“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Sejarah Terorisme


Oleh: M Najeri Al Syahrin, Lutfi Maulana Hakim, Anita Shalehah , Arifianto Rifki, Remy F Wibaw, Rashad Mardanov, Khoiorul Amin 
Peristiwa 11 September 2001 merupakan peristiwa yang banyak menyita perhatian dunia. Peristiwa tersebut telah mengubah lanskap tatanan global. Aksi terorisme 11 September 2001 tak pelak menghantam jantung kaptalisme global, World Trade Center (WTC).[1] Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual sejak terjadinya peristiwa tersebut. Konsep “terorisme” yang dahulu tidak begitu dikenal mulai bayak dipelajari dan diperbincangkan oleh masyarakat dunia. Padahal gerakan terorisme sudah ada dan beberapa kali terjadi sebelum peristiwa penyerangan gedung WTC di Amerika Serikat.
Kata teror pertama kali dikenal pada zaman Revolusi Prancis. Kata Terorisme sendiri berasal dari Bahasa Prancis le terreur yang semula dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata terorisme dipergunakan untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.  Menurut Grant Wardlaw dalam buku Political Terrorism (1982), manifestasi Terorisme sistematis muncul sebelum Revolusi Perancis, tetapi baru mencolok sejak paruh kedua abad ke-19.[2] Pada pertengahan abad ke-19, terorisme mulai banyak dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa Terorisme adalah cara yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial, dengan cara membunuh orang-orang yang berpengaruh. Terorisme pada zaman ini banyak diinspirasi oleh kaum Marxis-Leninis. Sejarah mencatat pada tahun 1890-an aksi terorisme Armenia melawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan bencana pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi terorisme diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi.


Sebagai bagian dari fenomena sosial, terorisme jelas berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. seiring bubarnya Uni Soviet dan dominasi neoliberal, gerakan terorisme lebih diwarnai oleh persoalan-persoalan ideologis keagamaan yang mana peristiwa penyerangan WTC sebagai tanda besarnya. Indonesia pun tidak luput dari penyerangan terorisdengan Bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002 dan Bom Bali 2 pada 1 Oktober 2005 yang dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia. Jika kita simak berbagai pernyataan pelaku teroris, Imam Samudra, misalnya, maka ideologi dan alasan-alasan agama tampaknya menjadi yang paling kuat mengapa seseorang menjadi teroris.[3]  Sampai sekarang agama sering kali dijadikan basis legitimasi “perlawanan” melalui terror.


[1] Budi Winarno, 2011, Isu-Isu Global Kontemporer, CAPS, Yogyakarta, hal.172
[3] Budi Winarno, Op.Cit, hal.177

Tidak ada komentar:

Posting Komentar