“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Kebijakan Liberalisasi Ekonomi dan India Look East Policy Sebagai Faktor Pendorong Lahirnya ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA)



Haryo Prasodjo[1]
Abstract
In 1947, after became independent from Britain, India’s economic was running slowly due to its choice in closed-economics by import substitution and its difficulties to be penetrated by market. In 1990, India was in balancing of payment crisis. In the reign of Narasimha Rao, India started to reform its economy by opening the economy into international market and formulate one policy named as Look East Policy. The reform aimed at triggering economics growth through removing barriers that was government regulations. India needed access to be integrated with the international economy, therefore, India government cooperated with the countries located in Southeast Asia, known as ASEAN. Gradually, the relationship between India and ASEAN was getting in and strategic. The climax of relationship between ASEAN and India was when India and ASEAN planned for free trade agreement between the two regions in 2003, and it was signed in 2009. The issue raised in this study is how the economic liberalization and India’s Look East Policy became driving factors for economic cooperation framework between ASEAN-India through ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) in 2003.The method used by the writer was descriptive through literature study. The approach used was neo liberal, free trade, and India’s Look East Policy.The result of this study revealed there are several evidences that support economic liberalization and look east policy which contribute as driving factors of ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) economic cooperation.
Keyword: economic liberalization, look east policy, ASEAN-India free trade agreement (AIFTA)

Abstraksi
Pada tahun 1947 setelah merdeka dari Britania Raya, ekonomi India berjalan lambat dikarenakan India memilih sistem perekonomian tertutup dengan subtitusi impor dan sulit ditembus oleh pasar.Di tahun 1990 India mengalami krisis neraca pembayaran.Pada masa PM Narasimha Rao India memulai reformasi ekonominya dengan jalan membuka ekonominya kepada pasar internasional danmerumuskan suatu KebijakanLook East Policy. Reformasi tersebut bertujuan untuk memacu  pertumbuhan ekonomi dengan menghilangkan hambatan yang berupa aturan pemerintah. India membutuhkan akses untuk dapat terintegrasi dengan ekonomi internasional, maka dari itu Pemerintah India membuat beberapa kerjasama ekonomi dengan perhimpunan negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Secara bertahap hubungan yang terjalin antara India dengan ASEAN semakin dalam dan strategis. Puncaknya adalah saat India dan ASEAN mewacanakan adanya sebuah perjanjian perdagangan bebas antara kedua wilayah tersebut di tahun 2003, dan baru ditandatangani di tahun 2009.Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana liberalisasi ekonomi dan India look east policy India menjadi faktor pendorong lahirnya kerangka kerjasama ekonomi antara ASEAN-India melalui ASEAN-India free trade agreement (AIFTA).Adapun metode penelitian yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan metode deskriptif melalui studi literatur dengan menggunakan pendekatan neo liberal, perdagangan bebas, dan India look east policy. Hasil temuan peneliti dalam tulisan ini, adanya bukti-bukti kuat yang meunjukkan bahwa liberalisasi ekonomi serta India look east policy menjadi faktor pendorong lahirnya kerjasama ekonomi ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA).
Kata kunci: liberalisasi ekonomi, look east policy, ASEAN-India free trade agreement (AIFTA)

Pendahuluan
.Pada tahun 1947 setelah meraih kemerdekaan dari Britania Raya, ekonomi India berjalan lambat. Hal itu dikarenakan India memilih sebuah sistem ekonomi yang cendrung tertutup dan sulit ditembus oleh pasar. Sistem ekonomi yang tidak pro pasar dan terdapat campur tangan serta kontrol kuat pemerintah dalam kegiatan ekonomi. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya India juga mengandalkan subtitusi impor.[2] Sistem perekonomian yang cendrung tertutup tersebut merupakan warisan ajaran Mahatma Gandhi yang dikenal dengan swadeshi (gerakan cinta produk dalam negri).[3]  Tidak hanya itu, hampir 80% penduduk India tinggal di pedesaan yang sepertiga dari penduduknya hidup dibawah garis kemiskinan.

Di tahun 1947, Perdana Menteri India Jawaharal Nehru melakukan berbagai macam terobosan baru dalam bidang ekonomi, seperti perencanaan ekonomi serta kontrol ekonomi versi India dengan menciptakan komisi perencanaan India selain itu Nehru juga membuat rencana lima tahunan di tahun 1951. Pada masa pemerintahannya Nehru melakukan pembangunan disektor pertanian dan irigasi. Meskipun ekonomi India mendekati kestabilan dengan adanya peningkatan hasil panen dan industrialisasi, di sisi lain juga terjadi kelaparan, pengangguran, dan kemiskinan di India.
Gandhi dan Nehru memiliki impian untuk membuat India sebagai negara yang swasembada. Mereka takut bahwa investor asing akan menjadi British East India Company dan penjajah baru. Nehru mempersulit perusahaan-perusahaan asing untuk berinvestasi di India, begitupun sebaliknya sulit bagi perusahaan India untuk mengekspor barang, dan amat mahal bagi India untuk mengimpor barang. Apa yang disebut dengan rezim inward looking selalu di gembor-gemborkan oleh PM Nehru dan penasihatnya Mahalanobis. Namun cara pandang yang dikenal dengan Nehruvian Vison hanyalah sebuah manifest yang membelengu India hampir selama 40 tahun hingga 1991. Gandhi dan Nehru merupakan guru India, semenjak pasca kolonial  ajaran anti industri Mahatmagandhi dan sosialisme Jawaharlal Nehru telah bersama-sama menyebabkan India menarik diri dari ekonomi dunia setelah India memenangkan kemerdekaan dari Inggris 1947.
Pada awal tahun kemerdekaan, kebijakan-kebijakan tersebut membantu berdirinya perusahaan India dengan subur, namun lebih dari puluhan tahun, terlindungi dari tekanan luar, menyebabkan banyak perusahaan India malas dan tidak kompetitif. Pada model ini , perekonomian India sangatlah berbeda jauh dengan negara-negara dikawasan Asia Timur. Pemerintah India merasa tidak membutuhkan barang-barang Impor dan menutup diri dari perekonomian Internasional. Laju perekonomian India yang lambat tersebut baru berakhir pada tahun 1980-an, pada masa pemerintahan Rajiv. Krisis ekonomi yang terjadi ditahun 1991 telah membangkitkan kesadaran India dimana perekonomian dalam negeri saat itu sangatlah kritis, negara tidak lagi memiliki devisa yang memadai. India bangkrut total, seratus sepuluh juta orang jatuh ke dalam kemiskinan hanya dalam waktu dua tahun sebelumnya. Inflasi mencapai angka 17% dan memakan pendapatan rakyat kecil. Hingga 1991 pertengahan, 330 juta orang atau dua dari setiap lima orang India hidup di bawah garis kemiskinan, keuangan pemerintah ambruk, dan India menghadapi krisis.[4]



Dinamika Ekonomi India
Reformasi pada dekade terakhir telah pergi jauh dalam membebaskan perekonomian domestik dari rezim kontrol yang ketat[5]. Monopoli negara hampir dalam berbagai sektor ekonomi telah dihapuskan dan beralih pada sektor swasta[6]. Iklim liberalisasi menyediakan akses seperti modal dan tekhnologi bagi perusahaan untuk dapat secara bebas melakukan investasi serta masuk ke dalam pasar internasional. Jika kita membandingkan ekonomi India pada awal kemerdekaan dengan  setelah adanya reformasi ekonomi di tahun1991. Maka terdapat gambaran percepatan pertumbuhan India yang  hanya 3,5 persen selama 1950-1980 Dengan cadangan devisa dan investasi asing yang rendah berbanding terbalik setelah dibukanya reformasi ekonomi 1991[7]. Produk Nasional Neto (NNP) atas dasar biaya meningkat dari 0,5 persen pada 1991-92 menjadi 6,3 persen pada tahun 1999-2000. Dan kembali meningkat menjadi 8,8 persen pada 2003-04. Demikian pula, per kapita NNP meningkat dari -1.5 persen menjadi 4,4 persen dan kemudian menjadi 7,0 persen selama periode yang sama. Produk Nasional Bruto (GNP) atas dasar biaya faktor  meningkat dari 1,1 persen pada 1991-1992 menjadi 6,2 persen pada tahun 1999-2000. Ini meningkat menjadi 8,7 persen pada 2003-04. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar biaya faktor (harga 1999-2000) telah meningkat dari 4,4 persen pada 2000-01 menjadi 7,5 persen pada 2004-05[8]. Tidak hanya itu Saham India dalam ekspor barang global telah meningkat dari 0,5 persen pada tahun 1990 menjadi 1,5 persen pada tahun 2010[9].
Dampak liberalisasi ekonomi India sendiri adalah menciptakan stabilitas pada ekonomi makronya. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dari 0.8% pada tahun 1991-1992, meningkat menjadi 5,3% pada tahun 1992-1993 dan stabil pad aangka 5,5% di tahun selanjutnya. Reformasi ekonomi juga memperkuat ekonomi India pada sektor subtansialnya baik secara internal maupun eksternal. Saat ini India merupakan negara perekonomian terbesar ke empat dalam hal purchosing power parity (PPP) dan juga sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat[10].
Percepatan pertumbuhan ekonomi India dapat dilihat dari peningkatan pendapatan dari sektor layanan jasa dari yang hanya US $20 juta di tahun 1990 menjadi US $5,6 miliar di tahun 1999[11]. Tidak hanya itu, setelah reformasi Juli 1991 arus masuk foreign direct investment (FDI) yang disetujui oleh pemerintah India meningkat setiap tahunnya sekitar US $15 miliar. Secara keseluruhan FDI yang disetujui India sekitar US $72 miliar sejak periode reformasi. Hal ini berbanding jauh pada 1990 yang mana hanya berkisar US $2,5 hingga US $3 milar pertahunnya[12]. Dengan adanya stabilitas ekonomi baik makro dan mikro akan menciptakan daya saing baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat India. Maka dari itu, India mencoba membangun kembali hubungan perdagangan dan investasi dengan sejumlah negara di Asia, salah satunya adalah dengan negara-negara yang tergabung dalam organisasi regional ASEAN. Di tahun 2003, India telah intensif melakukan hubungan kerja sama dengan negara-negara ASEAN untuk mengembangkan kemitraan ekonomi yang komprehensif serta meningkatkan perdagangan internasional antar negara-negara dan menghidupkan liberalisasi[13]. 
Liberalisasi dan reformasi ekonomi tahun 1990 telah merubah wajah India di dunia internasional. Setelah krisis tersebut, India benar-benar melakukan reformasi di segala sektor ekonomi, perubahan strategis dilakukan melalui merubah pola dasar ekonomi dari kontrol negara menjadi ekonomi berbasis pasar.  Mulai dari sektor keuangan, pajak, serta perizinan mendirikan industri. Saat ini India tumbuh menjadi negara dengan kemajuan dalam industrialisasi telekomunikasinya, selain itu besarnya jumlah tenaga kerja terdidik dan profesional menjadikan India tampil sebagai negara penyedia jasa layanan terbesar di dunia[14].

Keunggulan Komparatif India dan ASEAN
Liberalisasi yang dilakukan India adalah dengan cara membuka peluang investasi langsung bagi asing, pembukaan izin industri dan usaha, serta penghapusan lisensi Raj secara bertahap[15]. India membutuhkan wilayah pemasaran bagi produk industrialisasinya. Dalam beberapa hal, terdapat hasil produksi  negara-negara ASEAN yang tidak dimiliki oleh India, kerjasama ekonomi antara India dan ASEAN tidak lain adalah sebuah jalan untuk saling melengkapi sebagaimana dalam teori liberalisasi mengenai keunggulan komperatif. Para kaum liberal memusatkan perhatiannya pada ekonomi dan perdagangan, karena mereka yakin perdagangan memiliki dampak positif karena dapat mendorong “multiplier effect” pada ekonomi dan memperluas lapangan kerja.[16] Kerjasama yang dibangun antara India-ASEAN merupakan sebuah bentuk kerjasmaa gabungan untuk saling melengkapi kebutuhan pasar masing-masing negara. Dengan melakukan efisiensi, seperti penghapusan tarif masuk, serta permudahan perizinan investasi. Dengan adanya permudahan izin mendirikan usaha dan investasi akan memungkinkan untuk sebuah perusahaan melakukan ekspansi produksinya ke negara lain dengan tujuan menjaga stabilitas harga dan ketersediaan barang di negara tersebut. Selain itu impor berarti akan memperbanyak pilihan barang yang bisa dibeli oleh konsumen, dan sering kali dengan harga yang lebih murah dan mutu produk yang lebih baik dari pada produk lokal. Karena perdagangan memberikan keuntungan bagi pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut, maka perdagangan juga membantu meningkatkan integrasi ekonomi internasional yang pada akhirnya dapat membantu mendorong perdamaian dunia melalui kerjasama ekonomi dan menciptakan masyarakat ekonomi kawasan.[17]
Dalam teori liberlailasi terdapat prinsip dasar keunggulan komperatif yang sangat sederhana sebagaimana yang dikatakan oleh David Ricardo “ lebih baik mengimpor suatu barang jikalau kerugian yang diakibatkan oleh mengimpor barang tersebut lebih kecil dari pada biaya produksinya di dalam negeri”.[18] Hal tersebutlah yang dinamakan dengan pengertian opportinity cost yang mana lebih baik membeli barang impor yang harganya lebih murah dari pada memproduksinya sendiri didalam negeri. Dengan demikian akan mengeluarkan biaya yang kecil dan menghemat sumberdaya  dan menjadi efisien.  Demikian pula halnya yang terjadi dalam hubungan perdagangan antara India dengan negara-negara ASEAN. Seperti contoh India adalah negara pengkonsumsi minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Dalam kacamata India, beberapa negara-negara anggota ASEAN seperti Indonesia dan Malaysia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia[19]. Yang mana menjadikan India tergantung dengan pasokan minyak kelapa sawit dari Indonesia. [20]Jumlah penduduk ASEAN yang besar dengan tingkat pendapatan yang tinggi, serta jaminan keamanan, stabilitas ekonomi dan politik, menjadikan ASEAN sebuah pangsa pasar besar yang memiliki prospek dalam penjualan produk-produk perusahaan India. Begitupun sebaliknya, bagi ASEAN sendiri iklim ekonomi serta politik yang cendrung stabil di India mejadi salah satu faktor yang menjadikan ASEAN memilih India menjadi salah satu pertner kerjasama ekonomi.

Meningkatnya Nilai Perdagangan India-ASEAN
India kini telah tumbuh menjadi negara dengan laju perekonomian tercepat keempat setalah china, jepang, dan Korea Selatan. Hal ini menandakan, kondisi perekonomian India telah jauh berbeda dengan India era tahun 1990-an. Selain itu, secara geografispun letak ASEAN dekat dengan India yang memungkinkan pula untuk menekan harga barang produksinya melalui jasa pengiriman. Dengan kata lain, baik India maupun negara-negara anggota ASEAN memiliki kesempatan yang sama untuk dapat berkontribusi dalam kerjasama perdagangan bebas tersebut. Selain itu antara India dan ASEAN berkomitmen dalam pentingnya peran dan kontribusi sektor bisnis dalam meningkatkan perdagangan dan investasi untuk pembangunan dalam negeri antara kedua belah pihak. Singkatnya sektor-sektor bisnis di kedua belah pihak baik India maupun  Asia Tenggara memanfaatkan pertumbuhan reformasi dan liberalisasi ekonomi yang kuat di India.
Perekonomian India dan Asia Tenggara umumnya dianggap sebagai ekonomi komplementer, dengan keunggulan India dalam perangkat lunak serta layanan jasa dan industrinya dengan kekuatan Asia Tenggara dalam bidang manufaktur. Komplementaritas ini mendasari dorongan kuat pemerintah untuk dapat lebih dekat dalam melakukan kerjasama bilateral dalam bidang ekonomi, yang mana di contohkan dalam pembangunan kelembagaan dan kerangka ekonomi pada tingkat bilateral, subregional, dan regional. Saat ini Asia Tenggara juga melihat India  sebagai negara yang juga memiliki niali ekonomi karena banyak faktor, dan yang terpenting adalah India muncul sebagai salah satu negara Asia dengan ekonomi yang sedang bangkit dengan populasi yang besar dengan pertumbuhan kelas menengah dan pasar konsumen yang besar. Asia Tenggara menganggap India memiliki potensi pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang sangat besar. Beberapa negara ASEAN telah mengadopsi “look west policy” guna mencocokkan dengan look east policy milik India. ASEAN dan India memiliki banyak kepentingan bersama dalam berbagai macam bidang seperti tekhnologi informasi dan telekomunikasi, kesehatan masyarakat, kedokteran, perdagangan, investasi, dan pertanian.  Lebih luas lagi baik India ataupun Asia Tenggara telah menemukan bahwa mereka memiliki dasar yang kokoh untuk saling melengkapi dalam hal ekonomi dan kepentingan komersial seperti perdagangan dan investasi. Kekuatan sektoral India menarik bagi Asia Tenggara yang sedang mencari peluang perdagangan dan investasi di sektor jasa. Dan Asia Tenggara telah menemukan India yang kuat dalam tekhnologi informasi, jasa, konstruksi, perikanan, pengolahan makanan, sumber daya manusia, modal, tekhnologi, tenaga kerja, ilmu pengetahuan dan juga pariwisata. Selain itu banyak pula negara Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia yang memiliki kelebihan tabungan dan mencari peluang investasi di India yang menjanjikan.  Di sisi lain India juga memiliki angkatan kerja muda terampil yang berlimpah, hal ini amatlah penting dalam kompetisi internasional. Kebangkitan ekonomi India telah menekan ekonomi ASEAN untuk tetap kompetitif dalam hal bisnis, perdagangan, dan investasi sebagai pengemudi guna integrasi ekonomi regionalnya.Dalam menjembatani  kebutuhan baik India maupun ASEAN dalam mempromosikan dan memfasilitasi kerjasama dan peluang bisnis yang lebih besar maka baik India dan ASEAN sepakat untuk membentuk sebuah wadah perdagangan yang terbentuk dalam sebuah kerangka perjanjian pembentukan ASEAN-India Free Trade Agreement. Tujuan dari pembentukan AIFTA sendiri antara lain untuk:
1.      Meminimalisasi hambatan dan memperdalam hubungan ekonomi India-ASEAN.
2.      Menekan biaya yang lebih rendah.
3.      Meningkatkan perdagangan dan investasi intra regional.
4.      Peningkatan efisiensi ekonomi.
5.      Menciptakan kesempatan pasar yang lebih besar.
6.      Meningkatkan daya tarik para pihak terhadap modal dan bakat[21].
Perjanjian perdagangan bebas antara India dan ASEAN menandai sebuah lagkah besar dalam evolusi keterlibatan India dengan ekonomi global. Perjanjian perdagangan bebas dengan ASEAN juga penting karena selain sebagai penanda reformasi ekonomi India yang liberal, perdagangan bebas juga mengekspresikan India look east policy[22]. Dalam beberapa tahun terakhir, ASEAN telah menjadi salah satu mitra dagang terbesar di India dengan pertumbuhan nilai perdagangan dari US $ 10,2 miliar pada tahun 2000 menjadi US $ 76.400.000.000 pada tahun 2011[23]. Hubungan perdagangan India dengan negara-negara ASEAN telah memperdalam dan melebar.  Nilai perdagangan India dengan Kawasan ASEAN dan Asia Timur Laut saat ini mencapai lebih dari 26,0%  dari total perdagangan India.[24] Singapura telah muncul sebagai sumber terbesar kedua investasi langsung asing (FDI) ke India dengan menyumbangkan 9,0 persen (9,5 miliar dolar AS) dari total PMA India selama periode April 2000.[25]

Look Eas Policy dan Hubungan India-ASEAN
Look east policy merupakan sebuah kebijakan yang membawa perubahan besar dalam kebijakan yang menjadi hal prioritas India karena sampai saat itu, India tidak pernah benar-benar memiliki strategi konkret untuk menciptakan pusat ekonomi sampai dengan menjelajahi prospek kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara ASEAN. Jika digabungkan, pasar Asia Tenggara sudah hampir sama besar dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Selain itu Asia Tenggara juga telah menjadi rumah bagi hampir setengah dari populasi global penduduk dunia dengan pertumbuhan pasar  tercepat dan terbesar yang ada di wilayah ini.[26] Tidak hanya itu jumlah kelas mengengah keatas yang sama besarnya dikedua belah pihak menjadi peluang tersendiri bagi India untuk menjadikan  ASEAN sebagai mitra strategis dalam memperluas hubungan perdagangan, investasi, dan kerjasama maritim[27].  Melalui look east policy India dapat mempromosikan integrasi ekonomi dalam negerinya dengan kawasan Asia Tenggara. Tidak hanya itu look east policy juga mendukung transformasi ekonomi dalam negeri India dalam melakukan pertumbuhan dan perkembangan serta membantu India dalam membentuk sebuah kawawan komunitas ekonomi Asia[28]. Dengan kata lain dengan look east policy, India dapat mengintegrasikan ekonomi negaranya dengan kawasan Asia Tenggara dan juga Asia Timur yaitu dengan cara mengatasi hambatan kelembagaan dan meningkatkan kapasitas oprasional ekonomi dalam negeri yang merupakan target dari reformasi ekonomi dan liberalisasi 1991[29]. Dengan melalui pendekatan multilateral serta terus aktif dan berpartisipasi dalam berbagai forum yang diselenggarakan oleh ASEAN. Kebijakan look east policy India menjadi pilar penting dalam menjalin hubungannya dengan ASEAN. Bersama dengan program liberalisasi dan reformasi ekonomi, telah menjadi penting tidak hanya berkaitan dengan arus perdagangan barang, tetapi juga dalam perdagangan jasa[30].
 Dalam konteks India, ASEAN merupakan mitra dagang yang amat penting. Hubungan dagang antara India dan ASEAN memiliki wilayah yang spesifik, selain karena kedekatan geografisnya, hal tersebut juga di dukung oleh jumlah populasi manusia dengan kekuatan ekonomi menengah keatas yang besar di masing-masing negara. Pengintegrasian kawasan antara India dengan ASEAN dengan kebijakan look east policy merupakan sebuah langkah besar untuk memperkuat dinamika kawasan, khususnya kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.  Setelah melakukan reformasi ekonominya, hubungan diplomatik antara India dengan ASEAN berlahan mengalami peningkatan . Pada awal 1990-an, India fokus pada pembaharuan politik serta peningkatan hubungan dengan negara-negara pendiri ASEAN. Hal ini ditandai dengan dimulainya bertukar kunjungan tingkat tinggi antara India dengan negara – negara ASEAN hal ini ditandai dengan kunjungan Perdana Menteri India ke Indonesia, Thailand, Viatnam, Singapura, dan Malaysia pada awal tahun 1990-an[31]. Diantara negara-negara ASEAN, Singapura dan Indonesia merupakan negara yang paling antusias agar India dapat terlibat dalam kerjasama dengan ASEAN[32]. Kerjasama antara ASEAN dan India secara rersmi telah terjalin sejak tahun 1993, Yang mana sebelumnya sejak 1992  India menjadi mitra dialog sektoral ASEAN dalam hal pariwisata, perdagangan, tekhnologi, dan ilmu pengetahuan. Kemudian hubungan tersebut berlanjut hingga tahun 1995 yang kemudian India menjadi mitra dialog penuh ASEAN saat diselengarakannya KTT ASEAN yang ke-5 di Bangkok, Thailand. Dan setahun kemudian yaitu tepatnya 1996, India telah menjadi anggota di ASEAN Regional Forum (ARF) [33]. Hal ini menandakan betapa pentingnya peran kedua belah pihak baik ASEAN maupun India dalam menuju kemajuan dalam kerjasama[34].
ASEAN Regional Forum (ARF) sendiri merupakan forum utama dialog keamanan di Asia. ASEAN Regional Forum  (ARF) didirikan pad atahun 1993 terdiri dari 27 negara yang terdiri dari 10 negara anggota ASEAN ( Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) serta 10 negara mitra dialog ASEAN ( Australia, Kanada, China, Uni Eropa, India, Jepang, New Zealand, Republic of Korea (ROK), Rusia, dan Amerika Srikat) termasuk negara-negara pengamat ASEAN seperti Democratic People’s Republic of Korea (DPRK), Pakistan, Papua New Guinea, Mongolia, Timor Leste, Bangladesh, dan Sri Lanka[35]. Selain ARF India juga aktif dalam Post Ministerial Confrences (PMC), dan juga 10+1, 10+10 serta perjanjian persahabatan dan kerjasama Asia Tenggara ( TAC)[36].
Selain kerjasama dalam forum ASEAN, India dan beberapa negara anggota ASEAN seperti Indonesia, Singapura, Thailand, dan Malaysia juga terlibat dalam sebuah kerjasama yang dinamakan Indian Ocean Rim-Associaton for regional (IOR-ARC)[37]. Yaitu sebuah organisasi internasional bagi negara-negara yang berada dikawasan pesisir dan berbatasan dengan Samudra Hindia dan terdiri dari beberapa organisasi regional seperti ASEAN, GCC, SAARC, SADCC[38]. IOR-ARC didirikan di Mauritius pada tahun 1995 dan resmi diluncurkan pada tanggal 6-7 Maret tahun 1997 dengan 20 negara anggota yang fokus pada pemembangunan dan perluasan kerjasama yang saling menguntungkan melalui konsensus berbasis, evolusi dan pendekatan non-intrusif[39].  Selain itu di tahun yang sama yaitu pada tanggal 6 Juni 1997 sebuah kerjasama dari pengelompokan sub regional baru dibentuk di kota Bangkok, Thailad. Kerjasama sub regional tersebut diberi nama Bay of Bengal Initiative for Multi-Sectoral Technical and Economic Cooperation (BIMSTEC). Yang mana anggotanya terdiri dari India, Bangladesh, Myanmar, Srilanka, dan Thailand. Kerjasama sub regional BIMSTEC memiliki beberapa sektor prioritas kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan keamanan seperti perdagangan, transportasi, komunikasi, energi, pariwisata, tekhnologi, perikanan, pertanian, kesehatan masyarakat, pengentasan kemiskinan, pengelolaan lingkungan hidup, tangap bencana, kebudayaan, melawan terorisme dan kejahatan transnasional[40]. Selain itu BIMSTEC juga menjadi jembatan antara kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Dan di tahun 2000 tepatnya pada tanggal 10 Nopember, India dengan beberapa negara anggota ASEAN seperti Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam membuat sebuah kesepakatan kerjasama yang dinamakan Mekong Gangga Cooperation (MGC) didirikan di Viantiane, Laos. Yang mana nama MGC sendiri diambil dari nama sungai terbesar yang berada dikedua wilayah tersebut. MGC memiliki misi sebagai kerjasama antara India dan negara-negara Mekong dan menitik beratkan kerjasama dalam bidang pariwisata, kebudayaan, pendidikan, serta transportasi dan beberapa program kemitraan dalam pembangunan yang dinamis[41]. Meskipun pada tahun 1997 Asia Selatan dilanda krisis, namun hubungan kemitraan antara India dan ASEAN terus dapat berlanjut dengan adanya wacana pembentukan ASEAN India Free Trade Area (AIFTA). Sejak tahun 2002 India telah memiliki pertemuan yang diselenggarakan tahunan dengan ASEAN[42].
Pada tahun 2002 sebuah kerjasama internasional kembali didirikan, kerjasama yang dinamakan Asean Cooperation Dialogue (ACD) yang mana ide tersebut muncul pada saat konfrensi partai politik internasioal pertama di Manila pada 17-20 September tahun 2000. ACD sendiri berfungsi untuk mempromosikan kerjasama ASEAN pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu tingkat benua untuk mengintegrasikan kerjasama organisasi regional yang terpisah seperti ASEAN, South Asean Association for Regional Cooperation (SAARC) dan juga Gulf Cooperation Council (GCC). Tujuannya adalah sebagai promosi saling ketergantungan negara anggota dengan melakukan kerjasma, mengidentifikasi kekuatan umum asia serta memperluas perdagangan dan pasar ekonomi Asia yang diharapkan dapat meningkatkan daya tawar negara-negara Asia[43].
Kerjasama antara ASEAN dan India muncul dari adanya kepentingan antara dua belah pihak untuk memperluas hubungan kerjasama ekonomi mereka di kawasan Asia- Pasific. Selain itu dengan adanya kebijakan look east policy baik India maupun ASEAN memiliki visi dan misi yang sama yaitu memperluas interaksi ke arah yang lebih luas diwilayah barat. Kerjasama yang dilakukan India adalah merupakan upaya India untuk kembali mengintergrasikan ekonomi wilayahnya dengan ekonomi dunia melalui beberapa kebijakan spesifik dengan kembali menjalin  kerjasama bersama negara-negara kawasan Asia Tenggara untuk menuju penguatan sejarah. India telah kembali memulai era baru dengan ASEAN yaitu Kerjasama ASEAN- India lebih bersifat fungsional seperti dalam hal perdagangan, pendidikan dan tekhnologi, sosial-budaya, pengembangan sumberdaya manusia, ilmu luar angkasa, pertanian, energi, tekhnologi informasi, transportasi dan infrastruktur.
Dengan adanya potensi ekonomi baik India maupun ASEAN menjadikan hubungan keduanya lebih erat dan saling melengkapi. Kedua belah pihakpun menyetujui untuk melakukan kerjasama yang lebih kompeherensif dengan melakukan perdagangan dan investasi yang lebih mendalam. ASEAN dan India sepakat untuk menandatangani kerangka kerjasama untuk membuka jalur perdagangan antara ASEAN-India melalui ASEAN-India Free Trade. Inisiasi ASEAN+1 yang berlangsung pada bulan November 2002 merupakan titik balik dalam momentum hubungan dagang ASEAN-India yang ditindak lanjuti dengan penandatanganan landmark dari kerjasama ekonomi kompeherensif ASEAN-India pada tahun 2003 yang membentuk dasar-dasar dari FTA yang termasuk barang, jasa, dan investasi. Dan selesai di tandatangani pada 13 Agustus 2009 dan efektif pada Januari 2010[44]. Dalam kerangka kerjasama ekonomi tersebut diletakkan pula dasar ekonomi yang kuat dalam pembentukan Regional Trade and Investment Area (RTIA)[45].
Untuk mencapai tujuan dari look east policy sendiri, India lebih memilih menggunakan kerjasama ekonomi kompeherensif dalam bentuk perjanjian perdagangan bebas yang mencakup perdagangan barang, jasa, dan investasi[46]. Maka dari itu Harapan India dengan adanya perjanjian perdagangan bebas adalah sebuah perdangan bebas bilateral nantinya akan mengarah pada perdagangan secara regional yang meliputi seluruh negara yang berada di kawasan Asia yang meliputi pula di dalamnya Asia Tenggara dan India. Lebih jauh lagi dalam perspektif India, dengan adanya perjanjian ekonomi  akan mendukung terciptanya masyarakat ekonomi kawasan Asia yang termasuk pula India dan Asia TenggaraSelain itu kerjasama ASEAN-India merupakan bentuk kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kerjasama kawasan terebut juga merupakan sebagai bentuk bagaimana kawasan ASEAN serta India menghadapi tantangan di era globalisasi secara bersama-sama. Kerjasama yang dibangun antara India dan ASEAN merupakan sebuah bentuk kerjasama regional yang memiliki implikasi amat strategis, dimana keduanya dapat menjadi pasar kawasan terbesar setelah Eropa dan Amerika. Diharapkan pengabungan antara dua kekuatan yang dimiliki oleh India maupun Regional ASEAN dapat membendung kekuatan yang ada di dunia internasional. Kebijakan baru India yang dikenal dengan “look east policy” memberikan fase baru terhadap hubungan India-ASEAN. Hal ini ditandai dengan penandatanganan AIFTA. Keterlibatan ekonomi India dengan Asia Tenggara telah berkembang pesat sejak awal tahun 1990 an[47]. Perkembangan ekspor barang antara India dan ASEAN  telah berkembang dari US $ 1,0 miliar pada tahun 1991-1992 menjadi US $ 3,4 miliar ditahun 2001-2002. Begitupun sebaliknya impor barang dari ASEAN ke India pun mengalami peningkatan tiga kali lipat dari US $ 1,3 miliar pada tahun 1992 menjadi sekitar US $ 4,0 miliar pada tahun 2001-02.
 ASEAN menyumbang 8% dari Impor India dari dunia pada 2001-2002[48].Dalam sumber lain disebutkan Perdagangan bilateral memiliki diversifikasi dalam hal komposisi komoditas. Hal ini semakin menunjukkan percepatan pertumbuhan dalam perdagangan ASEAN-India bertepatan dengan timbulnya suatu periode ekspansi global yang kuat bagi ekonomi India dan ASEAN. Kerjasama kawasan membuka peluang baru guna pertumbuhan dan penyeimbang ekonomi. Hubungan yang terjalin antara India dan ASEAN diharapkan akan meningkatkan pereknomian dareah yang pada akhirnya akan menciptakan kondisi yang lebih baik melalui terselenggaranya struktur pasar yang kompetitif dengan ukuran pasar yang lebih besar. Pembangunan ekonomi perdaganan kawasan ASEAN-India terus mengalami proses yang semakin besar, baik dalam hal pertukaran ekonomi maupun urusan diplomatik lainnya. Diperkirakan dengan terntegrasinya ekonomi India-ASEANakanmenjadi sebuah blok perdagangan bebas yang luar biasa. Hal ini dapat ditandai dengan pangsa pasar yang brejumlah 1,5 miliar orang dengan pengabungan GDP sebesar $1,2 triliun[49].
Kerjasama antara India-ASEAN yang meliputi ekonomi, politik, sosial, dan budaya ditujukan kedalam dimensi yang digunakan untuk mempromosikan dialog kerjasama yang membantu kedua belah pihak baik ASEAN maupun India untuk mempertahankan jalur pertumbuhan yang tinggi untuk tujuan memenuhi tujuan pembangunan baik ASEAN maupun India. Terdapat cakupan yang luar biasa untuk memperluas kerjasama ekonomi antar negara ditahun- tahun yang akan datang, terutama dalam bidang kerjasama investasi yang melibatkan ekspor tekhnologi, konsultasi, serta manajemen dan layanan perbankan. Pondasi demokratis India yang kuat, serta potensi pasar yang memenuhi syarat secara tekhnis seperti tenaga kerja terampil. Dan didukung oleh perekonomian Negara-negara ASEAN yang kuat memberikan kesempatan bagi India untuk terlibat dalam kegiatan konstruktif dengan Negara-negara ASEAN dalam persamaan visi yaitu membangun kawasan yang aman serta progresif di Asia.


Penutup
India memiliki sejarah panjang dalam keterlibatannya dengan Asia Tenggara, yaitu sebuah hubungan yang terkemas dalam bentuk nilai-nilai sejarah dan budaya bersama. Look east policy merupakan sebuah manifest besar yang tertanam dalam kebijakan luar negeri India untuk dapat terfokus pada orientasi kebijakan luar negeri India menuju Asia Tenggara. Dalam mencapai tujuan dari look east policy, India lebih memilih menggunakan kerjasama ekonomi kompehrensif yang mencakup perdagangan barang jasa, dan investasi dalam bentuk free trade area. Harapan India dengan adanya free trade area adalah terciptanya sebuah kawasan Asia dengan masyarakat ekonomi yang mencakup India di dalamnya. 
Kebijakan look east policy berusaha membuka kembali lembaran baru kerjasama ekonomi antara India dengan negara-negara kawasan Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan India membutuhkan ASEAN sebagai batu loncatan ekonomi dalam negeri India menuju perekonomian global. Selain itu adanya kawasan ekonomi seperti Eropa dan Amerika juga menjadi perhitungan tersendiri bagi India untuk melakukan kerjasama dengan ASEAN. Melihat India tidak memiliki hubungan yang baik degnan negara kawsan Asia Selatan. Dalam kerjasama ekonominya India lebih memilih melalui jalur perdagangan dan invesrtasi yang dibingkai dalam sebuah kerangka kerjasama pasar bebas. Maka dari itu baik India maupun ASEAN memerlukan wadah yang menaungi kerjasama tersebut maka terciptalah sebuah free trade agreement yang berupa ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) ditahun 2003. Dari beberapa uarian tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa adanya dorongan yang kuat baik  dari liberalisasi ekonomi serta India look east policy pada keputusan lahirnya penandatanganan kerangka kerjasama ekonomi antara India dan ASEAN melalui ASEAN-India free trade agreement (AIFTA) di tahun 2003.



Daftar Pustaka
Rosyidi, Suherman. “Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada teori Ekonomi Mikro & Makro”. Rajawali Press. Jakarta 2006.
Ikbar M.A, Drs. Yanuar. “Ekonomi Politik Internasional 2, Implementasi Konsep dan Teori”. Rafika Aditama Press, Bandung 2007.
Halwani M.A, Prof. Dr. R. Hendra, “Ekonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi”, Ghalia Indonesia Press, Ciawi-Bogor 2005.
Caporaso, James A, dan David P. Levine, “Teori-teori Ekonomi Politik”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2008.
Jacson, Robert & Gorge Sorensen, “Pengantar Study Hubungan Internasional”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2009.
Deliarnov, “Ekonomi Politik, Mencakup Berbagai Teori dan Konsep Yang Komprehensif”, Penerbit Erlangga, Jakarta 2006.
Mas’oed, Mchtar, “Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi”,LP3ES, Yogyakarta, 1990.
Rosyidi, Suherman, “Pengantar teori Ekonomi, Pendekatan Kepada teori dan Konsep Mikro & Makro”, Rajawali Press, Jakarta 2005.
Meredith, Robyn,  Menjadi Raksasa Dunia, Fenomena kebangkitan India dan China yang Luar Biasa dan Pengaruhnya terhadap kita”.Nuansa Press, Bandung 2008.
Drs. T. Gilarso, SJ.Pengantar Ilmu Ekonomi Makro  Kanisius Press, yogyakarta 1992.
Wijayanta, Bambang & Aristanti WidyaningsihEkonomi & Akuntansi: “Mengasah Kemampuan Ekonomi”. Citra Praya press, Surabaya 2002
Mohd, Ahmad Shukri. Nain & Rosman Yusoff. “Konsep, Teori, Dimensi dan Isu Pembangunan”. Universiti Tekhnologi Malaysia, Johor 2003.
Luhulima, C.P. F. “Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2011.
Mahbubani, Kishore. “Asia Hemisfer Baru Dunia”. Pergeseran Kekuatan Global ke Timur yang Tak Terelakkan. Diterjemahkan oleh Bambang Murtianto dari buku The new asian hemisphere the irresistible shift of global power to the east. Gramedia, Jakarta 2011.
Zhang, Dong. Australian Government (AUSAID). “india Look East Strategies And Impacts”. AUSAID Working Paper September 2006.
“India’s Look east Policy”. Responses articles.  FPRC Journal. Foreign Policy research Center New Delhi (India) 2011.
India’s look east policy from economic integration to strategic stakeholder in the asia pacific region
S. Kumara,”Burma visit highkights India’s “Look East policy”, 6 april 2005 www.wsws.org
David M. Kotz. “Globalization and Neoliberalism”. Department of Economics and Political Economy Research Institute Thompson Hall University of Massachusetts Amherst, MA 01003 U.S.A. http://people.umass.edu/dmkotz/Glob_and_NL_02.pdf  Diakses tanggal 5 Februari 2013.
Sonia Bhalotra, “The Impact of Economic Liberalization on Employment and Wages in India. University of Bristol,UK. Paper submitted to the International PolicyGroup, International Labour Office, Geneva. 31 Januari 2002. www.efm.bris.ac.uk/ecsrb/papers/indialib/pdf. Diunduh pada tanggal 18 Mei 2013.
Ahluwalia, Montek S., “India’s Economic Reforms: An Appraisal,” in Jeffrey Sachs and Nirupam Bajpa’s (eds.), “India in the Era of Economic Reform,” Oxford University Press, New Delhi, 2000.
Ahluwalia, Montek S. “India’s Quiet Economic Revolution” The Columbia Journal of World Business-Spring 1994. Diakses melalui http://planningcommission.nic.in/aboutus/speech/spemsa/new/msa18.doc. Pada tanggal 23 Juli 2013.
Charan D. Wadhva. “India Trying to Liberalise: Economic Reforms Since 1991”. Diakses www.apcss.org/Publications/EditedVolumes/RegionalFInalChapter/Chapter16Wadhva.pdf. Diunduh pada tanggal 18 Mei 2013.


“India’s Economic Growth since 1980”. A studyon economic growt of India. Diakses melalui www.indianchild.com/india_economic_growth.htm. diunduh pada tanggal 18 Mei 2013.
 “History of Indian Economy”. India Text Bringing World Closer to India. http://indiatext.net/history-of-indian-economy/ . Diakses pada tanggal 3 Juli 2013.
“India Economy”. Diakses melalui http://www.mapsofindia.com/india-economy.html. Pada tanggal 23 Juli 2013.
 India economy”. Diakses melalui http://www.mongabay.com/reference/country_studies/india/ECONOMY.html. Pada tanggal 2 Juli 2013.
Williamson, John. “The Rise of the Indian Economy”. Diakses melalui http://www.unc.edu/depts/diplomat/item/2006/0406/will/williamson_india.html. Pada tanggal 23 Juli 2013.
Sibal, D. Rajeev “The Untold story of India’s Economy”. Diakses melalui http://www.lse.ac.uk/IDEAS/publications/reports/pdf/SR010/sibal.pdf. Diakses pada tanggal 1 Juli 2013. hal 20 .
India-Rusia Coutry Studies, diakses melalui http://countrystudies.us/india/133.htm. Pada tanggal 1 September 2013.
Chaudry, K Praveen. Kelkar, Vijay. Yadav, Vikash.  The Evolution of “ Homegrown Conditionaly’ in India : IMF Relations. Dikases melalui http://people.hws.edu/vyadav/publications/jods.pdf. Pada tanggal 4 September 2013. Hal 75.
“Commanding Heights: India Overview”. Diakses melalui  http://www.pbs.org/wgbh/commandingheights/lo/countries/in/in_overview.html. Pada  tanggal 1 September 2013.
Ashok Kotwal. Bharat Ramaswami. Wilima Wadhwa. “Discussion Papers in Economics: Economic Liberalization and Indian Economic Growth:What’s the evidence?”. September 2011. Discussion papaer 11-13Indian Statistical Institute, Delhi Planning Unit.


[1] Alumnus Jurusan Hubungan Internasional Univversitas Muhammadiyah Malang (UMM), bisa dihubungi via email: haryoprasodjo@ymail.com.
[2] Dalam “Iptek Mendongkrak Ekonomi India”. Diakses melalui http://herivirpat.multiply.com/journal/item/ Diakses tanggal 29 Januari 2013.
[3] Suqma, Taufan. Dalam “Roda Pintal Dan Konsep Perjuangan Gandhi (Sebuah Telaah Filsafat Politik)”.Diakses melalui http://jurnalmahasiswa.filsafat.ugm.ac.id/cin-7.htm.. Diakses tanggal 29 Januari 2013.
[4]  Meredith, Robyn, Dalam “Menjadi Raksasa Dunia, Fenomena kebangkitan India dan China yang Luar Biasa dan Pengaruhnya terhadap kita”.Nuansa Press, Bandung 2008. Hal: 34-35.
[5] Diakses melalui http://www.indiainbusiness.nic.in/economy/economic_reforms.htm. Pada tanggal 19 Juli 2013.
[6] Panagariya, Arvind. Dalam “India’s Economic Reforms, What Has Been Accomplished? What Remains to Be Done?”. ADB Economic and Development Resource Center, Policy Brief No 2 November 2001. Diakses melalui www.columbia.edu/~ap2231/.../OPB2.pdf‎. Pada tanggal 23 Juli 2013 hal: 3.
[7] Ibid hal 3.
[8] Diakses melalui http://business.gov.in/indian_economy/eco_indicators.php. Pada tanggal 19 Juli 2013.
[9] Dalam “The Indian Economic Liberalisation Story, An Audit From a Liberal Perpective. Discussion Papers, Project for Economic Education”. Diakses melalui http://www.freedomfirst.in/freedom-first/pdf/the-indian-economic-libralisation-story.pdf. Pada tanggal 23 Juli 2013. Opcit hal 16.

[10] Ibid hal 23-14.
[11] Ramkishen S. Rajan. India: A Decade of Economic Liberalization Senior Lecturer, School of Economic, University of Adelaide Rahul Sen. Research Associate, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore. Evian Group Compendium April2002.Diakses melalui http://ramkishenrajan.gmu.edu/pdfs/publications/other_policy_briefs_and_opeds/2002_2003/04-71.pdf. Opcit hal 2.
[12] Ibid hal 3.
[13] Dalam “ASEAN-India Center to Boost Economic and Cultural Relations”. Dipublikasikan tanggal 5 Juli 2013. Diakses melalui http://www.aseanbriefing.com/news/2013/07/05/asean-india-center-to-boost-economic-and-cultural-relations.html#sthash.zlyJIlT8.dpuf. Pada tanggal 24 Juli 2013.
[14] Agarwal, Dr. Ranjana dan Syeedun Nisa (Corresponding Author). Dalam “Knowledge Process Outsourcing: India’s Emergence as a Global Leader” Diakses melalui www.ccsenet.org/journal/index.php/.../520You‎.pdf. Pada tanggal 28 September 2013. Hal 85.
[15] Aghion, Philippe. Robin Burgess. Stephen Redding. and Fabrizio Zilibotti. The Unequal Effects of Liberalization: Evidence fromDismantling the License Raj in India” Diakses melalui http://econ.lse.ac.uk/staff/rburgess/wp/abrz.pdf. Pada tanggal 28 September 2013. Hal 4.
[16] Maso’ed Mohtar, Dalam “Perdagangan Dalam Perspektif Ekonomi-Politik Internasional”. Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta 1998. Hal xi.
[17] Ibid.
[18] Ibid Hal xii.
[19] Dalam “Palm Oil” Diakses melalui  
[20] Ibid.
[21] Trade agreements, Frame Work Agreement with ASEAN. “Fremework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between the Republic of India and the Association of South East Asian Nations”. Diakses melalui http://commerce.nic.in/trade/international_ta_framework_asean.asp. Pada tanggal 24 Juli 2013.
[22] Dhar, Biswajit. Dalam “Strenghening ASEAN-India Economic Relations: The Necessery Steps”. Diakses melalui   http://ris.org.in/images/RIS_images/pdf/2021.sept.2012.meeting/Biswajit,Dhar.pdf. Pada tanggal 24 Juli 2013. Hal: 1.
[23] Marg, Tansen. Dalam “Executive Summary, federation of Indian chambers of commerce and industry federation house. New Delhi 2001”. Diakses melalui http://www.ficci.com/spdocument/20186/India-ASEAN-Report-Exec-Summry.pdf. Pada tanggal 24 Juli 2013. Opcit hal: 2.
[24] Handbook of Statistics on Indian Economy, Reserve Bank of India (RBI), Mumbai, India; Computed from ‘Direction of Foreign Trade – US Dollar’, Table 137, pp 223-225; See http://rbidocs.rbi.org.in/rdocs/Publications/PDFs/137T_HB150909.pdf. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013.

[25] Diakses melalui http://www.dipp.nic.in/fdi_statistics/india_FDI_December2009.pdf. Pada tanggal 1 Oktober 2013.

[26] Naidu, GVC. “India look east policy”. Opcit Hal 2.

[27] Dalam “India's Look East policy has started paying rich dividends: PM”. Diakses melalui http://www.sify.com/news/india-s-look-east-policy-has-started-paying-rich-dividends-pm-news-national-nf5ramagahb.html. Pada tanggal 17 September 2013.

[28] Zhang, Dong. Dalam “India Look East, Strategies and Impact”. Australian Goverment, AusAID Workong Paper September 2006. Opcit Hal: 6.
[29]  Jyoti.Dalam  “India’s Look East Policy: In its Second Phase”. Global Journal of Pharmaceutical Sciences and Education. Volume, Number 1(2013)© Research India Publications. Opcit Hal 3.
[30]Nambiar, Shankaran. “India’s Engagement with ASEAN:Beyond Trade in Goods”, ISAS Working Paper. No 129-26 Agustus 2011. Notional University of Sigapore, hal 2  . Dalam http://www.isas.nus.edu.sg.pdf.
[31] Mishra, Patit Paban. India-Southeast Asian Relations. Teaching South Asia An Internet Journal of Pedagogy. Volume I, No. 1, Winter 2001,Opcit  hal 112.
[32] Lili, India’s Engagement With East Asia; A Chinese Perspective.Disampaikan pada Draft Paper Prapered For The 24 th Asia-Pasific Roundtable June 7-9 2010, Kuala Lumpur, Malaysia.  Opcit , hal 3.
[33] Shinoj, P. Dalam “ India- ASEAN Trade in Agriculture: Retrospect and Prospect”. Diakses melalui http://www.ncap.res.in/upload_files/policy_brief/pb29.pdf. Pada tanggal 12 Juni 2013.
[34] Dalam “Trade Informatioan”. Diakses melalui  http://www.indiaasean.org/index.php/trade-information. Pada tangal 12 Juni 2013.
[35] Dalam “ ASEAN Regional Forum: Background to the ASEAN Regional Forum”. Diakses melalui http://www.dfat.gov.au/arf/. Pada tanggal 16 April 2013.
[36] Sinha, Tuli. Dalam “ India-ASEAN Free Trade Agreement: A Survey of Literature”. Diakses melalui http://www.ipcs.org/pdf_file/issue/SR75-Tuli-Final.pdf. Pada tanggal 12 Juni 2013. Hal: 2.
[37] Mukul Asher, Rahul Sen, Sadhana Srivastava Diakses melalui http://www.spp.nus.edu.sg/docs/wp/wp06.pdf. Dalam “ASEAN - India: Emerging Economic OPPORTUNITIES”. Pada tanggal 25 Juni 2013. Opcit hal 8
[38] Dalam “ India Ocean Rim Association Background”. Diakses melalui http://www.iorarc.org/about-us/background.aspx. Pada  tanggal 26 Juni 2013.
[39] Dalam “Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC)”. Diakses melalui http://www.dfa.gov.za/foreign/Multilateral/inter/iorarc.htm. Pada tanggal 26 Juni 2013.
[40] Dalam “Goverment of Nepal Ministry of Foreign Affairs: BIMSTEC”. Diakses melalui http://www.mofa.gov.np/en/bimstec-170.html. Pada tanggal 27 Juni 2013.
[41] Sen M Azumdar, Ms Sayantani. Dalam “Mekong Gangga Cooperations A Brief Overview”. Diakses melalui http://www.globalindiafoundation.org/mkng-%20cooperation.pdf. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2013.
[42] Dalam “ASEAN-India Progress and Prosperity: History”. Diakses melalui http://www.aseanindia.com/about/history. Pada tanggal 12 Juni 2013.
[43] Dalam “ACD: ASEAN Cooperation Dialogue”. Diakses melalui http://www.acddialogue.com/about/. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013.

[44] Tangkilisan, Alex. Dalam “ASEAN-India Free Trade Area Part I: Introduction”. Diakses melalui http://www.aseanbriefing.com/news/2013/02/07/asean-india-free-trade-area-part-i-introduction.html. Pada tanggal 20 Juni 2013.

[45] Dalam “Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) & India”. Dikases melalui  http://exim.indiamart.com/free-trade-agreement/asean-india.html. Pada tanggal 20 Juni 2013.
[46] Zhang, Dong. “India Look East, Strategies and Impact”. Australian Goverment, AusAID Workong Paper September 2006. Opcit hal 7.
[47]Dalam “Economic Research Institue for ASEAN and East Asia: ASEAN-India Connectivity Myanmar Perspective”. Diakses melalui http://www.eria.org/CHAPTER_ASEAN-India_Connectivity_Myanmar_Perspective.pdf. Diakses pada tanggal 18 Juni 2013.
[48] Sen, Rahul. et al . Dalam “Asean India Economic Relations Current Status And Future Prospect”. Di www.researchgate.net. Diakses pada tanggal 18 Juni 2013.
[49] Sinha, Tuli. Dalam “ India-ASEAN Free Trade Agreement: A Survey of Literature. Opcit hal 3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar