Oleh: Haryo Prasodjo
A. Latar Belakang Sejarah Hubungan
India-Pakistan
India
dan Pakistan merupakan negara yang merdeka di tahun 1947, yaitu setelah Inggris
meninggalkan kawasan tersebut. Secara geografis, kedua negara yang berada di
kawasan Asia Selatan negara ini merupakan negara tetangga yang saling
berdekatan dan berbatasan. Negara India memiliki keadaan ekonomi yang jauh
lebih baik dengan mayoritas penduduknya yang beragama Hindu. Sebaliknya, Pakistan memiliki keadaan ekonomi
yang berada di bawah India dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Namun
sesuai dengan partisi 562, terdapat satu wilayah yang menjadi kawasan abu-abu.
Kawasan tersebut berada di wilayah Jammu dan Khasmir, yang mana wilayah diberikan
kebebeasan untuk memilih negara mana yang akan diikuti. Pilihan tersebut,
biasanya didasari atas banyaknya agama mayoritas di negara bagian tersebut.
Setidaknya tiga perempat dari penduduk yang tinggal di wilayah tersebut
merupakan masyarakat muslim, dan sebagian lainnya merupakan masyarakat yang
beragama Hindu. Perselisihan terjadi setelah Pakistan mengklaim bahwa Khasmir
yang berpenduduk 70% merupakan muslim adalah bagian dari Pakistan. Sedangkan
bagi India, setelah Khasmir memiliki raja yang beragamakan Hindu, maka wilayah
tersebut berhak untuk ikut masuk ke dalam wilayah teritorial India.[1]
Pada
tanggal 22 Oktober 1947, India mengirimkan pasukannya ke wilayah Khasmir.
Sebagai wilayah yang dipersengketakan, tentu hal tersebut menuai respon dari
Pakistan yang juga direspon dengan turut mengirimkan pasukannya ke wilayah Khasmir.
Pada tanggal 31 Desember 1947, India meminta PBB untuk ikut melakukan campur
tangan dalam masalaha tersebut.[2]
Untuk meredam konflik antara kedua negara tersebut, pada bulan Januari tahun
1948. PBB mendirikan sebuah komisi yang dinamakan United Nation Commision for India and Pakistan (UNCIP) untuk
menyelidiki perselisihan dan menjadi mediator dalam perselisihan yang terjadi
antara India dan Pakistan. Pada bulan April 1948, Dewan Keamanan PBB memperbesar
jangkauan keanggotaan komisi tersebut, untuk mempercepat rekomendasi yang
terkait dengan langkah-langkah perdamaian. Selain itu, tujuan dibentuknya
komisi tersebut juga sebagai komisi yang berperan untuk memonitoring kawasan
yang dipersengketakan.[3]
Beberapa
perjanjian dan referendum disepakati baik oleh India maupun oleh Pakistan.
Ditahun 1965 perang kedua negara antara India dan Pakistan kembali terjadi,
setelah bentrokan antara petugas patroli perbatasan di negara bagian Rann of
Kutch, India. Hal tersebut juga diperparah dengan menyebrangnya pasukan
Pakistan sebanyak 33.000 orang dengan menggunakan pakaian seperti layaknya
penduduk Khasmir. Hal tersebut di respon oleh pihak India denga mengirimkan
pasukan bersenjata dan sebanyak 600 tank ke wilayah perbatasan. Namun pada
bulan September di tahun tersebut genjatan senjata dilakukan setelah adanya
mandat dari PBB untuk menghentikan perang. Namun perang kembali pecah di tahun
1971, setelah pasukan Pakistan menjatuhkan bom di lapangan terbang wilayah
barat laut India. Peperangan terjadi selama 13 hari dengan kekalahan di pihak
Pakistan, dimana lebih dari 90.000 pasukannya menjadi tawanan perang. Pada
tanggal 6 Desember di tahun yang sama, Pakistan Timur resmi lepas dari Pakistan
Barat dan berdiri menjadi negara yang merdeka dengan nama Bangladesh.[4]
Pada
tahun 1972, Pakistan yang di wakili oleh PM Zulfiqor Ali Bhutto dan India yang
diwakili oleh PM Indhira Gandhi bertemu di Simla dan bersepakat untuk
mengakhiri berbagai macam konfrontasi dan mengantikannya dengan hubungan yang
kerjasama ekonomi yang lebih harmonis. Perjanjian Simla pada tanggal 17
Desember 1972, merupakan perjanjian Line
of Control, dimana kedua negara
harus saling menghormati tanpa mengurngi posisinya pada batas yang sudah disepakati oleh kedua pihak.[5]
Namun di tahun 1974 pemerintah negara bagian Khasmir mengumumkan bahwa menurut
konstituen, Khasmir merupakan bagian dari wilayah India dan keputusan tersebut
di tolak oleh Pakistan.. Hubungan antara India dan Pakistan pada rentang waktu
1989-1996 lebih diwarnai dengan gerakan-gerakan sparatis di wilayah perbatasan.
Di tahun 1999, untuk pertama kalinya India dan Paksitan menandatangai sebuah
kesepakatan bersama, untuk menegaskan kembali komitmen bersama kedua negara
dalam Simla Accord dan melakukan sejumlah langkah-langkah apa yang dinamakan
dengan Confidence Building Measure
(CBM). Perjanjian tersebut dihadiri oleh perdana menteri masing-masing negara,
yang mana India saat itu diwakilkan oleh PM Atal Bihari Vajpayee dan Pakistan
diwakili oleh Nawaz Syarif.[6]
Masih
pada tahun yang sama, terjadi kudeta militer di Paksitan yang dilakuka oleh
Jendral Pervez Musharraf. Selain itu ketegangan juga teradi akibat adanya uji coba
nuklir pada saat terjadi perang Kargil. Di tahun 2001, kedua negara mengadakan
pertamuan untuk membicarakan ketegangan yang terjadi di wilayah line of control. Pertemuan yang
berlangsung selama dua malam tersebut tidak menghasilkan kesepakan apa-apa dan
menemui jalan buntu. Namun kebuntuah tersebut menemui jalan terang di tahun
2002 setelah adanya mediasi yang dilakukan oleh dunia internasional. Pada tahun
2003, Presiden Pakistan Pervez Musharraf menyetujui diakhirinya ketegangan dan
gencatan senjata di wilayah line of
control wilayah Khasmir. Untuk pertama kalinya pula di tahun 2004 diadakan
sebuah pertemuan bilateral dalam agenda dialog composite yang menghadirkan
berbagai tingkatan pejabat tinggi pada pemerintahan kedua negara. Pada bulan
Nopember, PM baru India Manmohanh Singh menyatakan akan mengurangi jumlah
pasukan India yang ada di wilayah Khasmir. Dan pada tahun 2006 sekitar 5000
pasukan ditarik kembali ke India.
Hingga
tahun 2014 ini, hubungan bilateral kedua negara terus mengalami pasang surut
hubungan diplomatik. Meskipun sudah ada sebuah kerangka kerjasama dalam hal
perdagangan barang dan jasa antara kedua negara, hal tersebut bukan berarti
menurunkan ketegangan dalam hal pertahanan militer kedua negara. Sikap India
yang terus mengambil sikap keras terhadap Pakistan juga menjadi sebuah dilema
saat sebuah perjanjian kerjasama dilakukan oleh kedua negara.Perang yang teradi
dari tahun 1947, 1965, dan 1971 tidak sedikitpun mengubah status wilayah yang
dipersengketakan.
Seperti
halnya banyak dari koloni negara Eropa lainnya, yang berjuang mendamaikan
masalah perbatasan modern dengan identitas kuno. Kepentingan kedua negara
tersebut dapat dilihat dari bagaimana sikap India dan Pakistan untuk sama-sama
mempetahankan wilayah yang disengketakan di wilayah Jammu Khasmir. Meskipun
berbagaimacam mediasi dan resolusi konflik yang dilakukan oleh lembaga
internasional yang dala hal ini dewan keamanan PBB. Namun sepertinya berbagai
macam perjanjian tersebut tidak begitu memiliki posisi yang kuat untuk
mendamaikan ketegangan kedua negara tersebut.
B. Pendekatan Diplomasi Terbuka Dalam
Hubungan India-Pakistan
Perjnjian damai
yang dicapai secara terbuka tidak boleh diikuti dengan adanya pengertian
internasional secara sendiri dalam bentuk apapun. Diplomasi harus berlangsung
secara terbuka dan diketahui secara umum. Dalam hal ini, setidaknya terdapat
tiga gagasan yang terkandung dalam diplomasi terbuka. Pertama dalam diplomasi
tidak boleh ada perjanjian rahasia. Kedua, negosiasi dalam diplomasi harus
dilakukan secara terbuka. Ketiga, apa bila sebuah perjanjian sudah dicapai maka
tidak diperbolehkan adanya usaha di belakang layar untuk mengbah ketepatan dari
perjanjian secara rahasia.[7]
Dalam memahami
diplomasi terbuka, sebuah deklarasi langsung dan terus terang merupakan sebuah
metode yang harus digunakan oleh sebuah negara. Adapun beberapa faktor yang
mendorong lahirnya diplomasi terbuka ini adalah, kebangkitan Rusia di tahun
1990 an, munculny aAmerika Serikat sebagai kekuatan tunggal pada politik dunia,
kebangkitan Asia secara bertahap dan masuknya negara-negara tersebut dalam
pergaulan internasional. Selain itu, adanya transisi dari diplomasi lama ke
diplomasi terbuka jgua dikarenakan adanya kebangkitan pendapat umum yang
memiliki lebih kuat dari pada kekuatan militer. Terakhir adalah adanya
perkembangan sistem komunikasi yang membantu dalam perkebangan diplomasi
terbuka.[8]
Perubahan
penting yang ditimbulkan dari diplomasi ini adalah adanya dukungan terhadap
tujuan praktek diplomatik terbuka yang mengantikan diplomasi rahasia
sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat dalam proses diplomasi yang terjadi dalam
konflik India-Pakistan. Diplomasi yang terjadi sektiar era 90 an hingga tahun
2000 an tersebut lebih cenderung pada diplomasi terbuka, yang mana segala macam
bentuk diplomasi dan kerjasama dapat diketahui pleh publik secara umum. Dalam dunia yang terdiri dari sistem
kenegaraan yang berbeda-beda dan cenderung kompetitif, untuk memajukan
kepentingan nasionalnya dan bertahan dalam persaingan, tidak sedikit negara
yang bersaing satu dengan lainnya. Hingga saat ini, persaingan terus
berlangsung antara negara-negara dalam mengejar tujuannya. Situasi perlombaan
senjata antara dua negara besar di kawasan Asia Selatan akan berdampak pada
instabilitas keamanan kawasan yang juga berdampak pada berbagai aspek lini
hubungan internasionalnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial.
Hal ini tentu lebih menimbulkan efek negatif dibanding dengan aspek positifnya,
baik bagi India maupun Pakistan. Stabilitas kawasan tentu lebih membawa
keuntungan bagi kedua negara, khususnya dalam bidang politik dan ekonomi.
Stabilitas yang ada dalam politik dan ekonomi, pad aakhirnya akan berdampak pad
akehidupan sosialnya. Untuk mencapai kondisi tersebut, maka kedua negara harus
terlebih dahulu melakukan sebuah agenda besar apa yang dikenal dalam hubungan
internasilan sebagai diplomasi.
Diplomasi
dalam hubungannya dengan politik internasional adalah sebuah seni yang
mengendepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain.
Diplomasi biasanya didefinisikan sebagai praktek pelaksanaan politik luar
negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan negara lain. Berbagai macam
tindakan diplomatik diambil untuk mengendepankan kepentingan negara dan menjaga
serta memajukan kepentingan nasional sejauh mungkin dapat dilaksanakan dengan
cara damai. Pemeliharaan perdamaian tanpa merusak kepentingan nasional adalah
tujuan utama dari diplomasi. Sedangkan tujuan dari diplomasi itu sendiri adalah
untuk menjamin keuntungan maksimum negara yang mana, kepentingan utamanya adalah
menjaga dan memelihara perdamaian.
Cara
untuk mencapai tujuan tersebut melalui diplomasi terbuka adalah dengan
memperkuat hubungan dengan negara tetangga untuk menetralisir hubungan yang
kurang baik melalui berbagai macam cara dan aktor yang terlibat. Hubungan
bilateral yang baik dapat dibina melalui proses negosiasi yang bersahabat. Hal
tersebut tidak terlepas dari tujuan pokok diplomasi tersebut, yaitu untuk
mencegah negara-negara lain ikut campur dalam sebuah masalah yang sedang
berlangsung.Sarana diplomasi digunakan sebagai bentuk perlindungan dalam upaya
menghindari kerugian dari kepentingan nasional. Tujuan politik suatu negara
harus seimbang dengan sumberdaya dan power yang dimilikinya.
Keefektifan
diplomasi yang dilakukan oleh India dan Pakistan bergantung pada sejauh mana
kekuatan yang dimiliki oleh kedua negara tersebut dapat membendung kepentingan
sesaat yang merugikan salah satu pihak, kekuatan yang utama adalah kekuatan
politik yang diiliki oleh negara. Perhitungan angka kekuatan yang dimiliki,
baik oleh India maupun oleh Paksitan merupakan sebuah keputusan penting untuk
mencegah terjadinya kerugian yang ditimbiulkan jika konflik serta hubungan yang
krang harmonis tersebut terus berlanjut diantara kedua negara tersebut. Berbagai
tujuan politik sebagai dasar dari upaya diplomatik yang telah dilakukan oleh
India dan Pakistan merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan kedua negara
secara damai. Sebagai mana salah satu fungsi dari diplomasi adalah untuk
mendamaikan beragamnya kepentingan atau paling tidak membuatnya saling
berkesusaian. Secara luas, salah satu fungsi utama dalam diplomasi adalah
negosiasi. Hal ini dapat digunakan utuk melihat bagaimana kepentingan nasional
dalam bentk konflik yang terjadi antara India dan Pakistan dapat diredam
melalui negosiasi. Perbedaan-perbedaan persepsi yang ada dikedua pihak dapat
diselesaikan dengan melalui negosiasi. Negosiasi yang sukses adalah negosiasi yang
dapat menyelesaikan perbedaan persepsi dan menjamin kepentingan masing-masing
pihak melalui adanya rasa saling percaya. Keberhasilan dari diplomasi antara
India-Pakistan untuk meredam konflik terus berlanjut adalah ketepatan kedua
negara dalam menempatkan penekanan yang benar pada setiap keadaan tertentu
melalui instrumen diplomasi. Sehingga, kedua negara terus dituntut untuk dapat
melakukan negosiasi perdamaian dan membangun sebuah rasa saling percaya.
Karena
partisi di tahun 1947, India dan Pakistan saling berperang satu dengan yang
lainnya. Dalam perjalanananya setidaknya sudah tiga kali perang terjadi antara
India dan Paksitan, yang terbaru adalah Perang Kargil tahun 1999. Meskipun
banyak upaya resolusi konflik dilakukan, baik melalui jalur bilateral
multilateral, namn hal tersebut belum juga menemukan titik terang bagi masalah
kedua negara sampai akhirnya era diplomasi terbuka datang. Setidaknya saat ini
hubungan India dan Pakistan jauh lebih damai dimana kedua belah pihak berhasil
melakukan kerjasama non sekuritas seperti pada masalah tanggap bencana dan
energi. Baru-baru ini India memberikan bantuan kepada Pakistan saat terjadi
gempa di Pakistan tahun 2010. Dalam bidang penanggulangan bencana, kedua negara
bekerjasmaa dalam berbagi informasi terkait dengan aliran sungai yang melintas
di kedua negara dengan membahas proposal terkait dengna pembentukan satuan
sistem peringatan banjir. Selain itu, dalam bidang energi, India dan Pakistan
bekerjasama serta menandatangani sebuah perjanjian pembagian gas alam.
C. Tujuan Diplomasi Dalam Hubungan
India-Pakistan
I.
Tujuan Politik
Diplomasi
terbuka merupakan sebuah alat yang digunakan oleh pemerintah kedua negara untuk
meredam konflik serta mengharmonisasikan situasi ataupun keadaan yang kurang
baik antara kedua negara. Dengan adanya situasi keamanan yang stabil, akan
memberikan dampak yang baik dalam pembentukan kebijakan kedua negara baik dalam
masalah domestik maupun urusan dalam negerinya. Setidaknya dengan adanya
stabilitas kawasan, kedua negara dapat lebih saling menghargai dan bekerjasama
baik dalam forum-forum regional maupun dalam forum internasional. Hal tersebut
akan mendorong kedua negara menuju keseimbangan yang lebih kooperatif. Hubungan
bilateral antara India dan Pakistan yang damai, tidak hanya berdampak pada
politik dalam negeri kedua negara tersebut. Lebih jauh lagi, perdamaian dua
negara besar di Asia Selatan tersebut dapat memberikan iklim keamanan hingga
pada kawasan regional di Asia Selatan. Menginggat, ketegangan kawasan tersebut
sering kali terjadi akibat memanasnya hubungan India dengan Pakistan.
II. Tujuan Ekonomi
Pertimbangan
masalah stabilitas ekonomi tidak kalah pentingnya dalam sebuah diplomasi suatu
negara. Sebuah negara cendrung memilih dan berusaha untuk mengamankan kepentingan
ekonominya dengan cara menghilangkan ataupun meredam konflik yang ada.
Diplomasi sebagai bentuk melindungi tujuan komersial kepentingan suatu negara
telah lama memiliki landasanyang kuat. Perdagangan dan keuangan juga menjadi
sebuah alasan mengapa India dan Pakistan harus dapat meredam perlombaan senjata
nuklir dan konflik perbatasan. Proses produksi barang dan jasa, serta dinamika
ekonomi suatu negara harus diiringi dengan stabilitas keamanan dan stabilitas
kawasan.
Kedua
hal inilah yang mendesak baik India maupun Pakistan untuk dapat hidup sebagai
negara tetangga yang berdampingan. Baik India maupun Pakistan, lebih cenderung
memilih untuk menggunakan metode-metode diplomatik untuk memperoleh keuntungan
yang lebih besar. Kemajuan dalam bidang tekhnologi informasi dan tekhnologi
transportasi, menjadikan keterkaitan antar negara memberikan peluang bagi India
dan Paksitan untuk dapat memperoleh keuntungan dari kerasama perdagangan
internasional. Baik India maupun Pakistan, kedua kubu tersebut berusaha untuk
saling menawarkan berbagai bentuk kerjasama yang lebih baik.Selain itu, dengan
adanya situasi keamana yang kondusif, maka para pengusaha baik yang ada di
India maupun Pakistan dapat lebih tertarik untuk melakukan kerjasama dalam
hal-hal yang sifatnya low politic, seperti investasi bisnis dan perdagangan.
Dengan
adanya kerjasama pada hal yang terkait dengan low politic, diharapkan akan
mendorong kerjasama yang lebih luas lagi antara India dan Pakistan. Hal ini
memungkinkan adanya harapan di masa yang akan datang mengenai hubungan kedua
negara yang akan semakin terintegrasi dan semakin kooperatif.[9] Kedua
pemerintah negara memandang, bahwa hubungan perdagangan merupakan sebuah
langkah yang dapat dijadikan sebagai batu loncatan untuk dapat membicarakan
isu-isu yang lebih besar.
III. Tujuan Sosial
India
dan Pakistan merupakan dua negara bekas peninggalan penjajahan Inggris. Dari
segi ras, suku, agama, dan budaya, kedua negara tersebut memiliki kemiripan
satu dengan lainnya. India merupakan negara dengna mayoritas penduduknya yang
memeluk agama Hindu, sedangkan Pakistan merupakan negara dengan mayoritas penduduknya
yang memeluk Islam. Meskipun demikian, saat perang melanda kedua negara
tersebut, tidak sedikit warga negara India dan Paksitan yang terpisah dengan
keluarganya. Baik menjadi tawanan perang ataupun berpindah kewarga negaraan.
Dengan
adanya diplomasi antara kedua negara tersebut, diharapkan dapat membangun
kembali hubungan bilateral yang harmonis. Mengingat baik India maupun Pakistan
merupakan dua negara besar yang memiliki pengaruh di kawasan Asia Selatan.
Perang serta perlombaan senjata yang telah berlangsung lama telah menjadikan
hubungan serta interaksi masyarak at kedua negara khususnya yang berada di
perbatasan menjadi sulit. Bahkan tidak jarang sering terjadi gerakan-gerakan
sparatisme yang berusaha melepaskan diri baik dari India maupun dari Pakistan. Selain
itu, keharmonisan hubungan kedua negara juga dapat terus berlanjut dan meningkat
seiring dengan adanya people to people
contact. Melalui diplomasi ini, trust
building tidak hanya mengandalkan jalur resmi pemerintah serta aspek
politik dan ekonomi saja yang lebih cenderung pada top down. Dimensi sosial juga dapat berperan aktif dalam membantu
menjaga perdamaian, sehingga terdapat dua arah dalam pembangunan kepercayaan
yaitu juga melalui alur buttom up.
Tantangan Diplomasi India-Pakistan
I.
Persepsi
Masyarakat Pakistan Terhadap India
Sentimen
perbedaan kenegaraan serta konflik yang berkepanjangan menjadikan sebuah
tantangan terbesar dalam diplomasi India dan Pakistan. Pembentukan persepsi
bagi masyarakat yang ada di kedua negara menjadi tantangan tersendiri. India
yang digambarkan oleh Pakistan sebagai ancaman eksistensial bagi Pakistan.
Pembentukan persepsi tersebut bahkan merambah hingga kurikulum pendidikan di
Pakistan, yang mengambarkan India sebagai negara yang pantas untuk dimusuhi
oleh Pakistan. Bahkan persepsi yang terbentuk pada pasukan Paksitan mengenai
India adalah, India merupakan musuh eksistensial bagi negara Pakistan.
II. Klaim Wilayah Jammu-Khasmir
Perebutan
pengaruh, serta sengketa wilayah antara India dan Pakistan di Jammu Khasmir
seolah telah menjadikan kedua negara tersebut sebagai musuh abadi. Bagi India,
khasmir merupakan negara yang memiliki klaim hukum atas wilayah tersebut.
Mempertahankan Khasmir merupakan sebuah klaim kuat bagi India untuk
mempertahankan identitasnya sebagai negara demokrasi sekuler. Jika India
kehilangan Khasmir, maka hal tersebut akan mendorong gerakan-gerakan sparatis
di seluruh pelosok negeri. Sedangkan bagi alasan yang digunakan Paksitan untuk
memperebutkan Khasmir merupakan wilayah dengan mayoritas penduduknya beragama
Islam. Sebagai negara dengan penduduknya yang mayoritas muslim, Pakistan merasa
bahwa lebih memiliki kedekatan secara budaya dan sosial dengan masyarakat
Khasmir pada umumnya.
Situasi
serta keadaan saling klaim atas wilayah tersebut sering kali membawa kedua
negara pada posisi perang terbuka. Konflik perebutan wilayah abu-abu seperti
ini tentu akan menjadi sebuah tantangan besar bagi pemerintah kedua negara
dalam mengimplementasikan diplomasi terbuka, khsusnya dalam membentuk
opini-opini masyarakat kedua negara yang telah lama berkembang mengenai wilayah
tersebut. Diplomasi serta proses negosiasi akan menjadi sulit, saat sebuah
konflik yang berlarut-larut masih dibiarkan tanpa adanya jalan temu antara
kedua negara.
III. Terorisme dan
Sparatisme
Selain
masalah klaim wilayah dan juga opini masyarakat kedua negara, masalah yang
tidak kalah pentingnya adalah masalah terorisme. Dalam beberapa tahun terakhir,
isu mengenai terorisme sering kali mewarnai hubungan kedua negara. Masalah yang
ditimbulkan dari terorisme adalah, munculnya rasa saling curiga antara kedua
negara. Berbagai macam aksi terorisme sering kali membuat hubungan kedua negara
kembali meregang. Tantangan terbesare bagi sebuah diplomasi adalah, memunculkan
rasa saling percaya antara kedua negara. India yang selalu merasakan adanya
ancaman yang datang dari aksi-aksi teror oleh sekawanan kelompok sparatis dari
ekstrimis pendukung gerakan Islam. Menuduh bahwa gerakan dan aksi-aksi teror
tersebut mendapat bantuan intelejen dari Paksitan.
Disisi
lain, Pakistan sebagai pihak yang dituduh India, berusaha keras untuk
meyakinkan India dengan tidak adanya keterlibatan negara dalam aksi-aksi teror
tersebut. Bagaimanapun baik India maupun Pakistan, sebagai sebuah negara,
keduanya sama-sama memiliki keinginan untuk dapat memberikan pengaruhnya baik
di kawasan, maupun secara global. Hingga saat ini, Pemerintah India terus
memfokuskan pada pemberantasan terorisme yang berbasis di Pakistan. India
menyimpulkan bahwa masalah keamanan India muncul dari adanya dukungan militansi
dan juga terorisme lintas batas[10]
IV. Kuatnya Peran
Militer di Pakistan
Militer
Pakistan merupakan lembaga yang paling kuat dan memiliki perang yang cukup
signifikan dalam menjalankan roda pemerintahan di negara tersebut. Kekuatan tersebut
semakin tertarik mendekatkan diri ke India melalui jalur selain perdagangan dan
ekonomi. Akibatnya, selama tidak ada partisi ataupun kerjasama dalam upaya
perdamaian kedua negara, militer Pakistan akan terus menyatakan bahwa India
sebagai ancaman eksistensial bagi Pakistan di masa yang akan datang. Sehingga,
militer Pakistan dapat membenarkan akan segela bentuk upaya dan pergerakan
peran militer selalu tetap aktif di seluruh wilayah negara tersebut[11].
Penutup
Konflik
dan instabilitas keamanan di kawasan Asia Selatan dapat mendorong negara
seperti India dan Pakistan untuk kembali mengkalkulasikan dampak kerugian yang
diakibatkan jika terjadinya konflik. Kedua negara kembali dituntut untuk
mengambil sebuah kebijakan rasional yang dapat memberikan keuntungan baik
keluar maupun kedalam. Kondisi yang demikian, mendorong kedua negara untuk
kembali melakukan negosiasi dan diplomasi serta saling berusaha untuk
menumbuhkan mutual respect dan mutual trust dikedua belah pihak. Dalam
kajian di atas, dapat dilihat bahwa dalam hubungan internasional, diplomasi
memiliki peran yang besar untuk mencegah terjadinya perang. Dengan penerapan
metode diplomasi terbuka seperti negosiasi, persuasif, sharing, dan sebagainya.
Memungkinkan jalan diplomasi dapat meredam kemungkinan-kemungkinan munculnya
kekuatan yang bergejolak untuk saling menjatuhkan di antara India dan Paksitan.
Jalur
diplomasi menuntut India dan Pakistan untuk kembali mengatur dan mengkaji
keibjakan-kebijakan luar negeri dan hubungan bilateralnya. Hingga saat ini,
hubungan bilateral kedua negara terus mengalami pasang surut hubungan
diplomatik. Meskipun sudah ada sebuah kerangka kerjasama dalam hal perdagangan
barang dan jasa antara kedua negara, hal tersebut bukan berarti menurunkan
ketegangan dalam hal pertahanan militer kedua negara. Sikap India yang terus
mengambil sikap keras terhadap Pakistan juga menjadi sebuah dilema saat sebuah
perjanjian kerjasama dilakukan oleh kedua negara.Hingga saat ini, hubungan
diplomatik dan juga konflik selalu menjadi dinamika yang mewarnai hubungan
India-Pakistan. Setidaknya, telah ada banyak upaya yang selalu dilakukan baik
oleh kedua negara maupun oleh pihak ketiga seperti PBB dalam meredam konflik
antara India dan Pakistan.
Daftar Pustaka
Roy,
S.L. “Diplomasi”, CV Rajawali Press, Jakarta Utara 1991.
Dalam “India-Pakistan Relation: A 50 Year History”.
Diakses melalui http://asiasociety.org/asia/india-pakistan-relations-50-year-history. Pada tanggal
25 Desember 2014.
Dalam “Operation United Nations Commission for India and Pakistan”. Diakses melalui http://www.cmp-cpm.forces.gc.ca/dhh-dhp/od-bdo/di-ri-eng.asp?IntlOpId=263&CdnOpId=311. Pada tanggal 25 Desember 2014.
Dalam “United Nation Military Observer Group in
India and Pakistan”. Diakses melalui http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmogip/background.shtml. Pada tanggal
25 Desember 2014.
Paracha,
Nadeem F. Dalam “Indo-Pakistan Relations
Saazih and Saalan”. Diakses melalui http://www.dawn.com/news/1091934.
Diperbarui 9 Maret 2014. Diakses Pada tanggal 25 Desember
2014.
Dalam “Kargil, LoC and the Simla Agreement”.
Indo-Pak-Articles. #210, 23 june 1999. Diakses melalui http://www.ipcs.org/article/indo-pak/kargil-loc-and-the-simla-agreement-210.html. Pada tanggal
25 Desember 2014.
Dalam “Cinfidence-Building And Nuclear
Risk-Reduction Measure In South Asia”. Diakses melalui http://www.stimson.org/research-pages/confidence-building-measures-in-south-asia-/. Pada tanggal
25 Desember 2014.
Olmstead, Jordan. “India-Pakistan
Relations: A Destructive EquilibriumIs
there a way to avert the constant derailing of bilateral relations”. Diakses melalui http://thediplomat.com/2014/11/india-pakistan-relations-a-destructive-equilibrium/. Pada tanggal
27 Desember 2014.
Chari, PR. Dalam “India-Pakistan
Relations: Modi’s Options”. Diakses melalui http://www.ipcs.org/article/indo-pak/india-pakistan-relations-modis-options-4444.html. Pada tanggal 27 Desember 2014.
Berland, Allison & Michael Kugelmen.
Dalam “The SOUTH
ASIA CHANNEL Is There Any Hope for India-Pakistan Relations?” 2 September
2014. Diakses melalui http://foreignpolicy.com/2014/09/02/is-there-any-hope-for-india-pakistan-relations/.
Pada tanggal 27 Desember 2014.
[1] Dalam “India-Pakistan Relation: A 50 Year History”. Diakses melalui http://asiasociety.org/asia/india-pakistan-relations-50-year-history. Pada tanggal 25 Desember 2014.
[2] Dalam “Operation United Nations Commission for India and Pakistan”. Diakses melalui http://www.cmp-cpm.forces.gc.ca/dhh-dhp/od-bdo/di-ri-eng.asp?IntlOpId=263&CdnOpId=311. Pada tanggal 25 Desember 2014.
[3]Dalam “United Nation Military Observer Group in India and Pakistan”.
Diakses melalui http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmogip/background.shtml. Pada tanggal 25 Desember 2014.
[4]Paracha,
Nadeem F. Dalam “Indo-Pakistan Relations
Saazih and Saalan”. Diakses melalui http://www.dawn.com/news/1091934.
Diperbarui 9 Maret 2014. Diakses Pada tanggal 25 Desember
2014.
[5] Dalam “Kargil, LoC and the Simla Agreement”. Indo-Pak-Articles. #210, 23
june 1999. Diakses melalui http://www.ipcs.org/article/indo-pak/kargil-loc-and-the-simla-agreement-210.html. Pada tanggal 25 Desember 2014.
[6] Dalam “Cinfidence-Building And Nuclear Risk-Reduction Measure In South Asia”.
Diakses melalui http://www.stimson.org/research-pages/confidence-building-measures-in-south-asia-/. Pada tanggal 25 Desember 2014.
[7] Roy,
S.L. “Diplomasi”.Rajawali Press,
Jakarta Hal 79.
[8] Ibid hal
82.
[9] Olmstead,
Jordan.
“India-Pakistan
Relations: A Destructive EquilibriumIs
there a way to avert the constant derailing of bilateral relations”. Diakses melalui http://thediplomat.com/2014/11/india-pakistan-relations-a-destructive-equilibrium/. Pada tanggal
27 Desember 2014.
[10]
Chari, PR. Dalam “India-Pakistan
Relations: Modi’s Options”. Diakses melalui http://www.ipcs.org/article/indo-pak/india-pakistan-relations-modis-options-4444.html. Pada tanggal 27 Desember 2014.
[11]
Berland, Allison & Michael Kugelmen. Dalam “The SOUTH
ASIA CHANNEL Is There Any Hope for India-Pakistan Relations?” 2 September
2014. Diakses melalui http://foreignpolicy.com/2014/09/02/is-there-any-hope-for-india-pakistan-relations/.
Pada tanggal 27 Desember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar