“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Terorisme Di Indonesia



Oleh: M Najeri Al Syahrin, Lutfi Maulana Hakim, Anita Shalehah , Arifianto Rifki, Remy F Wibaw, Rashad Mardanov, Khoiorul Amin
Memang, semenjak tragedi 11 September, peningkatan aktivitas terorisme di Indonesia adalah salah satu yang cukup signifikan. Munculnya aksi-aksi terorisme yang digawangi oleh beberapa jaringan kelompok teroris sepertihalnya Nurdin M. Top, kelompok terorisme Poso, Jamaah As-Sunnah, maupun jaringan-jaringan lainnya dengan melakukan beberapa aksi peledakan bom dan terror nampaknya cukum menjadi bukti. Namun demikian, seperti yang dikatakan oleh Taufiqurrahman dalam tulisannya yang berjudul Peta Kelompok Terorisme di Indonesia, sebagian besar kelompok teroris yang ada di Indonesia berada di bawah jaringan Jamaah Islamiyah.[1]  
            Sepertihalnya yang telah disinggung dalam bagian-bagian sebelumnya, mengakarnya gerakan terorisme di Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari pada peran media di dalam menyebar luaskan pandangan-pandangan yang di bawa oleh kelompok teroris. Paling tidak, media telah memberikan sarana untuk menunjukkan ekspresi bagi kelompok teroris untuk menunjukkan eksistensinya. Di mana tujuan mereka adalah melakukan provokasi dan memancing kekerasan sebagai upaya untuk menggulingkan kewibawaan pemerintah.

            Efek lain yang ditimbulkan oleh media adalah daya tular yang sangat efektif. Apa yang dilakukan oleh kelompok teroris yang dimuat dalam media akan memberikan dorongan dan motivasi bagi kelompok lain untuk melakukan hal yang sama, atau bahkan lebih ekstrim. Pemberitaan yang detail terkait strategi dan taktik aksi juga memberikan efek negatif bagi aparat penegak hukum, dalam hal ini adalah kepolisian guna melakukan upaya perlawanan, dan yang terpenting adalah, dengan semakin ramainya pemberitaan mengenai terorisme, hal ini memberikan efek ‘kuasa’ bagi kelompok teroris. Mereka merasa berkuasa akibat pemberitaan yang terus-menerus, mampu memberikan ancaman baik secara langsung melalui aksi-aksi maupun ancaman yang secara tidak langsung melalui penyebaran ancaman lewat liputan media.
            Selain dari pada itu, derasnya pemberitaan media mengenai terorisme, disadari atau tidak telah mendorong menguatnya sentimen terhadap AS dan sekutunya, termasuk Indonesia yang dalam beberapa pandangan kelompok ekstrimis dianggap sebagai negara sekutu AS. hal tersebut tentu saja akan berdampak dengan semakin tumbuh dan meluasnya gerakan-gerakan terorisme, baik yang berbasis agama, ideologi politik, maupun sikap resisten terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang akan memicu munculnya tindak kekerasan berupa ancaman terror maupun ancaman terhadap keamanan nasional Indonesia.


[1] Muhammad Taufiqurrahman dalam Sukawarsini Djelantik, Op.Cit. Hal. 75

1 komentar:

  1. Terorisme di Indonesia hanya akan hilang dengan dibentuknya khilafiah, http://transparan.id

    BalasHapus