran massa imigran, pogrom atau dalam kasus lain, genosida .
Kedua adalah budaya, dan obyek-obyek fobia adalah elemen-elemen budaya yang dianggap asing. Semua budaya tunduk pada pengaruh luar, tapi budaya xenofobia sering sempit diarahkan, misalnya, pada asing kata-kata pinjaman dalam bahasa nasional. Ini jarang menyebabkan agresi terhadap orang-orang individu, tetapi dapat mengakibatkan kampanye politik untuk pemurnian budaya atau linguistik. Selain itu, masyarakat seluruh xenophobia cenderung tidak terbuka untuk interaksi dari apa pun "di luar" diri mereka sendiri, sehingga isolasionisme yang dapat memajukan xenofobia.[3]
Penyebab Xhenophobia [4]
berikut ini adalah penyebab xhenophobia :
ü  Tingkat emosi yang buruk (mudah emosi)
ü  pengalaman dengan kelompok lain atau kelompok populis tertentu atau orang2 asing.
ü  rasional, atau alasan analitis
ü  klasik pengkondisian (ketika seseorang dikondisikan untuk memiliki rasa takut) cara untuk menanamkan akan dehumanisasi , kebanyakan oleh propaganda , misalnya: anggota kelompok yang berisi video yang ditampilkan terdistorsi, keliru, dan proporsional fase dari horor terdengar.
ü  norma-norma sosial suatu bangsa.


2.2. Bagaimanakah keadaan masyarakat Afrika Selatan sebelum dan sesudah politik   apartheid?
Afrika Selatan Sebelum dan Sesudah Apartheid
Afrika Selatan Sebelum Apartheid
Afrika Selatan merupakan salah satu negara tertua di benua Afrika. Banyak suku telah menjadi penghuninya termasuksuku Khoi, Bushmen, Xhosadan Penjelajah Belanda yang dikenal sebagai Afrikaner tiba disana pada 1652. Pada saat itu Inggris juga berminat dengan negara ini, terutama setelah penemuan cadangan berlian yang melimpah. Hal ini menyebabkan Perang Britania-Belanda dan dua Perang Boer. Pada 1910,empat republik utama digabung di bawah Kesatuan Afrika Selatan. Pada 1931, Afrika Selatan menjadi jajahan Britania sepenuhnya.Walaupun negara ini berada di bawah jajahan Britania, mereka terpaksa berbagi kuasa dengan pihak Afrikaner. Pembagian kuasa ini telah berlanjut hingga tahun 1940-an, saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai Nasional (NP) memperoleh mayoritas di parlemen. Strategi-strategi partai tersebut telah menciptakan dasar apartheid (yang disahkan pada tahun 1948), suatu cara untuk mengawal sistem ekonomi dan sosial negara dengan dominasi kulit putih dan diskriminasi ras. Namun demikian pemerintahan Britania kerap kali menggagalkan usaha apartheid yang menyeluruh di Afrika Selatan.

Afsel Sesudah Apartheid
Apartheid berakhir pada Februari tahun 1990 akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat dari berbagai gerakan anti-apartheid khususnya Kongres Nasional Afrika (ANC), pemerintahan Partai Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk menarik balik larangan terhadap Kongres Nasional Afrika dan partai-partai politik berhaluan kiri yang lain dan membebaskan Nelson Mandeladari penjara. Undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan-lahan dan pemilu tanpa diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun 1994. Partai ANC meraih kemenangan yang besar dan Nelson Mandela, dilantik sebagai Presiden kulit hitam yang pertama di Afrika Selatan. Walaupun kekuasaan sudah berada di tangan kaum kulit hitam, berjuta-juta penduduknya masih hidup dalam kemiskinan. Sewaktu Nelson Mandela menjadi presiden negara ini selama 5 tahun, pemerintahannyatelah berjanji untuk melaksanakan perubahan terutamanya dalam isu-isu yang telah diabaikansemasa era apartheid. Beberapa isu-isu yang ditanganioleh pemerintahan pimpinan ANC adalah seperti pengangguran, wabah AIDS, kekurangan perumahan dan pangan. Pemerintahan Mandela juga mula memperkenalkan kembali Afrika Selatan kepada ekonomi global setelah beberapa tahun diasingkankan karena politik apartheid. Di samping itu, dalam usaha mereka untuk menyatukan rakyat pemerintah juga membuat sebuah komite yang dikenal dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawah pimpinan Uskup Desmond Tutu. Komite ini berperan untuk memantau badan-badan pemerintah seperti badan polisi agar masyarakat Afrika Selatan dapat hidup dalam aman dan harmonis.

2.3. Bagaimana resolusi yang dilakukan dalam menangani politik apartheid tersebut?
Dengan adanya orang-orang kulit hitam menerima pendidikan Barat maka mereka mulai mengambil langkah-langkah membentuk gerakan politik. South Afrika Native National Conference dan APO mengirimkan delegasinya ke London untuk mengajukan protes, tetapi gagal. Sebagai reaksi, lahirlah South African National (SANC) pada tahun 1912 kemudian namanya diubah menjadi ANC (African National Congress). Sasarannya terbatas pada usaha agar golongan elit Afrika Selatan diterima secara sosial dan politik dalam masyarakat yang dikuasai oleh orang kulit putih. Perjuangan mereka untuk mencapai sasaran adalah lewat jalan konstitusional. Perjuangan ANC berubah setelah pemerintah Afrika Selatan mengeluarkan National Land Act yang isinya :”orang kulit hitam dilarang membeli tanah atau hidup di wilayah orang kulit putih sebagai penyewa atau penggarap bagi hasil”. Pada tahun 1919 – 1920, ANC melancarkan kampanye menentang peraturan-peraturan kewajiban orang kulit hitam membawa pas. ANC mengalami kemunduran setelah pemerintah Afrika Selatan mengambil tindakan keras dan tegas. Untuk sementara peranannya diambil alih oleh ICU (Industrial and Commercial Union) yang didirikan pada tahun 1919. ANC memperluas keanggotaannya dan akhirnya berkembang menjadi organisasi massa.
Pada tahun 1952, orang kulit hitam, kulit berwarna serta sejumlah orang kulit putih melancarkan suatu perlawanan pasif. Situasi seperti ini terjadi pada tahun 1970 dan kejadian serupa sering terjadi dalam perjuangan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh ANC. Pada tahun 1955, kelompok-kelompok yang menentang politik Apartheid mengadakan pertemuan di Capetown untuk menggariskan dasar-dasar bagi Afrika Selatan yang demokratis dan non rasial. Pada tahun 1956 sebanyak 156 orang pemimpin ditangkap karena dituduh berkomplot akan menggulingkan pemerintah. Proses ini terjadi berlarut-larut hingga akhirnya mereka dibebaskan pada tahun 1961. sementara ANC kehilangan pemimpin-pemimpinnya, sejumlah anggotanya memisahkan diri dan mendirikan Pan Africanist Congress (PAC). Pada tahun 1960 PAC melancarkan kampanye anti kebijakan pemerintah. Dalam peristiwa itu sebanyak 69 orang tewas ditembak oleh polisi di Sharpeville. Gerakan ANC dan PAC akhirnya dilarang setelah peristiwa itu. Pembantaian di Sharpeville dan adanya larangan organisasi-organisasi politik di kalangan orang kulit hitam merupakan titik balik dalam sejarah pembebasan Afrika Selatan. Akhirnya diputuskan bahwa dengan jalan damai tidak bisa maka ditempuh jalan kekerasan. Pada tahun 1961 – 1962, aktivis orang kulit hitam mendirikan organisasi Umkhonto We Sizwe dan Poso dengan mengadakan sabotase terhadap milik orang kulit putih. Menjelang akhir tahun 1973, pemimpin-pemimpin Bantustan mengadakan pertemuan untuk membentuk federasi negeri-negeri Bantu dan mengutuk diskriminasi rasial di Afrika Selatan.
Pada tahun 1974, para pemuka federasi mengadakan pertemuan dengan PM Vorster. Pada pertemuan itu, PM Vorster maupun federasi akan meminta tambahan wilayah bagi negara Bantu. PM Vorster menolak usulan agar diselenggarakan suatu konvensi multirasial guna menyusun suatu konstitusi baru dan dia tidak akan mengikutsertakan orang kulit hitam dalam kekuasaan negara. Tekanan-tekanan semakin meningkat sejak bulan Juni 1976 ketika ±10.000 pelajar melancarkan demontrasi protes di Soweto yang berkembang menjadi huru hara di kota-kota orang kulit hitam dekat Johanessburg dan Pretoria. Ratusan orang tewas dan lebih seribu orang mengalami luka-luka. Terbunuhnya Steve Biko pimpinan Black Consciousness dalam tahanan merupakan puncak tekanan pemerintah Afrika Selatan.
Pada tanggal 1 April 1960 Dewan Keamanan PBB (DK) berseru kepada Afrika Selatan agar mengambil tindakan untuk mewujudkan harmoni rasialatas dasar persamaan dan melepaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan Apartheid dan diskriminasi rasial. Pada tanggal 7 Agustus 1963 DK mengulangi seruannya sambil menghimbau kepada semua negara agar menghentikan penjualan senjata dan perlengkapan militer kepada Afrika Selatan. Pada tanggal 4 Desember 1963, DK mengutuk sikap acuh tak acuh pemerintah Afrika Selatan dan mengulangi kembali seruannya kepada semua negara agar menggunakan embargo senjata. Sehubungan dengan jatuhnya banyak korban ketika pasukan Afrika Selatan melepaskan tembakan terhadap demonstran yang menentang diskriminasi sosial (16 Juni 1976) pada tanggal 14 Juni 1976 DK mengutuk keras pemerintah Afrika Selatan. Mereka mengatakan bahwa Apartheid adalah suatu kejahatan, mengganggu perdamaian dan keamanan international serta mengakui sahnya perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam melenyapkan Apartheid.
Negara-negara Barat yang menyatakan menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban martabat semua orang tidak setuju dengan diskriminasi rasial dan politik Apartheid di Afrika Selatan, tetapi mereka tidak dapat berbuat sesuatu karena mempunyai banyak kepentingan. Mereka hanya mendukung resolusi-resolusi anti Apartheid.
Kepentingan negara-negara Barat terhadap Afrika Selatan antara lain sebagai berikut :
  • Afrika Selatan merupakan salah satu sumber utama bahan mentah yang dibutuhkan oleh industri dan kehidupan negara-negara tersebut.
  • Letak geografis Afrika Selatan mempunyai arti penting bagi strategi global negara-negara Barat, khususnya USA.
  • Afrika Selatan menguasai jalur pelayaran Tanjung Harapan yang merupakan urat nadi mereka.
  • Suplai minyak dan bahan-bahan mentah vital diangkut lewat jalur tersebut.

            
Kemenangan Mandela, Nelson Mandela adalah salah seorang dari banyak tokoh pejuang politik Afrika Selatan yang sempat menyaksikan dan merasakan puncak dari perjuangannya yakni pembebasan kaum kulit hitam Afrika Selatan dari penindasan kaum kulit putih. Kemenangannya dalam pemilihan demokratis dan miltirasial pertama kali sepanjang 340 tahun sejarah Afrika Selatan pada bulan Mei 1994 membawa perubahan besar bagi negeri itu.
Nama Nelson Mandela mulai menanjak ketika ia terpilih menjadi Sekjen ANC (African National Congress) pada tahun 1948 dan pada tahun 1952 menjadi Presiden Liga Pemuda. Sejak itu Mandela lebih banyak memainkan peranannya secara rahasia. Pada tahun 1961 sebagai Sekretariss Jenderal ANC, Mandela mengomandokan pemogokan selama tiga hari 29 – 31 Mei 1961. seruan pemogokan itu ditanggapi oleh pemerintah Apartheid sebagai suatu pelanggaran serius. Pada bulan Desember 1962, ia dijatuhi 5 tahun penjara, dengan tuduhan meninggalkan negara secara ilegal. Mandela menjalani hukumannya di penjara Pretoria. Tidak beberapa lama tokoh-tokoh ANC lainnya juga ditangkap di markas ANC. Pada saat itu disita pula sejumlah dokumen rahasia, menyangkut ANC dan Tombak Bangsa. Mereka yang ditangkap yaitu Walter Sisulu, Govan Mbeki, Raymond Mhlaba, Ahmed Akthrada, Dennis Golberg dan Lionel Bernstein.
Mandela bersama-sama dengan keenam rekannya diperiksa dengan tuduhan melakukan sabotase bersengkongkol untuk menumbangkan pemerintah dan membantu unsur asing menyerang Afrika Selatan. Mereka akhirnya divonis dengan hukuman seumur hidup pada tanggal 12 Juni 1964 dan harus mendekam dalam penjara di Pulai Roben Cape Town. Pada tahun 1982 Mandela dipindahkan lagi ke penjara Pollsmor juga masih daerah Cape Town.
Selama di penjara itulah kampanye pembebasannya dilancarkan, baik di Afrikan Selatan sendiri maupun di luar Afrika Selatan. Aksi protes dan kampanye pembebasan Mandela semakin berkobar sejak tahun 1982, bahkan pada tahun 1988 ulang tahun ke-70 Nelson Mandela dirayakan oleh bangsa kulit hitam Afrika Selatan dengan menggelar konser musik selama 120 jam non stop dan disiarkan ke-50 negara. Akibat kampanye pembebasan tokoh ANC ini, makin banyak negara yang menekan pemerintah Apartheid Afrika Selatan baik secara politik maupun ekonomi.
Kampanye pembebasan itu membuat Mandela menjadi tokoh tahanan politik paling populer di dunia. Akibat tekanan yang bertubi-tubi pada bulan Juli 1989 Botha bertemu dengan presiden F.W. de Klerk pengganti Botha. Dari pertemuan-pertemuan itu pada bulan Februari 1990, de Klerk mengumumkan di depan parlemen bahwa pemerintahannya akan mencabut larangan bagi ANC, Partai Komunis Afrika Selatan (SACP) dan Pan Africanist Congress (PAC) menyusul diakhirinya politik Apartheid. Pada kesempatan itu de Klerk juga mengisyaratkan bahwa Mandela akan segera dibebaskan. Pembebasan tokoh kharismatik Afrika Selatan ini kemudian dilaksanakan sesuai dengan janjinya. Pada tanggal 11 Februari 1990 dari penjara Victor Verster, Mandela dibebaskan. Pembebasan itu sangat menarik perhatian dunia dan disambut oleh ratusan wartawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Perjuangan Nelson Mandela memakan waktu yang cukup lama, Upaya – upaya mandela mulai menampakkan hasil yang menggembirakan ketika F.W de Klerk memberikan kebebasan pada warga kulit hitam pada tanggal 21 Februari 1991, Presiden de Klerk mengumumkan penghapusan semua ketentuan dan eksistensi politik apartheid, yaitu:
1.      Land Act : UU yang melarang orang kulit hitam mempunyai tanah diluar wilayah tempat tinggal yang ditentukan.
2.      Group Areas Act: UU yang mengatur pemisahan tempat tinggal orang – orang kulit putih dan kulit hitam.
3.      Population Registration Act: UU mewajibkan orang kulit hitam untuk mendaftarkan diri menurut kelompok suku masing masing.
Penghapusan UU tersebut di ikuti dengan  janji pemerintahan de Klerk untuk menyelenggarakna pemilu tanpa pembatasan rasial. Pada pemilu Multirasial tahun 1994 , partai yang dipimpin oleh Mandela yaitu ANC, berhasil menjadi pemenang. Pada tanggal 9Mei 1994 Mandela dipilih oleh Majelis Nasional sebagai Presiden Afrika Selatan sebagai presiden pertama di Afrika Selatan yang berkulit hitam. Pada tanggal 10 Mei 1994 Mandela dilantik sebagai presiden dalam upacara megah di Union Building, Pretonia. Sejak dihapusnya Apartheid, Afrika Selatan mulai membangun negerinya agar sederajat dengan Negara lain di dunia.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian Xhenophobia Rasa takut yang tidak masuk akal, ketidakpercayaan, atau kebencian terhadap orang asing, atau apa yang dirasakan sebagai asing atau berbeda. Xhenophobia berasal dari Yunani ξένος kata (xenos), artinya "orang asing",dan φόβος ( Phobos), yang berarti "rasa takut." Xenofobia dapat memanifestasikan dirinya dalam banyak hal yang melibatkan hubungan dan persepsi dari ingroup menuju outgroup , termasuk takut kehilangan identitas, agresi.[5]Definisi klinis adalah Sebuah ketakutan irasional terhadap anggota ras tertentu asing untuk sendiri, sering tambahan dan sekunder untuk gangguan stress pasca trauma.
Sebelum apharteid Afrika Selatan pernah dijajah oleh Britania, hal ini di karenakan Britania melihat adanya cadangan berlian yang besar di tanah Afrika Selatan. Pada saat itulah politik apartheid diberlakukan, namun pada tahun 1990 atas desakan dunia internasional dan dorongan dalam negri yang kuat politik apartheid dihapuskan dan Nelson Mandela dikeluarkan dari penjara. Di samping itu, dalam usaha mereka untuk menyatukan rakyat pemerintah juga membuat sebuah komite yang dikenal dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawah pimpinan Uskup Desmond Tutu. Komite ini berperan untuk memantau badan-badan pemerintah seperti badan polisi agar masyarakat Afrika Selatan dapat hidup dalam aman dan harmonis.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar