“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Peran PT Free Port Dalam Ekonomi Indonesia, Pendorong Ataukah Penghambat (Case: Renegosiasi Kontrak Karya PT Free Port Indonesia)


Oleh: Asma Amin, Silvi Dian Permata Sari, Dwi Nur Laela F, Gladies R. Perdana 

PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc..PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak.Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua, Indonesia.PTFI berusaha memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.
Kompleks tambang milik PTFI di Grasberg merupakan salah satu penghasil tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia, dan mengandung cadangan tembaga yang dapat diambil yang terbesar di dunia, selain cadangan tunggal emas terbesar di dunia.Grasberg berada di jantung suatu wilayah mineral yang sangat melimpah, di mana kegiatan eksplorasi yang berlanjut membuka peluang untuk terus menambah cadangan kami yang berusia panjang.
A.    Tentang Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (FCX) merupakan perusahaan tambang internasional utama dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. FCX mengelola beragam aset besar berusia panjang yang tersebar secara geografis di atas empat benua, dengan cadangan signifikan terbukti dan terkira dari tembaga, emas dan molybdenum. Mulai dari pegunungan khatulistiwa di Papua, Indonesia, hingga gurun-gurun di Barat Daya Amerika Serikat, gunung api megah di Peru, daerah tradisional penghasil tembaga di Chile dan peluang baru menggairahkan di Republik Demokrasi Kongo, PTFI berada di garis depan pemasokan logam yang sangat dibutuhkan di dunia.
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. merupakan perusahaan publik di bidang tembaga yang terbesar di dunia, penghasil utama di dunia dari molybdenum – logam yang digunakan pada campuran logam baja berkekuatan tinggi, produk kimia, dan produksi pelumas – serta produsen besar emas. Selaku pemimpin industri, FCX telah menunjukkan keahlian terbukti untuk teknologi maupun metode produksi menghasilkan tembaga, emas dan molybdenum.
FCX menyelenggarakan kegiatan melalui beberapa anak perusahaan utama; PTFI, Freeport-McMoRan Corporation dan Atlantic Copper.

B.     Sejarah Masuknya PT Freeport ke Indonesia           
PT Freeport Indonesia (PTFI) bermula saat seorang manajer eksplorasiFreeport Minerals Company, Forbes Wilson melakukan ekspedisi pada tahun 1960 ke Irian Jaya (Papua) setelah membaca sebuah laporan tentang ditemukannya Erstberg atau Gunung Bijih, sebuah cadangan mineral, oleh seorang geologis Belanda, Jean Jaques Dozy pada tahun 1936. Setelah ditandatanganinya Kontrak Karya pertama oleh pemerintah Indonesia bulan April 1967, PTFI memulai kegiatan eksplorasi di Erstberg pada Desember 1967.
Konstruksi dalam skala besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana konsentrat tembaga pada bulan Desember 1972.Setelah para geologis menemukan cadangan kelas dunia Grasberg pada tahun 1988, menjadikan operasi PTFI sebagai salah satu proyek tambang tembaga/emas terbesar di dunia.
            Di akhir tahun 1991, kotrak karya kedua ditandatangani dan PTFI diberikan hak oleh pemerintah Indonesia untuk meneruskan operasinya selama sedikitnya 30 tahun. Setelah rezim militer Orde Baru berdiri, perusahaan transnasional Amerika, Freeport yang pertama kali mendapatkan konsensi untuk mengeksploitasi sumber-sumber agrarian di Indonesia, mengarahkan sistem ekonomi yang developmentalism dan membiarkan pelanggaran HAM berat yang dilakukan militer Indonesia kepada rakyat Indonesia dan rakyat Timor Leste.
Berikut merupakan riwayat proyek PTFI :
1936
  • Ekspedisi Colijn, termasuk Jean-Jacques Dozy, merupakan kelompok luar pertama yang mencapai gunung gletser Jayawijaya dan menemukan Ertsberg.
1960
  • Ekspedisi Freeport dipimpin Forbes Wilson & Del Flint menjelajah Ertsberg.
1963
  • Serah terima Nederlands Nieuw-Guinea dari pihak Belanda ke PBB, yang pada gilirannya mengalihkannya ke Indonesia.
  • Rencana proyek tambang ditangguhkan akibat kebijaksanaan rezim Soekarno.
1966
  • Peralihan kekuasaan penuh dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto. Pembentukan pemerintahan baru yang mendorong investasi sektor swasta serta langkah-langkah reformasi ekonomi lainnya.
  • Freeport diundang ke Jakarta untuk pembicaraan awal mengenai kontrak tambang di Ertsberg.
1967
  • Penandatanganan Kontrak Karya untuk masa 30 tahun, yang menjadikan PTFI sebagai kontraktor eksklusif tambang Ertsberg di atas wilayah 10 km persegi.
1969
  • Negosiasi kontrak penjualan jangka panjang dan perjanjian proyek pendanaan. Studi kelayakan selesai dan disetujui.
1970
  • Pembangunan proyek berskala penuh dimulai.
1972
  • Uji coba pengapalan pertama ekspor konsentrat tembaga dari Ertsberg.
1973
  • Peluncuran proyek, dan lokasi kota dinamakan Tembagapura. Proyek Ertsberg mulai beroperasi.
1975
  • Kegiatan eksplorasi dimulai atas cadangan bawah tanah tembaga pada Gunung Bijih Timur (GBT).
1976
  • Pemerintah Indonesia membeli 8,5% saham PTFI dari Freeport Minerals Company dan investor lain.
1978
  • Studi kelayakan proyek tambang bawah tanah GBT disetujui.
1981
  • Tambang bawah tanah GBT mulai beroperasi.
1985
  • Tambahan cadangan tembaga bawah tanah ditemukan di bawah tambang bawah tanah GBT.
1987
  • Setelah mengalami beberapa kali pengembangan produksi rata-rata meningkat menjadi 16.400 ton/hari dua kali lipat dari rencana awal pada tahun 1967 cadangan total menjadi 100 juta ton metrik.

1988
  • Cadangan Grasberg ditemukan, melipatgandakan cadangan total menjadi 200 juta ton metrik.
1989
  • Perluasan hingga 32.000 ton/hari disetujui, dan kajian untuk perluasan hingga 52.000 selesai.
  • Pemerintah Indonesia mengeluarkan izin untuk melakukan eksplorasi tambahan di atas 61.000 hektar.
1990
  • Pekerjaan konstruksi berlanjut atas perluasan hingga 52.000 ton/hari.
1991
  • Penandatanganan Kontrak Karya baru dengan masa berlaku 30 tahun berikut dua kali perpanjangan 10 tahun ditandatangani bersama Pemerintah Indonesia.
  • Hingga akhir tahun, total cadangan berjumlah hampir 770 juta ton metrik.
1992
  • Kajian perluasan hingga 90.000 ton/hari disetujui. Sementara produksi rata-rata sebesar 58.000 ton/hari, pekerjaan berlanjut untuk meningkatkan kapasitas hingga 66.000 ton/hari.
1993
  • PTFI melakukan privatisasi atas beberapa aset non-tambang tertentu.
  • Peningkatan hingga 115.000 ton/hari disetujui.
  • FCX membeli RTM (pabrik peleburan di Spanyol).
  • Hingga akhir tahun, total cadangan mencapai hampir 1,1 miliar ton metrik.
1994
  • Studi Dampak Lingkungan Hidup 160.000 ton/hari PTFI disetujui.
  • Pengumuman tentang usaha patungan pabrik peleburan PT Smelting di Gresik.
1995
  • PTFI menandatangani kerjasama dengan Rio Tinto.
  • Kota baru di dataran rendah, Kuala Kencana, diresmikan.
  • Bersamaan dengan Konsentrator #3, peningkatan hingga 125.000 ton/hari yang melebihi rencana selesai sebelum waktunya dan di bawah anggaran.
  • Kegiatan eksplorasi berlanjut yang bersebelahan dengan kegiatan operasional mengidentifikasi daerah-daerah baru yang memiliki potensi mineralisasi yang signifikan, yakni "Segitiga Emas".
  • Penambahan tambang bawah tanah Grasberg meningkatkan cadangan menjadi 1,9 miliar ton metrik hingga akhir tahun.
1996
  • Upaya eksplorasi memberi hasil sangat baik dengan penambahan cadangan Kucing Liar; hingga akhir tahun, total cadangan mencapai lebih 2 miliar ton metrik.
  • PTFI mulai ikut serta di dalam Rencana Pengembangan Timika Terpadu dari Pemerintah, dengan sumbangan satu persen dari pendapatan setiap tahun (dana 1%).
  • PTFI melakukan audit sosial dan lingkungan hidup secara sukarela dengan hasil yang positif.
  • Komitmen membangun sarana-sarana bagi Pemerintah Indonesia menghasilkan peningkatan pengamanan bagi personil dan kegiatan operasional.
  • Perluasan Konsentrator # 4 disetujui.
1997
  • Audit Sosial oleh Labat Anderson diserahkan kepada PTFI dan Kementerian Lingkungan Hidup, dan revisi dilakukan terhadap penyelenggaraan FFIJD agar lebih tanggap terhadap kebutuhan pembangunan di desa-desa.
  • PTFI mendapatkan izin perluasan hingga 300.000 ton/hari.
  • Pekerjaan perluasan Konsentrator # 4 berlanjut.
  • Tambahan cadangan hingga akhir tahun terdiri dari 2,6x produksi tembaga dan 3x produksi emas untuk tahun 1997, terutama tambahan dari Kucing Liar.
1998
  • PT Smelting yang 25% kepemilikannya dikuasai PTFI mulai beroperasi di Jawa Timur. PTFI memasok seluruh kebutuhan konsentratnya.
  • Perluasan Konsentrator #4 selesai dan mulai beroperasi. PTFI melakukan program operasional "Hunker Down and Go" (Bertahan dan Maju) di tengah iklim harga komoditas rendah, dengan mencapai rata-rata lebih 196.000 ton/hari, dan produksi logam mencapai rekor, serta biaya produksi tunai neto yang rendah.
  • Tambahan cadangan yang cukup signifikan berasal dari DOZ dan Kucing Liar meningkatkan cadangan total menjadi hampir 2,5 miliar ton metrik.
1999
  • Audit Lingkungan Hidup oleh Montgomery-Watson selesai, yang menemukan bahwa sistem pengelolaan lingkungan hidup yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh PTFI merupakan "teladan dan contoh bagi industri pertambangan."
  • Kegiatan operasional mencetak rekor produksi logam serta biaya tunai satuan.
  • Proyek bawah tanah DOZ dengan kapasitas 25,000 ton/hari disetujui dan diluncurkan.
2000
  • MoU tentang sumber daya sosial ekonomi, HAM, hak ulayat, dan hak lingkungan hidup diumumkan oleh pimpinan LEMASA (lembaga masyarakat suku Amungme), LEMASKO (lembaga masyarakat suku Kamoro) dan PTFI.
  • Pembangunan tambang bawah tanah DOZ dimulai.
  • Produksi tembaga mencapai rekor dengan lebih 1,64 miliar pon tembaga.
2001
  • FCX dan PTFI menandatangani perjanjian sukarela khusus Dana Perwalian bersama warga Amungme dan Kamoro yang tinggal dekat wilayah kegiatan tambang, dengan menyumbang jumlah awal sebesar $2,5 juta AS, dan selanjutnya $1 juta AS setiap tahun.
  • Tingkat produksi pabrik pengolahan (mill) mencapai rekor dengan hampir 238.000 ton/hari serta produksi emas rata-rata setiap tahun mencapai hampir 3,5 juta ons.
2002
  • Produksi tembaga mencapai rekor dengan 1,8 miliar pon tembaga.
  • Tambang bawah tanah DOZ mencapai produksi berkelanjutan sebesar 25.000 ton/hari.
  • PTFI menyerahkan kepada Pemerintah Indonesia hasil kajian Penilaian Resiko Lingkungan Hidup dari sistem pengelolaan tailing yang menetapkan bahwa dampak lingkungan hidup sesuai dengan yang diperkirakan pada AMDAL 1997, dan disetujui oleh Pemerintah.
2003
  • Peningkatan DOZ hingga 35.000 ton/hari disetujui dan selesai.
  • Peristiwa longsor di tambang terbuka Grasberg berdampak terhadap kegiatan Kuartal 4.
  • Biaya produksi tunai netto rata-rata mencatat rekor kredit sebesar 2¢ per pon tembaga.
2004
  • 2004 Kegiatan pembersihan di tambang terbuka Grasberg selesai, dan kegiatan operasional dilanjutkan dengan penambangan pada bagian berkadar tinggi tambang Grasberg. DOZ beroperasi pada tingkat 43.600 ton/hari, melebihi kapasitas rancangan sebesar 35.000 ton/hari; peningkatan hingga 50.000 ton/hari disetujui.
2005
  • 2005 Hasil berkadar tinggi dari Grasberg menyebabkan jumlah produksi yang hampir mencapai rekor sebesar 1,6 miliar pon tembaga dan 3,4 juta ons emas.
  • DOZ tetap beroperasi pada tingkat 42.000 ton/hari, melebihi kapasitas rancang.
  • Pengembangan cadangan Big Gossan disetujui.
  • Audit lingkungan hidup eksternal tiga tahunan yang dilakukan Montgomery-Watson-Harza menyimpulkan bahwa praktek pengelolaan lingkungan hidup perusahaan masih berdasarkan (dan dalam berbagai hal mewakili) praktek pengelolaan terbaik untuk industri pertambangan tembaga dan emas secara internasional.
2006
  • PTFI mencatat rekor hasil keuangan akibat harga tembaga dan emas mencapai tingkat tertinggi setelah beberapa tahun.
  • DOZ beroperasi pada tingkat 45.000 tpd, di atas kapasitas desain awal.
  • PTFI juga mencatat rekor triwulan dengan tingkat mill mencapai 246.500 tpd.
2007
  • Dengan pasar komoditas dunia yang menguat, PTFI kembali membukukan rekor hasil keuangan. PTFI juga mencatat beberapa pencapaian lain, termasuk tingkat operasi pertambangan DOZ kali ini mencapai 53.500 tpd, dan tingkat recovery di mill mencapai 90,5%.
  • Ekspansi DOZ menuju 50.000 tpd dicapai pada pertengahan 2007.
  • Audit resertifikasi ISO14001 selesai.
2008
  • Setelah triwulan pertama dengan harga-harga komoditas yang kuat, hasil keuangan PTFI mengalami penurunan yang mendadak akibat harga komoditas dan kondisi ekonomi yang terjadi mulai pertengahan September. Volume menunjukkan akses yang terbatas kepada bagian high-grade dari Grasberg pit sebagai akibat dari slip skala kecil yang terhadi pada awal September.
  • DOZ beroperasi pada level 63.200 tpd.

C.    Kegiatan Penambangan
Saat ini PTFI menerapkan dua teknik penambangan, yakni open-pit atau tambang terbuka yang menggunakan truk pengangkut dan sekop listrik besar di tambang Grasberg.serta teknik ambrukan atau block-caving pada tambang bawah tanah Deep Ore Zone (DOZ).
Bijih yang telah dihancurkan diangkut ke pabrik pengolahan melalui rangkaian ban berjalan dan ore pass. Gabungan teknik penghancuran digunakan, termasuk penggunaan mesin Semi Autogenous Grinding (SAG) dan Ball Mill untuk menghancurkan bijih tambang menjadi pasir yang sangat halus.
Selanjutnya diikuti dengan proses pengapungan menggunakan reagent, bahan yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang mengandung mineral tembaga, emas dan perak, di mana mineral-mineral tersebut mengapung ke permukaan dan diciduk permukaannya (skimmed-off) sebagai produk akhir. Sisa dari batuan yang tidak memiliki nilai ekonomi mengendap di bagian dasar sebagai tailing, dan dilepaskan melalui arus sungai menuju daerah pengendapan di dataran rendah. Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju pabrik pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa sepanjang 110 km. Konsentrat yang telah dikeringkan disimpan di pelabuhan Amamapare sebelum dijual dan dikapalkan ke pabrik-pabrik peleburan di seluruh dunia.
PTFI berkarya dalam kemitraan dengan Pemerintah Indonesia untuk memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia di samping ikut menyediakan kebutuhan logam dunia.PTFI terus berupaya menjadi model pembangunan ekonomi di Indonesia yang mengolah sumber alam dan memaksimalkan manfaat sosial bagi bangsa termasuk masyarakat Papua.Perusahaan juga berupaya meminimalkan dampak lingkungan dan bertekad untuk terus memperbaiki setiap aspek operasi.

D.    Ketenagakerjaan PT Freeport Indonesia
PT Freeport Indonesia bertekad untuk menyediakan iklim kerja yang aman dan memuaskan secara profesional bagi karyawannya.Kebijakan, program dan praktek-praktek PTFI dirancang untuk membantu karyawan PTFI untuk mengembangkan dirinya maupun profesinya.PTFIberanggapan bahwa keberhasilan perusahaan bergantung pada kontribusi masing-masing karyawan.Karena itulah komitmen dari PTFI adalah untuk mencapai keunggulan yang mencakup pula kebutuhan dari setiap orang yang di pekerjakan.PTFI telah membuka lapangan kerja bagi warga papua, lebih dari 1000 warga papua terdaftar dalam program magang pra magang dari institute pertambangan nemangkawi.
Pelatihan, pendidikan lanjutan dan pengembangan merupakan komponen yang sangat penting untuk memastikan efisiensi operasi jangka panjang dalam setiap usaha.Hal tersebut menjadi kian penting apabila kegiatan operasi berlangsung di suatu wilayah berkembang dengan program pendidikan lanjutan yang belum berlangsung lama.Program pelatihan kerja di Papua harus menawarkan lebih dari sekedar pengembangan keterampilan teknis.Selama 2008, PTFI menyediakan 8 juta jam pelatihan bagi lebih dari 20.000 peserta, yang merupakan peningkatan 14% dibanding 2007. Program pelatihan berkisar mulai dari pelajaran dasar membaca dan menulis hingga program “pra-magang” untuk orang-orang yang belum pernah menjalani pelatihan karir, pemagangan teknis lanjut, pengembangan karir dan kepemimpinan, dan program manajemen bisnis yang mengajarkan keterampilan kelas dunia kepada pekerja kami.
Institut Pertambangan Nemangkawi dari PTFI memberi peluang pelatihan dan pengembangan karir bagi ratusan anggota masyarakat di sekitar daerah operasi Grasberg.Penerimaan siswa telah meningkat menjadi sekitar 1.500 peserta magang, menghasilkan tenaga kerja yang terampil guna memenuhi rencana perluasan kegiatan pertambangan bawah tanah.
Pada tahun 2003, dengan pertimbangan pengembangan jangka panjang tenaga kerja asal Papua, PTFI membentuk Institut Pertambangan Nemangkawi.Institut ini bertujuan membuka peluang pra-magang, magang dan pengembangan karia lanjut untuk ratusan warga Papua dan Indonesia setiap tahun.Pada tahun 2008 Institut meraih kemajuan yang berarti.Lebih dari 1.450 warga Papua telah mengikuti program magang dan pra-magang yang disediakan Institut.Siswa-siswa tersebut menjalani pelatihan di lokasi kerja maupun di luar lokasi kerja di bidang pengelasan, permesinan alat berat, operator peralatan, pekerjaan listrik dan instrumen, tugas administrasi dan tata usaha, serta banyak kejuruan lain. Lulusan program magang dapat bekerja di manapun sesuai pilihan mereka, namun diharapkan bahwa sebagian besar siswa tersebut akan dipekerjakan oleh PTFI maupun mitra kerjanya.
Sejak dibukanya Nemangkawi, lebih dari 1.000 karyawan magang telah diterima menjadi karyawan atau salah satu perusahaan mitranya. Selain itu 730 peserta pra-magang yang kesemuanya berasal dari tujuh suku setempat telah lulus dan melanjutkan pendidikannya ke program magang penuh.Nemangkawi dan manajemen PTFI telah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi ternama, Institut Teknologi Bandung (ITB), untuk membuka program pendidikan Magister di bidang Administrasi Bisnis dari ITB melalui Nemangkawi. Pada tahun ini 40 karyawan staf telah lulus program magister tersebut.
Nemangkawi melalui kerja samanya dengan Politeknik Negeri Semarang saat ini membuka program magang D3 di bidang Administrasi Bisnis. Gelombang kedua Angkatan 2008 dimulai pada Juli 2008 dan terjadi peningkatan jumlah peserta asal Papua menjadi 44 orang.
Pada 31 Desember 2008, jumlah tenaga kerja PTFI mencapai 11.659 karyawan dan 9.394 kontraktor. Sekitar 98% dari karyawan PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan warga Indonesia, di mana 29% berasal dari Papua. Pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja Papua yang bekerja langsung untuk PTFI mencapai 3.352 orang, yang merupakan peningkatan dari jumlah 3.044 pada 2007 — perusahaan berkomitmen untuk terus meningkatkan jumlah ini.

E.     Tanggung Jawab PTFI Terhadap Lingkungan
PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen untuk mengelola dan meminimalisasi dampak kegiatan operasinya terhadap lingkungan, menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta meningkatkan kinerja kami secara berkesinambungan.Sebagai bagian dari Kebijakan Lingkungan, PTFI menggunakan strategi pengelolaan resiko berdasarkan data yang sah dan ilmu pengetahuan yang mumpuni. PTFI melakukan audit internal maupun eksternal terhadap lingkungan secara rutin guna mengevaluasi ketaatan lingkungan kami, serta sistem dan praktek pengelolaannya.
Karyawan diseluruh organisasi mengemban tanggung jawab langsung untuk memelihara lingkungan dan mengembangkan rencana kerja berdasarkan hasil audit.Program lingkungan kami berpedoman kepada persyaratan pada Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang diserahkan setiap tahun kepada pemerintah sesuai persyaratan dalam Analis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), selain sesuai kewajiban menurut peraturan dan perizinan terkait yang dikeluarkan pemerintah.
Salah satu limbah dengan jumlah terbesar yang dihasilkan kegiatan operasi dari PTFI adalah pasir sisa tambang (sirsat / tailings)  yaitu sisa dari proses pengolahan bijih berupa batuan halus dan air. Proses pengolahan bijih PTFI adalah proses fisik di mana bijih digerus halus dan mineral mengandung tembaga dan emas dipisahkan dari partikel batuan yang tidak memiliki nilai ekonomis.  Dikarenakan keadaan topografi, kegiatan seismik, serta curah hujan tahunan yang melebihi 10 meter pada beberapa lokasi, kami menerapkan sistem pengelolaan sirsat yang memanfaatkan sungai untuk mengalirkan sirsat menuju suatu daerah yang telah ditentukan di dataran rendah dan kawasan pesisir yang disebut Daerah Pengendapan Dimodifikasi (Modified Deposition Area/ModADA). Daerah pengendapan menjadi bagian dari bantaran banjir sungai tersebut, dan merupakan suatu sistem yang direkayasa dan dikelola untuk pengendapan dan pengendalian sirsat. Tanaman pertanian, pohon-pohon buah dan tanaman lain berhasil tumbuh di pusat penelitian ilmiah sehingga memberi masukan penting bagi pertimbangan reklamasi ke depan.
Sistem pengelolaan tersebut dijalankan sesuai rencana pengelolaan sirsat PTFI yang komprehensif, yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia setelah melalui sejumlah besar kajian tehnik dan proses peninjauan selama beberapa tahun. Sistem tersebut melibatkan konstruksi struktur penampungan menyamping (lateral) atau tanggul pada daerah pengendapan. Dikemudian hari tanggul tersebut diperpanjang dan pekerjaan berlangsung secara berkesinambungan untuk berbagai penyempurnaan sistem, termasuk pemeriksaan, pemantauan dan pekerjaan fisik.PTFI melakukan evaluasi dan pembaharuan rencana pengelolaan sirsat secara berkesinambungan untuk meminimalisasikan resiko.Apabila kegiatan pertambangan telah usai, menurut penelitian dari PTFI daerah pengendapan tersebut dapat direklamasi dengan tumbuh-tumbuhan asli atau dimanfaatkan untuk keperluan pertanian, kehutanan maupun budidaya air. Biaya rata-rata pelaksanaan program pengelolaan sirsat tersebut selama tiga tahun terakhir mencapai sekitar 15,5 juta dolar AS per tahun.
PTFI telah mengimplementasikan suatu program pemanfaatan ulang sirsat sebagai bahan campuran beton untuk pembangunan infrastruktur setempat. Pada 2007 dan 2008 kami membangun jalan dengan panjang total 39 kilometer di Provinsi Papua dengan memanfaatkan sirsat sebagai komponen utamanya. PTFI juga membuat bata, membangun jembatan, areal parkir, dan sejumlah bangunan.Tanggapan dari pemerintah dan masyarakat setempat cukup positif dan kami bermaksud melanjutkan upaya tersebut pada tahun-tahun mendatang.

F.     Tanggungjawab Sosial
PTFI mempunyai komitmen untuk memberi dampak positif bagi masyarakat di tempat di mana mereka tengah melakukan kegiatan, karena hal ini bukan saja merupakan strategi bisnis yang tepat, tetapi juga menjadi tanggung jawab warga korporasi yang baik.Berkarya menuju pembangunan berkelanjutan ikut memastikan lingkungan yang sehat bagi tenaga kerja maupun masyarakat di dalam wilayah kegiatan PTFI yang hidup dan berkembang, yang sangat penting bagi berlanjutnya keberhasilan kami.Sebagai tamu dan salah satu pemangku kepentingan utama di dalam masyarakat, PT Freeport Indonesia (PTFI) mempunyai komitmen untuk menciptakan dan mendukung program pengalihan keterampilan kepada masyarakat setempat serta menciptakan dampak positif yang permanen setelah kegiatan pertambangan tidak ada lagi di wilayah itu.
Keterlibatan dan Pengembangan Masyarakat
Keterlibatan masyarakat merupakan suatu komitmen pembangunan berkelanjutan yang mendasar.Tujuannya adalah untuk menyatukan asas-asas pembangunan berkelanjutan, termasuk kebutuhan dan perhatian pemangku kepentingan kami ke dalam keputusan bisnis kami serta memastikan pencegahan, peringanan dan memperbaiki dampak sosial yang timbul dari kegiatan operasi kami.PT Freeport Indonesia (PTFI) telah memberi kontribusi senilai lebih dari 55 juta dolar AS melalui donasi sukarela, program pengembangan dan investasi dalam masyarakat lainnya selama 2008.
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. dan PTFI telah meluncurkan Kebijakan Masyarakat baru yang disetujui Dewan Direksi perusahaan pada awal 2009, yang menegaskan komitmen kami untuk melakukan peningkatan berkesinambungan dipihak kami atas evaluasi sosial, interaksi dengan pemangku kepentingan, kemitraan dengan masyarakat serta program pengembangan setempat.
Program keterlibatan pemangku kepentingan mencakup upaya memahami kebutuhan masyarakat; menyediakan berbagai sumber daya, termasuk dukungan teknis dan dana; menawarkan pengetahuan dan keterampilan dari perusahaan maupun sumber daya eksternal; serta memberi semangat kepada karyawan sukarelawan untuk membantu masyarakat kami meningkatkan diri. Membantu untuk membangun dan menjaga masyarakat sehat merupakan tanggung jawab bersama PTFI dengan pemerintah daerah setempat, kelompok masyarakat, tokoh pengusaha dan tokoh masyarakat lainnya.Adapun menjadi kepentingan semua pihak untuk menciptakan masyarakat yang kuat serta ekonomi yang sehat dan bertahan yang mampu bertahan dalam setiap kondisi baik dan buruk yang lazim terjadi padaindustri pertambangan.
Kami percaya bahwa kami dapat sebaik-baiknya menjamin kelangsungan dan keberhasilan jangka panjang dari masyarakat di sekitar kegiatan kami melalui kerjasama yang erat dengan masyarakat tersebut. Dengan cara-cara formal maupun tidak formal seperti pertemuan masyarakat, dewan dan forum bersama, serta petugas pendamping masyarakat PTFI yang sehari-hari bekerja bersama anggota masyarakat - kami berupaya mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan kami tentang permasalahan dan kebutuhan yang menjadi prioritas masyarakat. Kami menggunakan masukan ini untuk keperluan kemitraan dan keputusan investasi sosial serta pemberian amal kami.Hal ini tidak saja mendukung pengembangan hubungan yang kuat dan handal dengan anggota masyarakat, melainkan juga melancarkan pemanfaatan terbaik investasi kami dalam masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar