“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Sejarah Lahirnya India Look East Policy (LEP)


Oleh: Haryo Prasodjo (haryoprasodjo@ymail.com)
Look east policy (LEP) bermula dari kegagalan India dalam strategi “playing both ends against the middle”, sementara pada saat yang sama India juga mencoba mengadopsi pro-Soviet ‘tilt’ serta bentuk sistem ekonomi komandonya[1]. Kebijakan Melihat ke timur India merupakan suatu upaya untuk menumbuhkan hubungan ekonomi dan hubungan strategis lainnya yang luas dengan negara-negara kawasan Asia lainnya dalam rangka menunjang posisi India sebagai kekuatan regional.   

Look East Policy Sebagai Penanda Berakhirnya Perang Dingin
Kebijakan melihat ke timur ini dimulai sejak tahun 1991, sebuah kebijakan pasca berakhirnya perang dingin dan awal kebijakan liberalisasi ekonomi India. Pada masa awal pemerintahannya, PM Narasimha Rao dengan dibantu oleh pakar ekonomi India Atal Bihari Vajpayee dan Manmohan Singh terus mempromosikan reformasi ekonomi melalui strategi look east policy, yaitu dengan cara merubah pola pembangunan ekonomi India yang pasif dan cendrung tertutup menjadi lebih terbuka dan aktif dalam membangun hubungan dengan negara-negara asing.
Kebijakan look east policy juga dipengaruhi oleh runtuhnya Uni Soviet yang menjadi Rusia, serta krisis yang melanda negara-negara Eropa Timur yang menyebabkan kerjasama India dengan negara-negara tersebut merosot dengan serius. Selain karena keruntuhan Soviet dan krisis yang melanda Eropa Timur saat itu, hubungan India dengan negara-negara tetangga di sekitar kawasan juga tidak berkembang pesat yang mengakibatkan sulit bagi India untuk menjalin kerjasama  ekonomi internasional di wilayah Asia Selatan. Pada dasarnya look east policy merupakan sebuah formulasi kebijakan yang dirancang untuk menghadapi perubahan tatanan global dari lingkungan regional setelah selesainya perang dingin. Yaitu dengan cara menghindari politik marginalisasi dan mengatasi kesulitan ekonomi India yang terjadi saat itu untuk dapat keluar dari pihak yang kalah dalam perang dingin[2].

Look East Policy Sebagai Awal Dibukanya Kembali Hubungan India-Asia
Di sisi lain, negara-negara yang berada dalam kawasan regional  Asia Tenggara sedang mengalami pertumbuhan dalam pembangunan ekonominya. Maka dari itu, negara-negara yang berada pada kawasan Asia Tenggara menjadi pilihan pertama India dalam mengembangkan jaringan kerjasama ekonominya.  Kerena selain pertumbuhan ekonominya yang sedang menggeliat, negara-negara di kawasan Asia Tenggara cendrung memiliki sejarah dan geopolitik yang hampir sama dengan India.
Selain itu look east policy juga mempertegas hubungan India dengan negara-negara yang berada pada kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Pasifik[3]. Yang mana look east policy  juga sebagai penanda dimulainya pergeseran perspektif strategis India di dunia internasional[4]. Selain bertujuan untuk melibatkan negara-negara yang berada di asia timur India untuk membantu pengintegrasian ekonomi India menuju ekonomi global dalam menghindari politik marginalisasi dan mengatasi kesulitan ekonomi[5]. Look east policy juga merupakan bagian dari upaya strategi India dalam menghadapi perubahan tatanan global. Yang mana banyak negara-negara di suatu kawasan menggunakan model regionalisme dalam melakukan pengintegrasian wilayah baik dilakukan dengan adanya persamaan sejarah serta kebutuhan akan kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, keamanan, sosial, dan budaya.
Asal usul kebijakan 'Look East' sendiri muncul dari kesadaran politik India dengan fokus utama memperdalam hubungan yang saling menguntungkan antara India dengan Asia Tenggara[6]. Pada akhir Perang Dunia II. Perdana Menteri Jawaharlal Nehru sendiri mencoba untuk terlibat dengan Asia Tenggara yaitu melalui dukungannya terhadap perjuangan anti-kolonial, advokasi pan-Asianism, dan tatanan dunia internasional baru yang didasarkan pada posisi tidak berpihak selama Perang Dingin. Dengan demikian dapat  dikatakan bahwa 'Look East Policy' India adalah ekspresi tidak langsung India yang ingin kembali dari perilaku historis India masa lalu[7].


 Look East Policy Sebagai Tujuan Kerjasama Ekonomi India
Look east policy memiliki agenda yang cukup luas, khususnya dalam merancang agar perekonomian India dapat terus tumbuh dan berkembang. Terdapat empat tujuan umum dari look east policy. Yang pertama adalah reformasi dan liberalisasi ekonomi, yang mana terdapat upaya pemerintah India untuk menurunkan hambatan dalam perdagangan dan izin investasi agar memliki ruang yang lebih leluasa dalam menciptakan kestabilan ekonomi dalam negeri. Yang kedua adalah adanya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketiga adalah membentuk kawasan ekonomi regional dengan negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur India termasuk kawasan Asia Tenggara. Dimana pembentukan blok perdagangan ini merupakan sebuah reaksi terhadap pembentukan blok perdagangan di Eropa dan Amerika, yang juga dimanfaatkan oleh India untuk menunjukkan kebangkitan dari ekonomi India.
Dalam menghadapi dunia yang semakin terfragmentasi, India merasa bahwa pengelompokan dengan negara-negara Asia Tenggara akan meningkatkan posisi India terhadap kawasan regional lainnya. India melihat bahwa sudah saatnya kawasan Asia membentuk sebuah komunitas ekonomi dalam sebuah blok perdagangan terbesar ketiga di dunia.

 Look East Policy Sebagai Agenda Pembangunan
Saat krisis melanada 1990-1991 merupakan momentum yang tepat bagi India untuk melakukan reformasi ekonominya secara menyeluruh. Konsistensi terhadap semangat yang berorientasikan pada pasar dan sektor swasta telah mewarnai kebijakan reformasi ekonomi India tahun 1991. Telah diakui bahwa kekuatan negara dan pasar harus memiliki peran yang signifikan untuk bermain dan meraih keuntungan komperatfnya serta harus bekerjasama sebagai mitra dalam melakukan pembangunan ekonomi bangsa.
Sementara itu dalam bebeapa sektor, negara harus memainkan peran yang pro aktif terhadap inisiatif swasta yang tidak bersedia ataupun tidak mampu untuk mengatur dirinya dalam kepentingan sosial. Di daerah-daerah yang memiliki potensi keunggulan komperatif negara mendorong sektor swasta untuk dapat membantu dalam program pengentasan kemiskinan, pembangunan sumber daya manusia, penyediaan layanan sosial, seperti kesehatan, pedidikan serta program-program lainnya yang memiliki orientasi pembangunan infrastruktur dan sosial. Selain itu negara juga memiliki tugas baru yaitu mengawasi sektor swasta dengan membuat sebuah badan independent yang bertugas untuk mendorong persaingan serta penyediaan layanan jasa oleh swasta di daerah-daerah seperti dalam penyediaan layanan utilitas, pasokan air, telekomunikasi, serta penyediaan stok barang di pasar untuk dapat menjaga keseimbangan antara produsen dan konsumen.
Selain itu liberalisasi ekonomi India juga membuat sektor manufaktur lebih terorganisir. Dengan membentuk sebuah pola pembelajaran dari sistem ekonomi yang diterapkan dengan nama keajaiban Asia Timur. Dimana ekonomi didasarkan atas orientasi ekspor global yang terintegrasi dengan sistem pembangunan dalam negeri seperti yang telah banyak dilakukan oleh negara-negara kawasan Asa Timur India seperti Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indonesia.
Model pembangunan Asia timur telah berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan dengan diikuti oleh laju tingkat standar hidup layak masyarakatnya hanya dalam kurun waktu dua dekade. Dan India telah lama terjebak dalam dua hal tersebut, yaitu pengerucutan subtitusi impor serta ekonomi negara yang cendrung tertutup. Maka dari itu pada masa pemerintahannya PM Narasimha Rao meluncurkan kebijakan yang dikenal dengan “look east policy”. Harapan dari kebijakan tersebut adalah, agar India dapat dihadapkan dengan “populisme kompetitif” guna merangsang laju pertumbuhan ekonomi dalam negerinya[8].
Reformasi ekonomi dilakukan oleh PM Rao melalui metode bertahap agar dapat terus meluas dan menjangkau sektor ekonomi makro. Visi dan misi India sangatlah jelas, yaitu hanya untuk mendapatkan stabilitas makro ekonominya dengan melakukan pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan pertumbuhan penduduknya yang produktif dengan ditopang oleh pertumbuhan pendapatan perkapita yang merata dan pembukaan lapangan kerja serta pertumbuhan investasi dalam berbagai sektor agar lebih produktif dan dinamis.

4.1.5 Look East Policy Sebagai Penanda Reformasi Ekonomi India
Reformasi ekonomi yang dilakukan pada tahun 1991 dikatagorikan dalam dua bidang luas, yaitu pengelolahan sektor utama ekonomi makro dan reformasi ekonomi secara struktural pada sektor-sektor tertentu.Untuk sektor makro ekonomi, kebijakan-kebijakan pemerintah difokuskan pada stabilisasi pengendalian politik dalam penanganan masalah fiscal. Defisit pendapat yang terjadi selama ini disebabkan oleh tingginya peran pemerintah yang akhirnya menyebabkan kegiatan ekonomi tidak dapat berjalansecara efisien.
Pada tahun tersebut (1991-1992) Manhmohan Singh yang saat itu menjabat sebagai Menteri Keuangan India mengurangi berbagai macam bentuk subsidi pada makanan dan pupuk, dan ditahun selanjutnya beberapa mentri keuangan setelah Singh juga turut melakukan pengurangan terhadap investasi publik dan jaminan kesejahteraan sosial. Yang mana langkah-langkah tersebut membantu India untuk mengurangi defisit fiskal.  Reformasi ekonomi India yang dilakukan pad atahun 1991 bukan berarti dapat berjalan mulus. Seperti yang kita ketahui India adalah negara yang plural, dengan laju pertumbuhan penduduknya terbesar ketiga didunia, yang mana hampir dalam kurun waktu 40 tahun ekonomi India dilakukan secara terpusat dengan kontrol negara yang amat kuat. Hal inilah yang terus melekat dalam pola pikir baik masyarakat maupun para birokrat yang ada di India.
Terjadi perpecahan antara koalisi partai yang berkuasa. Dimana masing-masing partai menggunakan powernya melalui lembaga yang berwenang seperti bank dan lembaga keuangan lainnya untuk melancarkan kebijakannya. Namun keadaan memaksa India untuk dapat lebih ramah terhadap pasar.  Maka reformasi ekonomi berbasir pasarpun mau tidak mau harus dilakukan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi India saat itu.

Look East Policy Sebagai Pengintegrasi Ekonomi India Dengan Ekonomi Internasional
Kebijakan look east policy dengan reformasi ekonomi India 1991 juga telah menjadikan ekonomi India semakin terintegrasi dengan dunia global, tidak hanya itu ekonomi India juga telah berhasil pidah kedalam lintasan yang lebih tinggi dari pertumbuhan dan peningkatan yang ada dalam beberapa sektor ekonomi baik mikro maupun makro. Peningkatan ekonomi tersebut terus ditunjukkan dengan adanya perbandingan pertumbuhan ekonomi yang hanya 3,5 % ditahun 1960-1980 an menjadi 6 % setelah reformasi ekonomi 1991[9]. Hal demikian dapat terus mendorong dinamisasi dalam keunggulan kompetitif dimasa-masa yang akan datang. Saat ini setelah China, India merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia[10].
Dengan standar hidup masyarakatnya yang semakin membaik menjadikan pasar di India lebih menjanjikan bagi investor baik lokal maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang signifikan juga membantu India dalam pengentasan masyrakat miskin baik yang berada di perkotaan maupun dipedesaan. Indikator penting dari keuntungan reformasi ekonomi 1991 adalah meningkatnya daya tarik India sebagai tujuan investasi dengan terus meningkatnya arus masuk FDI ke India[11]. Pada tahun pertama reformasi beberapa sektor utama seperti infrastruktur dan jaringan telekomunikasi telah membuat langkah cepat dalam penentuan lahan dan pemberdayaan kualitas sumber daya manusia.
Beberapa wilayah telah mengalami pertumbuhan yang signifikan selama masa restrukturisasi. Kondisis yang lebih kompetitif dengan melakukan akusisi dan marger pasar membuat India memiliki daya saing dalam memperebutkan pasar. Beberapa sektor seperti komponen otomotif, telekomunikasi, perangkat lunak, farmasi, bio tekhnologi, penelitian dan pengembangan layanan yang profesionalisme memberikan efek spilover dengan membantu meningkatkan daya saing internasional India yaitu dengan membantu meningkatkan laju pertumbuhan ekspor India.
Selain itu pergeseran paradigma juga dibutuhkan untuk dapat membuat sistem baru berjalan efektif. Meletakkan kepentingan masyarakat India diatas kepentingan para elit menjadi paradigma baru yang sedang tumbuh di India. Iklim yang demikian terus mendorong terciptanya pemerintahan yang baik dan ditopang dengan semakin meningkatnya kualitas hidup masyarakat India. Reformasi ekonomi jangka panjang dimasa selanjutnya harus berorientasikan pada kesejahteraan masyarakat India. Sehingga pemerintah dituntut untuk dapat menekan seminimal mungkin angka kemiskinan yang ada di India yaitu dengan membangun sumberdaya dan kwalitas masyarakat India melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan[12].
Selain itu reformasi ekonomi India yang berorientasikan pasar juga menuntut para elit pemerintah lebih peka dan meningkatkan daya saingnya dari swasta khususnya dalam hal layanan publik. Seperti penyediaan layanan pendidikan, kesehatan, serta pembangunan infrastruktur sosial. Liberalisasi ekonomi tahap dua harus mengacu pada pengembangan sektor strategis India yang terfokus pada pengembangan sumber daya manusia yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan keterampilan soft skill yang tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Tidak hanya itu reformasi ekonomi India juga berlanjut pada marger dan akuisisi perusahaan-perusahaan yang sakit parah. Restrukturasi perusahaan yang bergerak baik dalam bidang layanan publik maupun swasta dilakukan secara besar-besaran. Perusahaan sektor publik dijalankan dengan sistem baru yang lebih komersial, dimana kepemilikan pemerintah tidak lebih dari 26% dari ekuitas yang dipertahankan hanya sebagai pengendalian strategis perusahaan-perusahaan tersebut. Dengan adanya sinergitas antara makro dan mikro ekonomi, India menjadi lebih kompetitif dalam persaingan internasional.
Kelangsungan perekonomian India jangka panjang dengan terus meningkatkan produksi ekspor barang dan jasa terus dilakukan. Selain itu penurunan bea masuk ke tingkat yang sebanding dengan negara-negara Asia Tenggara juga dilakukan India. Reformasi ekonomi harus bias memfasilitasi sendiri pertumbuhan India Multi National Coorporation yaitu dengan melakukan investasi asing India dengan membangun basis produksi dan perdaganan internasional di luar negeri. Yang mana dalam hal ini baik pemerintah dan swasta dituntut untuk dapat saling kooperatif dan bersinergi memajukan dan menstabilkan eknomi India baik dalam lingkup makro maupun mikro.
Selain itu yang lebih terpenting lagi adalah, semua masyarakat India harus juga dapat merasakan manfaat dari reformasi ekonomi tersebut. Untuk itu sinergitas antara politik dan ekonomi yang merakyat dirancang ulang secara signifikan. Yang mana reformasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga India, selain itu reformasi juga harus bertujuan untuk menguntungkan konsumen khususnya konsumen yang berada di dalam negeri. Dalam hal ini akan membuktikan bahwa ekonomi serta politik yang baik dengan didukung oleh warga negara yang memiliki visi akan dapat menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi India baik dalam maupun luar negeri. Selain itu pada tahun 2003 PM India Atal Vajpayee meletakkan sebuah kebijakan baru, yakni “New East Look Policy”. Bagi negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, kebijakan baru india tersebut perlu ditanggapi secara positif untuk mencari dan menambah berbagai peluang kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, khususnya di bidang ekonomi, investasi, perdagangan, serta sosial budaya.[13]
India telah mampu mengambil langkah kecil untuk menuju mengambil keuntungan dari perkembangan bersejarah ini, meskipun banyak pengamat yang skeptis bahwa India tidak akan dapat secara efektif mempertahankan look east policy dikarenakan lambatnya reformasi ekonomi dan kurangnya integrasi yang baik dari kebijakan luar negeri dan perdagangannya. Menteri luar negeri India Yashwant Sinha menepis anggapan tersebut. Yashwant bersikeras bahwa India telah siap untuk memulai tahap kedua dari look east policynya, dalam pidatonya di Harvard University, Sinha menunjukan transformasi yang luar biasa dari sikap India terhadap Asia:
Di masa lalu keterliubatan India dengan sebagian besar negara Asia termasuk Asi tenggara dan Asia Timur dibangun atas dasar konsepsi indealis persaudaraan Asia. Berdasarkan pada berbagai sejarah dan budaya. Irama keterkaitan kini ditentukan oleh sebanyak jumlah perdagangan , investasi dan produksi oleh sejarah dan budaya. Itulah yang memotivasi kami dengan look east policy yang telah berumur satu dekake yang telah menyumbang 45 persen dari perdagangn eksternal kita[14].



[1] Gordon, Sandy. Dalam “ east Asia Forum: India Look East as History”. http://www.eastasiaforum.org/2010/07/17/india-looks-east-as-history/ diakses tanggal 17 April 2013.
[2] Baru, Sanjaya.  Dalam India and ASEAN: The Emeerging Economic Relationship Towards A Bay of Bengal Community. 1 February, 2001 Indian Council For Research on International Economic Relations”. Dikases melalui http://www.icrier.org/pdf/baru61.pdf. Pada tanggal 19  Juni 2013.
[3] Mehrotra, Lakhan. Dalam India’s Look East Policy: Its Origin and Developmen”t. Indian Foreign Affairs Journal Vol. 7, No. 1, January–March 2012, 75-85. Diakses melalui http://www.associationdiplomats.org/publications/ifaj/Vol7/7.1.pdf. Pada tanggal 19 Juni 2013.
[4] Dalam “India’s Look East Policy has Started Paying Rich Devinden”, 31 Mei 2013. Diakses melalui http://www.sify.com/news/india-s-look-east-policy-has-started-paying-rich-dividends-pm-news-national-nf5ramagahb.html. Pada tanggal 19 September 2013.

[5] Lili, Dalam “India’s Engagement With East Asia; A Chinese Perspective”.Disampaikan pada Draft Paper Prapered For The 24 th Asia-Pasific Roundtable June 7-9 2010, Kuala Lumpur, Malaysia.  Diakses melalui http://www.isis.org.my/files//Li_Li.pdf. Diunduh pada tanggal 18 Juni 2013.

[6]Rana, Pradumna B, Chia Wai Mun. Dalam  The need for a second round of ‘look east’ policies in south Asia”. 1 April 2013. Diakses melalui http://www.voxeu.org/article/need-second-round-look-east-policies-south-asia. Pada tanggal 24 September 2013.

 

[7] Peng Kuan, Eric Koo (2005). Dalam “ India’s Look East Policy: Analytical Perspectives from the Political, Economic and Military Lenses, Policy Analysis”. Diakses melalui  www.whatisindia.com pada tanggal 19 September 2013 hal: 3.
[8] Jyoti. “India’s Look East Policy: In its Second Phase”. Global Journal of Pharmaceutical Sciences and Education. Volume, Number 1(2013), pp.1-14© Research India Publications. Diakses melalui http://www.ripublication.com/gjpse/gjpsv1n1_01.pdf. Pada tanggal 24 September 2013.
[9] Panagariya, Arvind. Dalam “EDRC Policy Brief No. 02. India’s Economic Reforms, What has been accomplished? What remains to be done? Nopember 2011”. Diakses melalui http://www.columbia.edu/~ap2231/Policy%20Papers/OPB2.pdf. Pada tanggal 24 September 2013. Hal 6.

[10] Dalam “India still second fastest growing economy: Chidambaram” The Hindu Business and Economy 27 Juli 2013. Diakses melalui http://www.thehindu.com/business/Economy/india-still-second-fastest-growing-economy-chidambaram/article4959820.ece. Pada tanggal 24 September 2013.

[11] Choudhury, Chandrahas. Dalam 20 Years Later, India's Transformation Is Incomplete: World View. 27 Juli 2011”. Diakses melalui http://www.bloomberg.com/news/2011-07-26/20-years-later-india-s-transformation-is-incomplete-world-view.html. Pada tanggal 24 Juni 2013.


[12] Dalam “India’s Economi One More Push. Twenty years after India’s historic economic reforms, it’s time for another big effort. 21 Juli 2011”. Diakses melalui http://www.economist.com/node/18988536. Pada tanggal 24 Juni 2013.


[13]Dalam “Upaya Merajut Kerjasama Ekonomi Dengan India”. Diakses melalui http://www.unisosdem.org/article_detail. . Diakses tanggal 18 Februari 2013.

[14]  Pidato Yashwant Sinha " di Harvard University (Cambridge: 29 September 2003) “Upaya Merajut Kerjasama Ekonomi Dengan India”. Diakses melalui http://www.unisosdem.org/article. Pada  tanggal 18 Februari 2013.
 Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar