“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Latar Belakang ASEAN-India Free Trade Agreement



Latar Belakang Masalah (dalam tugas akhir ASEAN-India Free Trade Agreement)
Oleh Haryo Prasodjo         
         Setelah China, India menempati urutan kedua dengan jumlah penduduk terpadat di dunia. Penduduk India bertambah 181 juta jiwa dalam sepuluh tahun terakhir pada tahun 2011.[1] Dan pada tahun itu pula jumlah penduduk India mencapai 1.21.01.93.422jiwa.[2] Jumlah peningkatan penduduk yang hampir 1,2 milyar jiwa dengan tingkat pendidikan yang rendah  serta tingkat kemiskinan yang masih tinggi terdapat di setiap wilayahnya menjadikan India negara yang rawan akan ancaman unstabilitas baik dari sektor eknomi, politik, dan sosial. Dalam latar belakang ini akan dibahas secara singkat mengenai sejarah panjang perekonomian India mulai dari awal kemerdekaannya hingga reformasi ekonomi yang dilakukan India di tahun 1991 sampai ekonomi India dapat terintegrasi dengan dunia internasional khususnya dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.Pada tahun 1947 setelah meraih kemerdekaan dari Britania Raya, perekonomian India berjalan amat lambat. Hal itu dikarenakan India memilih sebuah sistem perekonomian yang cendrung tertutup dan sulit ditembus oleh pasar.
Pemerintah saat itu menerapkan sistem ekonomi yang tidak pro pasar dimana terdapat campur tangan serta kontrol kuat pemerintah dalam setiap kegiatan ekonomi. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya India juga mengandalkan subtitusi impor.[3] Sistem perekonomian yang cendrung tertutup tersebut merupakan warisan ajaran Mahatma Gandhi yang dikenal dengan swadeshi (gerakan cinta produk dalam negri).[4]  Tidak hanya itu, hampir 80% penduduk India tinggal di pedesaan yang sepertiga dari penduduknya hidup dibawah garis kemiskinan. Beberapa yang menjadi faktor kemiskinan di India pada awal kemerdekaan adalah pertumbuhan polulasi manusia yang tidak seimbang dengan jumlah sumber daya tanah dan kapital yang terbatas. Selain itu besarnya tingkat buta huruf di India serta minimnya infrastruktur guna menjangkau masyarakat India yang berada di berbagai wilayah pedalaman juga menjadi salah satu faktor yang menjadikan distribusi barang/ jasa dalam konteks ekonomi dan pendidikan menghadapi dilema. Di satu sisi pemerintah dituntut segera membuka jalan agar roda ekonomi dapat berputar dan dinikmati secara merata, namun di sisi lain terdapat ganjalan-ganjalan yang menghambat roda tersebut untuk berputar.

Mahatma Gandhi yang dikagumi oleh dunia atas anjurannya untuk sikap tanpa kekerasan dan desakan  moral untuk membantu orang-orang miskin,  mendukung kebijakan yang bertujuan untuk memastikan kemerdekaan ekonomi India dari industrialisasi barat. Selain kemerdekaan masyarakat India juga membutuhkan kesejahteraan, bagi Gandhi apalah arti kemerdekaan tanpa kesejahteraan, baginya hal tersebut tidaklah jauh berbeda dengan India yang masih berada  di tangan penjajah. Jauh sebelum merdeka, Gandhi telah dikenal dengan gerakan roda pintalnya. Gandhi menganjurkan alat-alat prouksi tradisional salah satunya dengan menggunakan alat pintal dari kayu, yang mana masing-masing keluarga harus memiliki mesin pintal sederhana untuk memproduksi kain.dan meminta rakyat India untuk berhenti memakai pakaian impor serta menggunakan barang-barang impor lainnya, sebagai bentuk pemberontakan keterkaitan ekonomi dengan kekuasaan kolonialisme. Namun hal tersebut tidaklah cukup untuk mengantarkan masyarakat India dengan jumlah populasinya yang besar untuk keluar dari jurang kemiskinan.
Di tahun 1947, Perdana Menteri India Jawaharal Nehru melakukan berbagai macam terobosan baru dalam bidang ekonomi, seperti perencanaan ekonomi serta kontrol ekonomi versi India dengan menciptakan komisi perencanaan India selain itu Nehru juga membuat rencana lima tahunan di tahun 1951. Pada masa pemerintahannya Nehru melakukan pembangunan disektor pertanian dan irigasi. Meskipun ekonomi India mendekati kestabilan dengan adanya peningkatan hasil panen dan industrialisasi, di sisi lain juga terjadi kelaparan, pengangguran, dan kemiskinan di India. Nehru merupakan pendukung sosialisme, Perencanaan terpusat seperti yang dijalankan China dan Soviet menjadi sangat populer selama pacsca perang dunia II.
Gandhi dan Nehru memiliki impian untuk membuat India sebagai negara yang swasembada. Mereka takut bahwa investor asing akan menjadi British East India Company dan penjajah baru. Nehru mempersulit perusahaan-perusahaan asing untuk berinvestasi di India, begitupun sebaliknya sulit bagi perusahaan India untuk mengekspor barang, dan amat mahal bagi India untuk mengimpor barang. Apa yang disebut dengan rezim inward looking selalu di gembor-gemborkan oleh PM Nehru dan penasihatnya Mahalanobis. Namun cara pandang yang dikenal dengan Nehruvian Vison hanyalah sebuah manifest yang membelengu India hampir selama 40 tahun hingga 1991. Gandhi dan Nehru merupakan guru India, semenjak pasca kolonial  ajaran anti industri Mahatmagandhi dan sosialisme Jawaharlal Nehru telah bersama-sama menyebabkan India menarik diri dari ekonomi dunia setelah India memenangkan kemerdekaan dari Inggris 1947.
Meskipun mereka berdua telah tiada, namun filosofi dan ide-ide mereka tetap dihormati selama puluhan tahun lamanya setelah kematian mereka. Partai kongres yang didirikan oleh Gandhi dan Nehru, meneruskan desakan swasembada dan mencegah India yang merdeka bergabung dengan ekonomi global. Pada awal tahun kemerdekaan, kebijakan-kebijakan tersebut membantu berdirinya perusahaan India dengan subur, namun lebih dari puluhan tahun, terlindungi dari tekanan luar, menyebabkan banyak perusahaan India malas dan tidak kompetitif. Adapun gambaran India yang saya kutip dari tulisan Simon Saragih dalam laporannya dari India yang berjudul “Maju setelah melucuti model Nehru” adalah sebagai berikut
Keadaan di India tak semuanya indah. Manusia hidup di bawah norma-norma yang standar adalah warna utama India. Dari 1,3 miliar penduduk, yang punya daya beli hanya sekitar 300 juta jiwa. Setelah China dan Benua Afrika, India adalah lokasi warga termiskin di dunia. Itulah warisan penggunaan model ekonomi terencana, disebut juga sebagai Model Nehru, sejak merdeka tahun 1947 dari Inggris. Selama periode itu perekonomian India mengandalkan peran perusahaan negara, menolak peran pemodal asing. Peran swasta domestik diikutkan, tetapi dikontrol ketat lewat regulasi pemerintah”.[5]

Pada model ini perizinan amatlah ketat, sehingga perekonomian India sangatlah berbeda jauh dengan negara-negara yang berada dikawasan Asia Timur. Pada dasarnya India memiliki visi pembangunan kedepan hanya saja salah dalam strategi. Ajaran Nehru yang  meniru gaya dari sistem Soviet dibawah Joseph Stalin serta didukung dengan semangat Mahatma Gandhi dengan swadeshinya membuat pemerintah India merasa tidak membutuhkan barang-barang Impor dan menutup diri dari perekonomian Internasional. Laju perekonomian India yang lambat tersebut baru berakhir pada tahun 1980-an, pada masa pemeringahan Rajiv Gandhi.
Di India sendiri terdapat dua sektor ekonomi yang justru luput dari perhatian pemerintah, yaitu industrialisasi dan dunia perfilman Bollywood, selebihnya adalah kegiatan ekonkomi tanpa jiwa yang pada akhirnya menjerumuskan jutaan rakyat India kedalam jurang kemiskinan dan kelaparan massal. Krisis ekonomi yang terjadi ditahun 1991 telah membangkitkan kesadaran India dimana perekonomian dalam negeri saat itu sangatlah kritis, negara tidak lagi memiliki devisa yang memadai. India bangkrut total, seratus sepuluh juta orang jatuh ke dalam kemiskinan hanya dalam waktu dua tahun sebelumnya. Inflasi mencapai angka 17% dan memakan pendapatan rakyat kecil. Hingga 1991 pertengahan, 330 juta orang atau dua dari setiap lima orang India hidup di bawah garis kemiskinan, keuangan pemerintah ambruk, dan India menghadapi krisis.[6]
Namun beberapa bulan selanjutnya tepatnya pada hari senin , 1 juli 1991 reformasi bersejarah di India dimulai, pertumbuhan perekonomian India terus mengalami peningkatan, yaitu pada masa pemerintahan PM  P.V Narasimha Rao dimana terjadi perubahan ekonomi yang amat signifikan. Pada tahun1991 India memilih untuk membuka ekonominya kepada ekonomi global dan merumuskan suatu Kebijakan Ekonomi Baru (New Economic Policy/NEP). Dibawah kebijakan ini, NEP bertujuan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi dengan menghilangkan hambatan-hambatan dan peraturan-peraturan yang membawa efisiensi dan dinamisme dalam suatu sistem ekonomi, dalam hal ini adalah sistem ekonomi. India membutuhkan akses untuk dapat terintegrasi dengan ekonomi internasional, maka dari itu Pemerintah India membuat beberapa kerjasama dengan negara-negara yang berada di kawasan Asia, salah satunya adalah dengan negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara yang dikenal dengan ASEAN.
Kerjasama antara India dengan ASEAN sendiri telah terjalin sejak tahun 1991, yaitu dalam rangka meningkatkan keterlibatannya di wilayah Asia Timur, sehingga  di tahun selanjutnya 1992 India menjadi mitra dialog sektoral ASEAN yang merupakan sebuah kekuatan geo-politik serta ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang terdiri dari sepuluh negara anggota dan dibentuk pada bulan Agustus tahun 1967 oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Diperluas dengan bergabungnya Brunai Darussalam, Vietnam, Kamboja, Laos, serta Myanmar. Tujuan dibentuknya ASEAN sendiri adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pembangunan budaya di antara negara-negara anggotanya, dan juga untuk menjaga perdamaian serta stabilitas kawasan, dengan menjadi forum dialog antara negara anggota untuk membahas permasalahan melalui jalur perdamaian.[7]
Pada tahun 1992 India menjadi mitra wicara sektoral dengan ASEAN, di tahun 1995 India telah menjadi mitra dialog penuh ASEAN[8], dan di tahun selanjutnya 1996 India telah bergabung menjadi anggota dari ASEAN Regional Forum (ARF). Seiring dengan berjalannya waktu, kerjasama antara India dan ASEAN terus mengalami peningkatan. Jalinan kerjasama yang kian erat ini pun ditandai dengan adanya kerjasama pasar bebas antara ASEAN dengan India melalui ASEAN+1 atau yang biasa kita sebut dengan ASEAN India Free Trade Agreement (AIFTA) yang mulai dibahas pada bulan Oktober tahun 2003 saat KTT ASEAN ke-3 di Bali, yaitu mengenai kerangka kerjasama perdagangan bebas yang berupa barang, jasa, dan investasi dengan kemudian diikuti oleh sektor barang dan berlaku mulai 1 Januari 2010 lalu.
Namun ASEAN-India Free Trade Agreement sendiri baru ditandatangani pada 13 Agustus 2009 di Bangkok, yang mana negosiasi perdagangan barang dalam perjanjian antara India dan ASEAN tersebut telah dimulai pada Maret 2004. Negosiasi berlangsung selama enam tahun, yaitu di sela-sela pertemuan para Menteri Ekonomi ASEAN. Adapun perjanjian ini hanya untuk sektor perdagangan barang, karena negosiasi untuk kesepakatan sektor jasa dan investasi telah dimulai sejak bulan Oktober 2008 dan telah selesai pada Desember 2009 lalu. FTA sendiri efektif diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2010 dan masih sebatas dengan negara Singapura, Malaysia dan Thailand.
Kerjasama dalam pasar bebas ini akan diikuti oleh negara anggota ASEAN di tahun 2013. Kedepannya FTA akan menghapus tarif untuk sekitar 4000 (yang mencakup elektronik, bahan kimia, mesin dan tekstil) dari mana tugasnya untuk produk 3200 akan dikurangi dengan Desember 2013, sedangkan untuk 800 produk yang tersisa akan dibawa turun ke nol atau mendekati nol tingkat pada Desember 2016.[9] Pada tahun 2010, total nilai perdagangan antara ASEAN dengan India mencapai 55,4 miliar dolar, naik 42 persen dari 2009. Pencapaian itu mencakup 2,7 persen dari total pangsa perdagangan ASEAN pada tahun yang sama. Nilai perdagangan ASEAN-India diprediksi akan menembus 70 miliar dolar AS pada tahun 2012. Begitu pula investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) dari India ke ASEAN pada 2010 mencapai 2,6 miliar dolar, naik 221 persen dari 2009. Angka tersebut mencakup 3,4 persen dari total FDI ke ASEAN selama 2010.[10]
India dengan jumlah 1,2 miliar jiwa penduduknya jelas merupakan pasar menjanjikan bagi ASEAN.[11] Studi oleh McKinsey Global Institute (MGI) menyebutkan bahwa pasar India diperkirakan akan menjadi kelima terbesar di dunia tahun 2030 dengan jumlah kelas menengahnya 50 juta jiwa yang akan meledak menjadi 583 juta di tahun 2030.[12] Sementara ASEAN sendiri merupakan pasar dengan 600 juta jiwa penduduk di mana total nilai Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 1,8 triliun dolar AS. Kombinasi dari keduanya, ASEAN-India akan menciptakan integrasi pasar bagi 1,8 miliar orang dengan nilai PDB mencapai 3,6 triliun dolar AS atau 5,7 persen dari total PDB dunia.
Banyak yang memprediksi bahwa dengan terintegrasinya pasar serta arus perekonomian antara ASEAN dan India akan menjadi sebuah kekuatan baru. Pada masa pemerintahan Manmohan Singh, India berkomitmen untuk menyatukan infrastruktur antara India dengan negara-negara di kawasan ASEAN, yaitu melalui ASEAN Infrastructure Fund (AIF) yang baru saja dibentuk. Bagi India sendiri, ASEAN merupakan mitra dagangnya terbesar keempat setelah Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China.[13] Sedangkan bagi ASEAN sendiri India merupakan mitra dagang ketujuh terbesar. Dari sisi investasi, FDI dari India ke ASEAN pada tahun 2008 mencatat nilai USD 476,8 juta.[14]
Dalam melihat pertumbuhan ekonomi yang terjadi di ASEAN, India hadir sebagai kekuatan ekonomi baru bagi negara-negara anggota ASEAN. seperti halnya ASEAN India ingin tidak lagi bergantung dengan mitra dagangnya yang lama. Hal serupa juga diinginkan India kepada ASEAN. Meskipun tingkat liberalisasi perdagangan barang dalam AIFTA tidak setinggi liberalisasi perdagangan barang yang dicapai antara ASEAN dengan mitra FTA lainnya. Namun kedua pihak sepakat untuk meningkatkan komitmen liberalisasi melalui proses “review” setelah perjanjian diimplementasikan.
Yang menarik dalam penelitian ini adalah, penulis berusaha memberikan gambaran dalam batasan, bagaimana kebijakan liberalisasi ekonomi dan look east policy India menjadi faktor pendorong lahirnya ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) di tahun 2009. Maka dalam bab-bab selanjutnya akan dibahas tentang sejarah kerjasma India-ASEAN, hingga pengaruh liberalisasi dan look east policy India terhadap terbentuknya kerjasama tersebut.


[1] Dalam “Provisional Population Totals : India : Census 2011”. Diakses melalui http://censusindia.gov.in/2011-prov-results/indiaatglance.html. Diakses pada tanggal 15 Nopember 2013.
[2] Ibid.
[3] Dalam “Iptek Mendongkrak Ekonomi India”. Diakses melalui http://herivirpat.multiply.com/journal/item/ Diakses tanggal 29 Januari 2013.
[4] Suqma, Taufan. Dalam “Roda Pintal Dan Konsep Perjuangan Gandhi (Sebuah Telaah Filsafat Politik)”.Diakses melalui http://jurnalmahasiswa.filsafat.ugm.ac.id/cin-7.htm.. Diakses tanggal 29 Januari 2013.
[5]  Saragih, Simon. Dalam Laporan dari India. “Maju setelah melucuti model Nehru” Diakses melalui http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/message/8382. oleh Simon saragih. Diakses tanggal 29 januari 2013.

[6]  Meredith, Robyn, Dalam “Menjadi Raksasa Dunia, Fenomena kebangkitan India dan China yang Luar Biasa dan Pengaruhnya terhadap kita”.Nuansa Press, Bandung 2008. Hal: 34-35.
[7]  Dalam http://www.aseansec.org.htm diakses pada tanggal 16 Mei 2012.
[8]  Dalam “India- ASEAN Bahas Peta Kerjasama Masa Depan”. Diakses melalui  http://www.tempo.co/read/news/2012/12/20/118449349/India-ASEAN-Bahas-Peta-Kerja-Sama-Masa-Depan. Pada tanggal 10 Februari 2013.
[9] Dalam http://www.southasiaanalysis.org.html diakses tanggal 16 Mei 2012.
[10] Dalam “India Kini Menjadi Magnet Bagi ASEAN”. Diakses melalui http://www.antaratv.com/berita india-kini-menjadi-magnet-bagi-asean diakses pada tanggl 16 Mei 2012
[11] Dalam “ Babak Baru Kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN-India”. Diakses melalui http://www.bisnis-kepri.com/index.php/2012/12/babak-baru-kerjasama-perdagangan-bebas-asean-india/  diakses pada tanggal 10 Februari 2012.
[12] Dalam “ The Great Sharing”. Diakses melalui http://financialpress.com. the-great-sharing. di akses pada atnggal 16 Mei 2012.
[13] Dalam “ASEAN-India MOU Perdagangan Bebas” Diakses melalui http://dunia.vivanews.com/news/read/82724-asean_india_mou_perdagangan_bebas diakses pada tanggal 16 Mei 2012.
[14] Dalam http://www.asean.org/18144.htm diakses tanggal 16 Mei 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar