“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Runtuhnya Sistem Fordism dan Lahirnya Post-Fordism


Oleh: Lutfi Maulana Hakim
            Era keemasan Fordism yaitu di era 50an smpai era 70an, yang mana pendapat Amerika Serikat meningkat pesat. Masuk nya era 80an menjadi bentuk kemunduran sistem Fordism, dimana sistem ekonomi yang dulunya dikuasai oleh bangsa Eropa Barat dan Amerika Serikat dalam bidang energy dan minyak, terhenti karena pengiriman minyak dipegang oleh OPEC dimana mayoritas negara anggotanya dari negara Timur Tengah. Hal ini yan membuat Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi, yang berimbas ke industri yang ada di Amerika. Peristiwa ini dikenal dengan runtuhnya era Fordism.
            Runtuhnya era Fordism dan masuk ke era Fordism dilatar belakangi beberapa faktor antara lain; munculnya teknologi baru, perubahan paradigm, serta proses internasionalisasi, halini diungkapkan oleh Jessop.
Adapun faktor yang melatar belakangi lahirnya Post-Fordism menurut Lipietz yaitu;
1. Faktor internal, yaitu tidak mampunya sistem Fordism yang berlaku didalam negeri yang tidak mampu menangani krisis
2. Faktor eksternal, yaitu, kuatnya interaksi internasional dan kompetisi negara-negara didunia.
Faktor ini yang menjadi keruntuhan Fordism dan muncul sistem Post Fordism.
            Sistem Post-Fordism, merupakan sebuah sistem baru pasca runtuhnya sistem Fordism. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh sistem Post-Fordism, dalam disiplin ekonomi-politik dan beberapa pendekatan lainnya. Adapun argument dari Post-Fordism yaitu;
1.  Kelompok Neo-Smithian memiliki pandangan bahwa dalam mekanisme produksi jangan lagi bergantung pada produksi masal, dan selanjutnya memulai menggunakan mekanisme produksi Flexible Specialization.
2. Kelompok Neo-Schumpeterian: berdasarkan pendekatan long wave, yang menitik beratkan pada paradigma Techno-Economy, yang menjelaskan bahwa perputaran ekonomi dunia kedepannya berdasarkan perkembangan dan kuatnya arus teknologi informasi dan komunikasi.
3. Kelompok Neo-Marxian (kelompok eko-pol Perancis), dimana kelompok ini menitik beratkan perhatiannya pada struktur regulasi yang dibuat oleh sistem kapitalis dalam menghadapi tantangan krisis, instabilitas, dan perubahan. Kelompok ini tidak menekankan adanya revolusi kepada sistem kapitalis apabila terjadi sebuah krisis, akan tetapi menekankan sebuah reorganisasi dan ­rejuvenat[1]e.

Prinsip-prinsip menurut Hall, yag merupakan poin-poin utama dari Post-Fordisme yaitu:
1. Produksi yang tidak massal, dimana produksi sesuai target pasar, berbeda dari Fordism yang
     memproduksi secara massal melebihi targetpasar.
2. Bidang ekonomi yang jelas, yakni,bidang ekonomi yang sudah tertata sesuai dengan sistem
    produksi yang ada.
3. Spesialisasi produk dan pekerjaan, yaitu adanya produki barang secara spesifik yang kemudian
   ada pekerjaan spesifik sesuai sistem produksi.
4. Teknologi informasi yang baru, yaitu menggunakan sistem kerja mesin dan teknologi yang
   canggih lainnya,sesuai dengan barang dan tingkat produksi.
5. Menekankan tipe konsumen,adalah melihat tipe-tipe konsumen yang ada di pasaran, untuk
    kemudian mengaturnya dengan sistem produksi.
6. Meningkatkan pelayanan dan pekerja kerah-putih, dengan meningkatkan kesejahteraan
    pekerja serta menambah upah para pekerja dan lebih mengurangi porsi para pekerja karena,
    penggunaan mekanisme kerja yang dilakukan oleh mesin, dan pekerja dibidang khusus.
7. Feminisasi tempat kerja (Hall,S: 1988), adanya tempat khusus atau pekerjaan khusus bagi para
    pekerja wanita, dengan mengatur dan menempatkan porsi kerja sesuai dengan porsi wanita[2].



[1] Ibid
[2] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar