“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Prilaku Yang Menjadikan Seseorang Kaya? Atau Kekayaan Yang Membentuk Prilaku Seseorang?



       Sering kali saya berdiskusi dengan bapak saya, dan salah satu tema yang menarik adalah pertanyaan sekaligus pernyataan dari bapak saya, “prilaku yang menjadikan orang itu kaya atau kekayaan itu yang membentuk prilakunya?”. Pernyataan tersebut dilator belakangi oleh pengalaman bapak saya saat kuliah D3 di salah satu sekolah tinggi yang ada di Kota Bekasi saat itu. Konon bapak saya memiliki beberapa dosen yang dapat dikatakan ‘ringan tangan’, namun bukan ringan tangan dalam artian negatif suka memukul atau kasar. Ringan tangan yang dimaksud di sini adalah tidak rumit, tidak njelimet, simpel dan menyenangkan. Kalau bapak saya bilang, ‘orangnya enakan’, tidak sulit memberikan nilai baik kepada mahasiswanya kecuali mahasiswa tersebut memang tidak bisa dan tidak pernah melakukan apa-apa (baik tugas maupun ujian) dan tidak pernah menyusahkan orang. 

        Lebih lanjut bapak saya bercerita, jikalau dosen tersebut juga secara materi memang sudah dapat tergolong mampu. Meninggat saat itu masih sekitar tahun 1995-1997, masa yang tergolong cukup sulit untuk membangun pondasi ekonomi yang baik. Namun dosen bapak saya tersebut sudah tergolong mampu, karena si dosen sudah menggunakan kendaraan pribadi yang berupa mobil. Pada saat itu sudah termasuk barang mewah, karena tidak semua orang memiliki mobil (tidak seperti masa sekarang, yang hampir setiap keluarga sudah memiliki mobil). “Kalau tidak orang kaya, tahun segitu mana bisa punya mobil”, cerita bapak saya.


     Jawaban pasti dari saya adalah, “ya pasti dari prilakunya dulu lah bapak, baru kekayaan itu datang”. Pikiran saya sederhana, karena prilaku pada dasarnya adalah pondasi utama bagi manusia sebagai bekal untuk hidup. Prilaku yang positif, pasti akan memiliki dampak yang  positif, khususnya bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, iklim yang akan berada di sekitar orang tersebut menjadi kondisi yang positif. Jika hal tersebut sudah terjadi, maka bukannya tidak mungkin jika rejeki akan dengan mudah berdatangan. Bayangkan jika prilakunya adalah prilaku yang negative dan memberikan pengaruh yang negatinf juga untuk sekitarnya. Datang atau bertatap muka dengan orang dengan wajah yang murung dan raut wajah yang suram, bagaimana orang sekitarnya akan merespon? Pasti dan tidak akan jauh berbeda juga akan meresponnya dengan pengaruh yang negatif juga.

        Pernyataan bapak saya tersebut tidak jauh berbeda dengan pertanyaan yang diajukan oleh Tony Stark dalam film Iron Man, “kitalah yang menciptakan setan (dalam diri kita) sendiri”. Tindakan kita saat ini adalah hasil dari tindakan kita di masa lalu, dan tindakan kita di masa depan, adalah hasil dari tindakan dan prilaku kita saat ini. Begitu besarnya dampak yang diakibatkan oleh prilaku kita sendiri, maka tidak heran jika dalam Al Qur’an Allah mengatakan bahwa ‘tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga kaum tersebut mengubah apa yang ada di dalam dirinya sendiri terlebih dahulu’. Dalam diri juga memiliki penafsiran yang beragam, bisa pikiran dan juga prilaku kita.

      Berbeda jika kita melihatnya dari kekayaan terlebih dahulu, yaitu kekayaanlah yang membentuk prilaku seseorang. Saya rasa hal tersebut bisa saja terjadi pada seseorang, namun saya selalu yakin jika kekayaan yang berbentuk demikian adalah kekayaan semu, yaitu kekayaan yang pasti akan cepat berakhir (hal ini bisa sangat terjadi kepada orang kaya yang buruk prilakunya). Telah banyak dalam Al Qur’an Allah memberikan contoh, bagaiamana raja-raja yang buruk prilakunya kemudian Allah binasakan dan dijadikan pelajaran bagi orang-orang setelahnya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak mampu untuk mengolah kekayaan yang dimilikinya. Lalu bagaimana jika orang tersebut sudah kaya dan berprilaku baik? Itu adalah anugrah, dan bisa juga merupakan takdir atau nasib dari orang tersebut.

      Tidak bisa kita pungkiri bahwa prilaku kita juga dikendalikan oleh kondisi dan pikiran kita, oleh karena itu kita harus selalu bersuaha untuk menjaga pikiran dan hati kita dalam kondisi terbaiknya. Baik artinya tidak tertekan dan tidak menderita, selalu berada dalam kedamaian dan ketenangan, terlepas dari apaun kondisi fisik yang kita alami. Lagi-lagi Iagi, Islam memberikan solusinya, yaitu dengan menginggat Allah (hanya dengan menginggat Allah lah, hati akan merasa tenang). 

      Maka akhri dari obrolan tersebut adalah, saya dan bapak saya percaya jika prilaku seseoranglah yang nantinya akan menentukan nasib orang tersebut. Apakah akan menjadi orang yang sukses, atau menjadi orang yang tidak sukses. Satu hal yang terpenting adalah, jangan takut untuk menjadi orang sukses dan kaya. Dengan menjadi orang sukses dan kaya, setidaknya kita akan lebih dapat banyak beramal dan berbagi. Artinya, kita justru akan menjadi jauh lebih dekat lagi dengan kesuksesan itu sendiri.

Batu, Malang 20 April 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar