Latar Belakang Masalah (dalam tugas akhir ASEAN-India Free Trade Agreement)
Oleh Haryo Prasodjo
Setelah
China, India menempati urutan kedua dengan jumlah penduduk terpadat di dunia. Penduduk India bertambah 181 juta jiwa dalam sepuluh
tahun terakhir pada tahun 2011.[1]
Dan pada tahun itu pula jumlah penduduk India mencapai 1.21.01.93.422jiwa.[2]
Jumlah peningkatan penduduk yang hampir 1,2 milyar jiwa dengan tingkat
pendidikan yang rendah serta tingkat
kemiskinan yang masih tinggi terdapat di setiap wilayahnya menjadikan India
negara yang rawan akan ancaman unstabilitas baik dari sektor eknomi, politik,
dan sosial. Dalam latar belakang ini akan dibahas secara singkat mengenai
sejarah panjang perekonomian India mulai dari awal kemerdekaannya hingga
reformasi ekonomi yang dilakukan India di tahun 1991 sampai ekonomi India dapat
terintegrasi dengan dunia internasional khususnya dengan negara-negara di
kawasan Asia Tenggara.Pada tahun 1947 setelah meraih kemerdekaan dari Britania
Raya, perekonomian India berjalan amat lambat. Hal itu dikarenakan India memilih
sebuah sistem perekonomian yang cendrung tertutup dan sulit ditembus oleh pasar.
Pemerintah saat itu menerapkan sistem ekonomi yang tidak
pro pasar dimana terdapat campur tangan serta kontrol kuat pemerintah dalam
setiap kegiatan ekonomi. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya
India juga mengandalkan subtitusi impor.[3]
Sistem perekonomian yang cendrung tertutup tersebut merupakan warisan ajaran
Mahatma Gandhi yang dikenal dengan swadeshi
(gerakan cinta produk dalam negri).[4]
Tidak hanya itu, hampir 80% penduduk
India tinggal di pedesaan yang sepertiga dari penduduknya hidup dibawah garis
kemiskinan. Beberapa yang menjadi faktor kemiskinan di India pada awal
kemerdekaan adalah pertumbuhan polulasi manusia yang tidak seimbang dengan
jumlah sumber daya tanah dan kapital yang terbatas. Selain itu besarnya tingkat
buta huruf di India serta minimnya infrastruktur guna menjangkau masyarakat
India yang berada di berbagai wilayah pedalaman juga menjadi salah satu faktor
yang menjadikan distribusi barang/ jasa dalam konteks ekonomi dan pendidikan
menghadapi dilema. Di satu sisi pemerintah dituntut segera membuka jalan agar
roda ekonomi dapat berputar dan dinikmati secara merata, namun di sisi lain
terdapat ganjalan-ganjalan yang menghambat roda tersebut untuk berputar.
Mahatma Gandhi yang dikagumi oleh dunia atas
anjurannya untuk sikap tanpa kekerasan dan desakan moral untuk membantu orang-orang miskin, mendukung kebijakan yang bertujuan untuk
memastikan kemerdekaan ekonomi India dari industrialisasi barat. Selain kemerdekaan
masyarakat India juga membutuhkan kesejahteraan, bagi Gandhi apalah arti
kemerdekaan tanpa kesejahteraan, baginya hal tersebut tidaklah jauh berbeda
dengan India yang masih berada di tangan
penjajah. Jauh sebelum merdeka, Gandhi telah dikenal dengan gerakan roda
pintalnya. Gandhi menganjurkan alat-alat prouksi tradisional salah
satunya dengan menggunakan alat pintal dari kayu, yang mana masing-masing keluarga harus
memiliki mesin pintal sederhana untuk memproduksi kain.dan meminta
rakyat India untuk berhenti memakai pakaian impor serta menggunakan
barang-barang impor lainnya, sebagai bentuk pemberontakan keterkaitan ekonomi
dengan kekuasaan kolonialisme. Namun hal tersebut tidaklah cukup untuk mengantarkan
masyarakat India dengan jumlah populasinya yang besar untuk keluar dari jurang
kemiskinan.
Di
tahun 1947, Perdana Menteri India Jawaharal Nehru melakukan berbagai macam
terobosan baru dalam bidang ekonomi, seperti perencanaan ekonomi serta kontrol
ekonomi versi India dengan menciptakan komisi perencanaan India selain itu
Nehru juga membuat rencana lima tahunan di tahun 1951. Pada masa
pemerintahannya Nehru melakukan pembangunan disektor pertanian dan irigasi.
Meskipun ekonomi India mendekati kestabilan dengan adanya peningkatan hasil
panen dan industrialisasi, di sisi lain juga terjadi kelaparan, pengangguran,
dan kemiskinan di India. Nehru merupakan pendukung sosialisme, Perencanaan
terpusat seperti yang dijalankan China dan Soviet menjadi sangat populer selama
pacsca perang dunia II.
Gandhi dan Nehru memiliki impian untuk membuat India
sebagai negara yang swasembada. Mereka takut bahwa investor asing akan menjadi British East India Company dan penjajah
baru. Nehru mempersulit perusahaan-perusahaan asing untuk berinvestasi di
India, begitupun sebaliknya sulit bagi perusahaan India untuk mengekspor
barang, dan amat mahal bagi India untuk mengimpor barang. Apa yang disebut
dengan rezim inward looking selalu di
gembor-gemborkan oleh PM Nehru dan penasihatnya Mahalanobis. Namun cara pandang
yang dikenal dengan Nehruvian Vison
hanyalah sebuah manifest yang membelengu India hampir selama 40 tahun hingga
1991. Gandhi dan Nehru
merupakan guru India, semenjak pasca kolonial
ajaran anti industri Mahatmagandhi dan sosialisme Jawaharlal Nehru telah
bersama-sama menyebabkan India menarik diri dari ekonomi dunia setelah India
memenangkan kemerdekaan dari Inggris 1947.
Meskipun mereka berdua telah tiada, namun filosofi dan ide-ide mereka
tetap dihormati selama puluhan tahun lamanya setelah kematian mereka. Partai
kongres yang didirikan oleh Gandhi dan Nehru, meneruskan desakan swasembada dan
mencegah India yang merdeka bergabung dengan ekonomi global. Pada awal tahun
kemerdekaan, kebijakan-kebijakan tersebut membantu berdirinya perusahaan India
dengan subur, namun lebih dari puluhan tahun, terlindungi dari tekanan luar,
menyebabkan banyak perusahaan India malas dan tidak kompetitif. Adapun gambaran
India yang saya kutip dari tulisan Simon Saragih dalam laporannya dari India yang
berjudul “Maju setelah melucuti model Nehru” adalah sebagai berikut
“Keadaan di India tak semuanya indah. Manusia
hidup di bawah norma-norma yang standar adalah warna utama India. Dari 1,3
miliar penduduk, yang punya daya beli hanya sekitar 300 juta jiwa. Setelah
China dan Benua Afrika, India adalah lokasi warga termiskin di dunia. Itulah
warisan penggunaan model ekonomi terencana, disebut juga sebagai Model Nehru,
sejak merdeka tahun 1947 dari Inggris. Selama periode itu perekonomian India
mengandalkan peran perusahaan negara, menolak peran pemodal asing. Peran swasta
domestik diikutkan, tetapi dikontrol ketat lewat regulasi pemerintah”.[5]
Pada model ini
perizinan amatlah ketat, sehingga perekonomian India sangatlah berbeda jauh
dengan negara-negara yang berada dikawasan Asia Timur. Pada dasarnya India
memiliki visi pembangunan kedepan hanya saja salah dalam strategi. Ajaran Nehru
yang meniru gaya dari sistem Soviet
dibawah Joseph Stalin serta didukung dengan semangat Mahatma Gandhi dengan
swadeshinya membuat pemerintah India merasa tidak membutuhkan barang-barang
Impor dan menutup diri dari perekonomian Internasional. Laju perekonomian India yang
lambat tersebut baru berakhir pada tahun 1980-an, pada masa pemeringahan Rajiv
Gandhi.
Di
India sendiri terdapat dua sektor ekonomi yang justru luput dari perhatian
pemerintah, yaitu industrialisasi dan dunia perfilman Bollywood, selebihnya
adalah kegiatan ekonkomi tanpa jiwa yang pada akhirnya menjerumuskan jutaan
rakyat India kedalam jurang kemiskinan dan kelaparan massal. Krisis ekonomi
yang terjadi ditahun 1991 telah membangkitkan kesadaran India dimana
perekonomian dalam negeri saat itu sangatlah kritis, negara tidak lagi memiliki
devisa yang memadai. India bangkrut total, seratus sepuluh
juta orang jatuh ke dalam kemiskinan hanya dalam waktu dua tahun sebelumnya.
Inflasi mencapai angka 17% dan memakan pendapatan rakyat kecil. Hingga 1991
pertengahan, 330 juta orang atau dua dari setiap lima orang India hidup di
bawah garis kemiskinan, keuangan pemerintah ambruk, dan India menghadapi
krisis.[6]
Namun beberapa bulan
selanjutnya tepatnya pada hari senin , 1 juli 1991 reformasi bersejarah di
India dimulai, pertumbuhan perekonomian India terus mengalami peningkatan,
yaitu pada masa pemerintahan PM P.V
Narasimha Rao dimana terjadi perubahan ekonomi yang amat signifikan. Pada
tahun1991 India memilih untuk membuka ekonominya kepada ekonomi global dan merumuskan
suatu Kebijakan Ekonomi Baru (New
Economic Policy/NEP). Dibawah kebijakan ini, NEP bertujuan untuk memajukan
pertumbuhan ekonomi dengan menghilangkan hambatan-hambatan dan
peraturan-peraturan yang membawa efisiensi dan dinamisme dalam suatu sistem
ekonomi, dalam hal ini adalah sistem ekonomi. India
membutuhkan akses untuk dapat terintegrasi dengan ekonomi internasional, maka
dari itu Pemerintah India membuat beberapa kerjasama dengan negara-negara yang
berada di kawasan Asia, salah satunya adalah dengan negara-negara yang ada di
kawasan Asia Tenggara yang dikenal dengan ASEAN.
Kerjasama antara India
dengan ASEAN sendiri telah terjalin sejak tahun 1991, yaitu dalam rangka
meningkatkan keterlibatannya di wilayah Asia Timur, sehingga di tahun selanjutnya 1992 India menjadi mitra
dialog sektoral ASEAN yang merupakan sebuah kekuatan geo-politik serta ekonomi
negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang terdiri dari sepuluh negara
anggota dan dibentuk pada bulan Agustus tahun 1967 oleh Indonesia, Singapura,
Malaysia, Filipina, dan Thailand. Diperluas dengan bergabungnya Brunai Darussalam,
Vietnam, Kamboja, Laos, serta Myanmar. Tujuan dibentuknya ASEAN sendiri adalah
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pembangunan budaya
di antara negara-negara anggotanya, dan juga untuk menjaga perdamaian serta
stabilitas kawasan, dengan menjadi forum dialog antara negara anggota untuk
membahas permasalahan melalui jalur perdamaian.[7]
Pada tahun 1992 India menjadi mitra wicara sektoral dengan ASEAN, di tahun 1995
India telah menjadi mitra dialog penuh ASEAN[8],
dan di tahun selanjutnya 1996 India telah bergabung menjadi anggota dari ASEAN Regional Forum (ARF). Seiring
dengan berjalannya waktu, kerjasama antara India dan ASEAN terus mengalami
peningkatan. Jalinan kerjasama yang kian erat ini pun ditandai dengan adanya kerjasama
pasar bebas antara ASEAN dengan India melalui ASEAN+1 atau yang biasa kita
sebut dengan ASEAN India Free Trade
Agreement (AIFTA) yang mulai dibahas pada bulan Oktober tahun 2003 saat KTT
ASEAN ke-3 di Bali, yaitu mengenai kerangka kerjasama perdagangan bebas yang berupa
barang, jasa, dan investasi dengan kemudian diikuti oleh sektor barang dan
berlaku mulai 1 Januari 2010 lalu.
Namun ASEAN-India
Free Trade Agreement sendiri baru ditandatangani pada
13 Agustus 2009 di Bangkok, yang mana negosiasi perdagangan barang dalam
perjanjian antara India dan ASEAN tersebut telah dimulai pada Maret 2004.
Negosiasi berlangsung selama enam tahun, yaitu di
sela-sela pertemuan para Menteri Ekonomi ASEAN. Adapun perjanjian ini hanya untuk sektor perdagangan barang,
karena negosiasi untuk kesepakatan sektor jasa dan investasi telah dimulai
sejak bulan Oktober 2008 dan telah selesai pada Desember 2009 lalu. FTA sendiri
efektif diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2010 dan masih sebatas dengan
negara Singapura, Malaysia dan Thailand.
Kerjasama dalam pasar bebas ini akan diikuti oleh negara anggota ASEAN di
tahun 2013. Kedepannya FTA akan menghapus tarif untuk sekitar 4000 (yang
mencakup elektronik, bahan kimia, mesin dan tekstil) dari mana tugasnya untuk
produk 3200 akan dikurangi dengan Desember 2013, sedangkan untuk 800 produk
yang tersisa akan dibawa turun ke nol atau mendekati nol tingkat pada Desember
2016.[9]
Pada tahun 2010, total nilai perdagangan
antara ASEAN dengan India mencapai 55,4 miliar dolar, naik 42 persen dari 2009.
Pencapaian itu mencakup 2,7 persen dari total pangsa perdagangan ASEAN pada
tahun yang sama. Nilai perdagangan ASEAN-India diprediksi akan menembus 70
miliar dolar AS pada tahun 2012. Begitu pula investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) dari
India ke ASEAN pada 2010 mencapai 2,6 miliar dolar, naik 221 persen dari 2009.
Angka tersebut mencakup 3,4 persen dari total FDI ke ASEAN selama 2010.[10]
India dengan jumlah 1,2
miliar jiwa penduduknya jelas merupakan pasar menjanjikan bagi ASEAN.[11] Studi oleh McKinsey
Global Institute (MGI) menyebutkan bahwa pasar India diperkirakan akan
menjadi kelima terbesar di dunia tahun 2030 dengan jumlah kelas menengahnya 50
juta jiwa yang akan meledak menjadi 583 juta di tahun 2030.[12] Sementara ASEAN sendiri merupakan pasar dengan 600
juta jiwa penduduk di mana total nilai Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 1,8
triliun dolar AS. Kombinasi dari keduanya, ASEAN-India akan menciptakan
integrasi pasar bagi 1,8 miliar orang dengan nilai PDB mencapai 3,6 triliun
dolar AS atau 5,7 persen dari total PDB dunia.
Banyak yang memprediksi
bahwa dengan terintegrasinya pasar serta arus perekonomian antara ASEAN dan
India akan menjadi sebuah kekuatan baru. Pada masa pemerintahan Manmohan Singh,
India berkomitmen untuk menyatukan infrastruktur antara India dengan
negara-negara di kawasan ASEAN, yaitu melalui ASEAN Infrastructure Fund (AIF) yang baru saja dibentuk. Bagi India
sendiri, ASEAN merupakan mitra dagangnya terbesar keempat setelah Amerika Serikat,
Uni Eropa, dan China.[13] Sedangkan bagi ASEAN sendiri India merupakan
mitra dagang ketujuh terbesar. Dari sisi investasi, FDI dari India ke ASEAN
pada tahun 2008 mencatat nilai USD 476,8 juta.[14]
Dalam melihat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di ASEAN, India hadir sebagai kekuatan ekonomi
baru bagi negara-negara anggota ASEAN. seperti halnya ASEAN India ingin tidak
lagi bergantung dengan mitra dagangnya yang lama. Hal serupa juga diinginkan
India kepada ASEAN. Meskipun tingkat liberalisasi perdagangan
barang dalam AIFTA tidak setinggi liberalisasi perdagangan barang yang dicapai
antara ASEAN dengan mitra FTA lainnya. Namun
kedua pihak sepakat untuk meningkatkan komitmen liberalisasi melalui
proses “review” setelah perjanjian diimplementasikan.
Yang menarik dalam penelitian ini adalah, penulis berusaha memberikan
gambaran dalam batasan, bagaimana kebijakan liberalisasi ekonomi dan look east policy India menjadi faktor
pendorong lahirnya ASEAN-India Free Trade
Agreement (AIFTA) di tahun 2009. Maka dalam bab-bab selanjutnya akan
dibahas tentang sejarah kerjasma India-ASEAN, hingga pengaruh liberalisasi dan look east policy India terhadap
terbentuknya kerjasama tersebut.
[1] Dalam “Provisional
Population Totals : India : Census 2011”. Diakses melalui http://censusindia.gov.in/2011-prov-results/indiaatglance.html.
Diakses pada tanggal 15 Nopember 2013.
[2] Ibid.
[3] Dalam “Iptek
Mendongkrak Ekonomi India”. Diakses melalui http://herivirpat.multiply.com/journal/item/ Diakses tanggal 29 Januari 2013.
[4] Suqma, Taufan. Dalam “Roda Pintal Dan Konsep Perjuangan Gandhi (Sebuah Telaah Filsafat Politik)”.Diakses melalui
http://jurnalmahasiswa.filsafat.ugm.ac.id/cin-7.htm.. Diakses tanggal 29
Januari 2013.
[5] Saragih, Simon.
Dalam Laporan dari India. “Maju setelah melucuti model Nehru” Diakses melalui http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/message/8382. oleh Simon saragih. Diakses tanggal 29 januari 2013.
[6] Meredith, Robyn,
Dalam “Menjadi Raksasa Dunia, Fenomena kebangkitan
India dan China yang Luar Biasa dan Pengaruhnya terhadap kita”.Nuansa
Press, Bandung 2008. Hal: 34-35.
[8] Dalam “India- ASEAN Bahas Peta Kerjasama Masa
Depan”. Diakses melalui http://www.tempo.co/read/news/2012/12/20/118449349/India-ASEAN-Bahas-Peta-Kerja-Sama-Masa-Depan. Pada tanggal 10 Februari 2013.
[10] Dalam “India Kini
Menjadi Magnet Bagi ASEAN”. Diakses melalui http://www.antaratv.com/berita
india-kini-menjadi-magnet-bagi-asean
diakses pada tanggl 16 Mei 2012
[11] Dalam “ Babak Baru
Kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN-India”. Diakses melalui http://www.bisnis-kepri.com/index.php/2012/12/babak-baru-kerjasama-perdagangan-bebas-asean-india/ diakses pada
tanggal 10 Februari 2012.
[12] Dalam “ The Great
Sharing”. Diakses melalui http://financialpress.com.
the-great-sharing. di akses pada atnggal 16 Mei 2012.
[13] Dalam “ASEAN-India
MOU Perdagangan Bebas” Diakses melalui http://dunia.vivanews.com/news/read/82724-asean_india_mou_perdagangan_bebas diakses pada tanggal 16 Mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar