“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Krisis Keuangan Amerika Latin dan Resep Washington Consensus




Oleh: Adi Rio Arianto Salamun 

Abstract
This critical analysis is firstly to address the financial crisis in Latin America and the problem solving by understanding the building of mechanism of structural reformation in financial sector. Secondly, to analyze how did the Washington Consesnus policy become a way to solve the financial crisis both in Latin America and other developing countries. Hopefully this critical review will bring clarity thoughtful in understanding about the financial crisis issues in Latin America and the developing countries, also to give more perspectives to understanding the financial crisis problem as a whole according to the international political economy theories.   

Keyword: krisis keuangan Amerika Latin, Washington Consensus, kriris ekonomi finansial negera berkembang

Bagaimana mekanisme reformasi struktural yang dilakukan untuk mengatasi krisis keuangan di Amerika Latin? Bagaimana resep Washington Consensus terhadap penyelesaian krisis di Amerika Latin yang kemudian akhirnya menjadi solusi bagi penanganan krisis ekonomi finansial di negara-negara yang sedang berkembang?  

Introduksi dan latar belakang

Dalam bukunya, tulisan Thomas oatley sangat berbobot dan analitis. Dekripsi dan penjelasan oatley mengenai basis dan metode pembangunan ekonomi Negara berkembang seperti di amerika latin berhasil menawarkan pemahaman yang cukup komprehensif. Hal tersebut direfleksikan dalam pembahasan dinamika system financial dan relasinya dengan krisis hutang yang melanda Negara-negara amerika latin dimana diawali oleh uraian tentang prinsip dan mekanisme kerja pembangunan ekonomi berbasis investasi dan pinjaman luar negeri. Namun demikian, tentu saja setiap penulis tidak dapat lepas dari tendensi subjektif dan perspektifnya sendiri yang menjadi karakter utama tulisannya. Oleh karenanya, penulis berusaha mengulas aspek kajian yang kurang tereksplorasi dalam pembahasan krisis hutang di amerika latin.
Bab 14 buku oatley, diawali oleh latar belakang dan gambaran umum pada dinamika kebijakan ekonomi Negara Negara amerika latin yang berupaya mendorong pertumbuhan lewat mekanisme ekonomi liberal. Tetapi, oatley meyakini bahwa Negara Negara sedang berkembang termasuk di amerika latin seringkali melewati periode sangat sulit dalam perjalanan ekonominya dalam hal ini berupa ledakan krisis ekonomi. Kemajuan dan kemunduran ekonomi mereka tampak telah menjadi siklus teratur.
Periode dan siklus kemunduran ekonomi Negara amerika latin biasanya disebabkan oleh fluktuasi dan gejolak perubahan pada pasar modal internasional. Hal ini kemudian menular pada munculnya motivasi untuk menarik aliran modal asing kedalam negeri. Pola manajemen ekonomi yang ditopang oleh pinjaman luar negeri ini merupakan kebijakan favorit pemerintah Negara sedang berkembang. Langkah strategis inilah yang diasumsikan sebagai pusat persoalan yang berujung pada kewajiban Negara untuk terus membayar hutang dan akhirnya terjebak dalam krisis hutang yang sangat akut.


Modal asing dan pembangunan ekonomi

Investasi adalah salah satu factor paling berpengaruh yang menentukan kemampuan setiap masyarakat untuk meningkatkan pendapatan per kapitanya. Namun, realitas penanaman modal di Negara sedang berkembang biasanya terhambat oleh kurangnya tabungan domestic masyarakat. Sehingga, Negara sedang berkembang berusaha menarik modal asing lewat hutang agar bisa membiayai sector sector strategis pembangunan ekonomi. Modal asing pada prinsipnya akan dialokasikan untuk mendanai investasi dalam negeri. Aliran modal asing yang masuk diharapkan dapat memajukan industrialisasi dan perkembangan ekonomi Negara. Modal asing dapat disalurkan melalui beberapa medium. Secara umum, modal asing diklasifikasikan menjadi 2 bentuk yakni bantuan luar negeri (foreign aid) berupa bantuan resmi pembangunan yang disediakan oleh pmerintah negara maju atau institusi keuangan multilateral semisal bank dunia atau IMF, sedangkan yang kedua adalah aliran modal swasta (private capital) yang ditransfer ke Negara sedang berkembang melalui aktifitas bisnis swasta. Aliran modal swasta dilakukan dengan beberapa cara, misalnya bank-bank komersil diluar negeri meminjamkan modal kepada agen atau pemerintah, pembelian saham oleh individu atau lembaga investor besar di Negara sedang berkembang atau lewat penjualan surat berharga oleh pemerintah dan perusahaan yang kemudian dibeli oleh lembaga keuangan swasta di Negara-negara maju.
Impor modal asing di Negara amerika latin dipicu oleh factor bahwa pembiayaan investasi dapat dijalankan dengan biaya yang lebih rendah dibanding hanya bergantung pada kekuatan tabungan domestiknya. Dalam prakteknya, bantuan luar negeri ternyata jumlahnya terbatas untuk membiayai program-program pembangunan. Sehingga pemerintah beralih pada pinjaman terhadap modal swasta. Namun hal ini juga tampak labil karena aliran modal swasta sangat dipengaruhi oleh keraguan pasar financial pada kapasitas pemerintah untuk membayar kembali dan potensi pasar di Negara sedang berkembang.
Sejarah dan siklus awal masifnya aliran modal asing (inflow capital) ke Negara-negara amerika latin dimulai sejak decade 1960an yang direfleksikan oleh perubahan sikap politik Negara-negara maju. Bantuan luar negeri terutam dari amerika serikat adalah kekuatan dominan pada saat itu. Kebijakan luar negeri AS berubah drastic akibat munculnya kekhawatiran akan terbentuknya lembaga khusus dalam tubuh United Nations yang bertugas mensuplai dan menopang pembiayaan untuk pembangunan ekonomi Negara-negara yang baru merdeka terutam di amerika latin. Situasi ini dianggap dapat mereduksi dominasi dan pengaruh AS terutama dalam kampanye dan perangnya melawan pengaruh komunisme dari Uni Soviet. Dinamika politik ini akhirnya mendorong ekspansi program bantuan luar negeri selama decade 1960an.

Peminjaman dari bank komersial dan awal krisis

Strategi ekonomi yang dijalankan di Negara Negara amerika latin secara umum berbentuk industrialisasi substitusi impor dimana sector industry domestic digenjot untuk menggantika suplai barang yang biasanya dibeli dari impor. Menurut oatley kebijakan ini menjadi slah satu factor yang mengakselerasi aliran modal asing ke Negara Negara amerika latin. Selain itu juga didukung oleh kenaikan tajam harga minyak dunia pada tahun 1973. Industrialisasi-substitusi impor telah meningkatkan permintaan untuk suplai modal asing yang lebih besar. Pemerintah Negara amerika latin adalah pihak yang paling bertanggung jawab karena dianggap memberikan kredit dan bantuan yang sangat besar pada sector industry domestic. Langkah ini otomatis menciptakan pengeluaran atau belanja Negara yang ikut melonjak. Adapun konsekuensi yang tibul adalah deficit budget yang semakin tinggi mencapai sekitar 6,7 persen dari GDP Negara Negara amerika latin diakhir decade 1970. Di beberap Negara deficit yang ada bahkan lebih parah. Di argentina deficit meningkat sampai lebih dari 10 persen dari GDP di pertengahan 1970 dan tetap diatas 7 persen dari GDP hingga di awal 1980. Fenomena yang sama juga terjadi di meksiko dengan tingkat deficit mencapai lebih dari 10 persen dari GDP pada awal 1980an. Dari fakta ini, sebagian besar pemerintah memutuskan untuk mengundang aliran modal asing masuk dan dimulailah siklus hutang luar negeri.
Aliran modal telah merangsang kenaikan luar biasa pada ekspansi hutang luar negeri di Negara Negara sedang berkembang. Pada tahun 1970, Negara Negara ini hanya behutang sekitar 72,7 miliar Dollar AS. Tetapi pada tahun 1980 total hutang luar negerinya telah menggelembung mencapai angka 586,7 miliar dollar AS. 30 negara yang paling parah berhutang menanggung hampir 80 persen dari angka td atau sekitar 461 miliar dollar AS. 7 diantaranya adalah Negara amerika latin yakni argentina, brazil, chile, Colombia, mexico, peru, dan Venezuela. Pada awal 1980an ketujuh Negara ini menanggung sekitar 80 persen dari total hutang seluruh Negara amerika latin dan sekitar sepertiga dari seluruh hutang Negara sedang berkembang didunia.
Pada periode awal, aliran modal ini berhasil menunjukan dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Negara amerika latin dengan angka rata-rata 5,6 persen. Brazil dan meksiko masing-masing mengalami pertumbuhan tinggi sekitar 7,8 persen dan 6,8 persen antara tahun 1973 hingga 1980. Namun demikian, dibalik pertumbuhan ekonomi dan sukses tersebut persoalan ternyata samar mulai muncul. Masalah hutang mulai mengemuka akibat peningkatan jumlah hutang yang tidak sebanding dengan kemampuan membayar.
Krisis hutan amerika latin dimulai. Masalah ini diperparah oleh kebijakan pemerintah yang tidak menginvestasikan modalnya untu sector manufaktur dan perdagangan berbasis ekspor seperti yang terjadi di meksiko, argentina, dan Venezuela. Jadi, beban pembayaran hutang pun naik tajam dimana pemerintah Negara amerika latin menggunakan 38 persen dari total keuntungan ekspornya untuk membayar hutang. Bahkan di beberapa Negara seperti brazil, chile, meksiko, dan peru rasio hutang terhadap pendapatn ekspor bernilai lebih tinggi dari Negara lain di amerika latin. Selain itu kenaikan tingkat suku bunga dan resesi ekonomi di Negara Negara maju mengakibatkan hutang di amerika latin semakin akut. Beban hutang semakin tinggi akibat bunga hutang yang semakin besar serta pendapatn ekspor menurun karena pasar ke Negara maju mengalami stagnasi dan kemunduran serius.
Situasi ini ditindaklanjuti dengan melakukan pinjaman atau kembali embuat hutang luar negeri. Akibatnya krisis hutang ameriaka latin mencapai kondisi yang luar biasa parah. Jumlah hutang 481 miliar dollar AS pada tahun 1978 meningkat drastic menjadi 802 miliar dolaar AS atau hampir dua kali lipatnya. Akibatnya, pendapatan 50 persen ekspor Negara amerika latin terkuras untuk membayar hutang pada tahun 1982, sementara di brazil bahkan lebih mengerikan dimana tarafnya mencapai 80 persen dari total pendapatan ekspor. Situasi tersebut jelas mengoyak perekonomian Negara yang akhirnya terjebak dalam krisis ekonomi.

Manajemen krisis hutang

Krisis hutang di amerika latin ditangani lewat program program reformasi domestic terutama pada kebijakan ekonomi anggaran. IMF dan bank dunia didaulat sebagai pihak yang bertugas membawa Negara amerika latin keluar dari krisis. Dua lembaga ini memberikan bantuan financial sekaligus mendorong pemerintah yang ada untuk menerapkan paket kebijakan penyesuaian structural (structural adjustmen policy). Paket kebijakan ini berorientasi pada kebijakan pengetatan anggaran dan reformasi structural pada liberalisasi pasar.

Analisa dan tinjauan kritis

Tulisan Thomas oatley sangat menarik untuk dikaji. Ia berhasil menganalisa dan menjelaskan secara detail dan koheren tentang logika dan mekanisme kerja system financial dan relasinya dengan krisis hutang di amerika latin. Namun demikian, penulis memandang ada sejumlah hal yang tidak dieksplorasi dengan kritis dan jauh dalam fenomena krisis hutang tersebut.
1.      Pendekatan oatley cenderung datar dan netral sehingga kesan yang muncul adalah analisa yang hanya berkutat pada teori lazim dan data data yang ada dilapangan saja. Oatley cenderung menghindari pembongkaran proyek ideologis neoliberalisme dan dominasi Negara maju dan pemodal internasional sebagai agen utama yang menstimulir terjadinya krisis hutang di amerika latin. Untuk menjelaskan hal ini, kita perlu melihat adanya relasi dan upaya sistemik untuk mengkontrol dan mendikte Negara amerika latin dari Negara maju, IMF,bank dunia, dan pemodal raksasa internasional. Lebih jauh intervensi kebijakan neoliberal tidak bisa dipisahkan dari eksistensi dan peran rezim pemerintahan yang juga menopang dan mempraktekan ide ide tersebut di amerika latin.
James Petras mencatat, terdapat tiga gelombang rejim demokrasi- neoliberal di Amerika Latin. Gelombang pertama sepanjang dekade 1980an, kira-kira bersamaan waktu dengan transisi hasil negosiasi antara kediktatoran militer dengan pemerintahan sipil yang berlangsung di hampir seluruh benua ini. Gelombang kedua mengikuti arah ujung dekade hingga paruh pertama dekade 1990an. Gelombang ketiga neoliberal dimulai setelahnya.
 
Fernando Belaúnde dan Alan García di Peru, Raúl Alfonsín di Argentina, Miguel de la Madrid di Mexico, Julio Sanguinetti di Uruguay, dan José Sarney di Brazil, adalah figur-figur terkemuka yang mewarnai kepemimpinan di gelombang pertama rejim neoliberal hasil pemilu. Gelombang kedua dari para politisi neoliberal, adalah Carlos Andrés Pérez di Venezuela, Carlos Menem di Argentina, Fernando Collor di Brazil, Alberto Fujimori di Peru, Jaime Paz Zamora di Bolivia, Luis La Calle di Uruguay, dan Carlos Salinas di Mexico. Sedangkan gelombang ketiga rejim demokrasi-neoliberal berhasil mencapai tampuk kekuasaan antara tahun 1993 dan 1995. Mereka terdiri dari Alberto Fujimori di Peru dan Carlos Menem di Argentina, keduanya terpilih kembali dalam pemilu, pemerintahan Ernesto Zedillo di Mexico, Rafael Caldera di Venezuela, Gonzalo Sánchez de Losada di Bolivia, dan Fernando Henrique Cardoso di Brazil.

2.      Analisa oatley justru tidak memaparkan dampak negative dari implementasi kebijakan penyesuaian structural yang menurut hemat penulis adalah factor signifikan yang turut memperparah krisis hutang dan krisis ekonomi di Negara Negara amerika latin. Program program seperti privatisasi, liberalisasi pasar, pencabutan subsidi, atau masifnya investasi asing yang berakibat pada pelarian modal keluar negeri merupakan sederet persoalan krusial yang mewarnai decade krisis amerika latin. Padahal, paket kebijakan neoliberal ini terbukti gagal menanggulangi krisis financial di asia. Sehingga secara umum penulis berasumsi bahwa oatley hendak memisahkan kebijakan penaggulangan krisis hutang dengan kebijakan ekonomi pemerintah yang bersentuhan langsung dengan sektor-sektor dasar strategis kehidupan rakyat di amerika latin.
Menurut Reygadas, sejak diterapkannya kebijakan neoliberal pada 1990 hingga 2005, tingkat kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin di kawasan itu adalah yang terburuk di dunia. Misalnya, 10 persen lapisan elit menerima hampir setengah (48 persen) total pendapatan, dimana di negara berkembang lainnya 10 persen kaum elit menerima hanya 29.1%. Dari tahun ke tahun, jurang pendapatan ini semakin lebar. Pada tahun 1970, satu persen penduduk kaya menerima pendapatan 363 kali dibanding satu persen penduduk miskin. Pada 1985, proporsi ini meningkat menjadi 417 kali. Pada dekadde yang sama, di tahun 1970, jumlah orang miskin mencapai 118 juta, dimana angka ini pada 1998 menyusut tinggal 82 juta orang. Tetapi, pada 1994 jumlah orang miskin kembali melesat menembus angka 210 juta, dan terus naik hingga mencapai 222 juta pada 2005.
Pada tingkat negara, seperti Paraguay, Brazil, Bolivia, dan Panama, mencatat rekor sebagai negara yang tingkat kesenjangan penduduknya sebagai yang tertinggi di dunia. Di tingkat kota, potret kesenjangan antar penduduk juga sangat timpang. Buenos Aires, ibukota Argentina, misalnya, adalah salah satu kota dengan tingkat kesenjangan yang tertinggi di dunia. Di kota itu, rata-rata tingkat kemiskinan naik dari 4.7 persen populasi pada 1974, menjadi 57 persen 25 tahun kemudian.

3.      Asumsi oatley bahwa pemerintah Negara Negara sedang berekembang terlalu suka melakukan overborrowing juga perlu dikalrifikasi lebih lanjut. Menurut stiglitz, seringkali pihak pemberi hutang atau debitur secara sengaja mengabaikan tingkat kapasitas Negara kreditur untuk membayar hutang dan cicilannya. Bahkan lebih lanjut, stiglits menyatakan dalam keadaan krisis pemerintah seharusnya memacu belanja pada sektor seperti pendidikan sebagai modal investasi peningkatan sumber daya manusia yang dapat diarahkan untuk membangun perekonomian nasional. Hal ini justru terbalik dengan resep IMF yang melarang subsidi atau menguranginya untuk sektor seperti pendidikan



Kesimpulan

Gagasan dan analisa ekonomi-politik oatley adalah kontribusi yang cukup signifikan dalam mengenali dan memahami siklus serta fenomena krisis hutang di amerika latin. Oatley secara cermat mampu menjelaskan logika, asal muasal dan factor factor determinan yang membentuk krisis hutang di amerika latin. Namun demikian, perspektif yang mencoba menguak scenario sistemik dan adanya dominasi dari rezim neoliberalsime perlu diangkat sebagai alat analisa yang dapat menyempurnakan kajian atas krisis hutang amerika latin. Pada prinsipnya, tinjauan kritis dan alternative (terutama analisa kelas) adalah kebutuhan yang tidak bisa diabaikan dalam memahami realitas ekonomi-politik global.

1 komentar:

  1. PENAWARAN PINJAMAN UNTUK SEMUA (DAFTAR SEKARANG)

    Apakah Anda seorang pengusaha atau wanita? Apakah Anda dalam stres keuangan? Anda perlu Uang untuk memulai bisnis Anda sendiri? Apakah Anda memiliki pendapatan rendah dan merasa sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank lokal dan lembaga keuangan lainnya? Jawabannya ada di sini, Christiana Anderson Badan Kredit adalah jawabannya. Kami menawarkan;

    a) pinjaman pribadi, ekspansi bisnis.
    b) Business Start-up dan pendidikan.
    c) konsolidasi utang.
    d) pinjaman Keras Uang.

    Namun, metode kami menawarkan kemungkinan untuk menunjukkan jumlah pinjaman yang dibutuhkan dan juga durasi Anda mampu untuk menyelesaikan pembayaran pinjaman dengan tingkat bunga 2%. Ini memberi Anda kesempatan nyata untuk mengumpulkan uang yang Anda butuhkan. Kandidat yang tertarik harus menghubungi kami melalui: angeladavidsloan@gmail.com

    BalasHapus