Oleh: M Najeri Al Syahrin, Lutfi Maulana Hakim, Anita Shalehah ,
Arifianto Rifki, Remy F Wibaw, Rashad Mardanov, Khoiorul Amin
Seperti dijelaskan dalam buku Isu-Isu
Global Kontemporer karya Prof. Budi Winarno, bahwa menjelang abad 21,
terorisme telah menjadi fenomena yang menyebar luas ke seluruh penjuru dunia
melalui aksi-aksi dan organisasi yang melintasi batas-batas wilayah suatu
negara. Aksi terorisme
yang terjadi di suatu negara belum tentu memastikan bahwa aktor yang melakukan
aksinya berasal dari negara tersebut. Kasus penangkapan yang pada akhirnya
menewaskan Dr Azhari beberapa watu lalu membuktikan bahwa aksi-aksi terorisme
yang terjadi di Indonesia ternyata digawangi oleh warga negara Malaysia. Oleh
karena itu, perlu diakui bahwa terrorisme telah menjadi bagian dari fenomena
yang mengglobal.
Berkenaan dengan hal
tersebut, ada setidaknya beberapa alasan yang dapat menjelaskan mengapa
terorisme menjadi fenomena yang hadir dan memiliki daya tarik perhatian yang
besar pada ranah global. Pertama, trend globalisasi yang telah
melahirkan arus tak terbatas bagi perpindahan barang dan jasa, modal, dan
manusia melalui kemajuan teknologi transportasi telah memberikan kontribusi
yang besar bagi perkembangan jaringan terorisme.[1]
Kedua, muncul dan meluasnya gerakan terorisme disebabkan karena kesamaan
ideologi dan keyakinan yang dijadikan dasar di dalam membenarkan tindakan
terorisme.[2]
Faktor ini menjadi bukti lain bahwa globalisasi tidak hanya berkutat pada
masalah arus barang dan jasa saja. Akan tetapi, arus ide, gagasan dan kebebasan
berekspresi juga menjadi dimensi yang dibawa oleh globalisasi mampu menyebar ke
seluruh entitas dan lapisan kehidupan di dunia.
Ketiga, peran media sepertihalnya siaran televise di dalam
menyebarkan sajian ‘Threat of Terrorism’ kepada khalayak publik menjadi
faktor yang sangat penting.[3]
Hal ini juga merupakan konsekuensi dari kemajuan dan perkembangan teknologi
informasi yang dapat menyebarkan informasi secara cepat di era globalisasi yang
serba cepat dan tanpa batas. Terlebih, teknologi yang dikembangan dalam bidang
informasi telah membuat siapa saja mampu mendapatkan akses secara luas. Apa
yang terjadi di belahan bumi hari ini tentu dapat dengan segera diketahui oleh
penduduk di belahan bumi lainnya hari ini juga tanpa harus berada di tempat di
mana kejadian tersebut berlangsung. Cukup dengan duduk sambil menikmati
secangkir kopi diruangan ber-AC, informasi pada hari itu juga dapat segera
diterima melalui siaran langsung dari layar kaca sebuah TV ataupun monitor
dengan akses internet.
Ketiga faktor di atas
bahkan mungkin hanya merupakan bagian kecil dari faktor-faktor lain yang dapat
menjelaskan mengapa terorisme mampu menjadi bagian dari isu global yang
menyedot banyak perhatian. Selain dari pada itu, kekaburan dari konsep terorisme
juga menjadikan penyebab munculnya terorisme tidak dapat dipahami secara
tunggal. Tidak hanya faktor makro yang dapat menjelaskan fenomena tersebut,
tinjauan mikro sepertihalnya faktor psiko-sosial, organisasional, maupun
politis juga dapat menjadi penjelas terhadap munculnya dorongan untuk melakukan
tindakan terror.[4]
Namun, paling tidak
gambaran di atas telah menunjukkan betapa globalisasi telah berperan besar
dalam menyebrkan universalitas keyakinan bagi individu, kelompok, maupun
organisasi yang merara memiliki kesamaan dalam memandang suatu hal, misalnya
ideologi politik, agama, maupun budaya yang dapat dijadikan motivasi untuk
melakukan tindakan terorisme. Contoh sederhana yakni pemahaman mengenai istilah
‘Jihad’ sebagai perang suci yang diyakini oleh sebagian kaum dari suatu agama
sebagai puncak dari ibadah dengan menempatkan proyeksi musuhnya kepada bentuk
kekufuran, dalam hal ini adalah negara-negara barat seperti AS dan sekutunya,
nampaknya cukup berhasil menggerakkan kelompok mereka untuk melakukan aksi-aksi
perlawanan dengan semangat ‘Jihad’.
Selanjutnya, terdapat
beberapa alasain lain yang mendukung penjelasan mengenai munculnya terorisme.
Gerakan separatis yang muncul dari semangat etnis maupun nasionalis dari
kalangan minoritas nampaknya juga dapat beralih menjadi tindakan terorisme
disaat upaya mempertahankan dan mendapatkan pengakuan identitas dilakukan
dengan cara-cara kekerasan. Kemiskinan yang berujung pada ketimpangan sosial
dan distribusi kesejahteraan, represi dari pemerintahan otoriter, dan ideology
yang berbasis pada agama juga dapat menjadi faktor penjelas munculnya gerakan
terorisme di tengah-tengah arus globalisasi yang menyediakan segala
keterbukaan.
[4] Baca Tinjauan Psiko-Politis dalam memahami munculnya terorisme
dalam Sukawarsini Djelantik. Hal. 25-27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar