Oleh: Haryo Prasodjo (haryoprasodjo@ymail.com/ IG:
@kanjengharyo)
Friedrich Hegerl merupakan tokoh produk
dari idealisme Jerman yang berkembang saat itu. Dimana Hegel mengungkapkan
bahwa kehendak individu/ masyarakat diungkapkan secara totalitas oleh individu
tersebut dalam bentuk kehendak negara. Menurut Hegel, kesadaran dan moral yang
ada di dalam sebuah negara berasal dari keinginan individu secara kolektif.
Pendekatan yang digunakan Hegel dalam filsafatnya menggunakan logika dialektika
‘roh’. Adapun komponen penting dalam sebuah negara menurut Hobbes adalah
masyarakat sipil dan keluarga.
Life and Times
Hegel sendiri lahir di Wurtemberg
(Southern, Germany) pada tahun 1770. Pada tahun 1793, mendapat gelar Doctor
of Philosophy (Ph.D.) dari University of
Tubingon. Dan pada tahun
1801 menjadi dosen di Jena University. Tahun selanjutnya, pada 1816,
Hegel menjadi profesor filsafat di Universitas Heidelberg. Pada tahun 1818,
Hegel diangkat menjadi profesor filsafat di Berlin, Jerman. Beberapa major work, dari Hegel adalah Phenomenology
of Mind (ditulis pada tahun 1807), kedua, Science of Logic (1811-12).
Ketiga, Encylopedia of the Philosophical Science (Heidelberg). Keempat, Pholosophy
of Right (political theory). Kelima, Philosophy of History (published by his son)
Spiritual Ancestry
Dalam pendekatan filsafatnya,
Hegel meminjam dan menggunakan dialektika Socrates dan teologi dari
Aristoteles. Teleologi sendiri adalah sebuah teori pengetahuan yang mengacu
pada sebuah hal, yang dipahami dari segi akhir atau tujuannya. Untuk logika
rasional sendiri, Hegel meminjam rasionalitas yang juga digunakan oleh Immanuel
Kant. Menurut Hegel, negara didirikan berdasarkan reason dan hukum dari negara
melalui perintah akal murni. Sama seperti Kant, Hegel juga tidak memberikan hak
kepada individu untuk menolak/ menentang perintah negara. Sama seperti Rosseau,
Hegel juga memposisikan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Filsafat
Hegel adalah historic in nature, yang mana historisme dipahami sebagai
doktrin yang berbeda-beda. Dalam pandangan umum pengetahuan historis terdapat
batasan dalam setiap kejadian, yang digunakan sebagai alat untuk mengontrol
semua kejadian secara rasional. Beberapa pristiwa sejarah yang mempengaruhi
pandangan Hegel adalah sat terjadinya Revolusi Perancis (1789) dan penaklukan
Jerman oleh Napoleon pada awal abad ke-19. Sampai pad aperkembangan
filsafatnya, Hegel meminjam banyak pemikiran dari filsuf terdahulu untuk
mengembangkan filsafatnya.
Idealisme Hegel
Sejarah ide politik Hegel
terdapat dua pemikiran utama, yaitu rasionalitas-idealisme dan naturaly serta rasionalisme-empirisme.
Bagi Hegel, gagasan merupakan pengetahuan murni dari setiap pengetahuan materi
dan non materi (merupakan hal yang nyata dan permanen), seperti contohnya:
meja-kursi merupakan bagian dari pengetahuan murni dari setiap materi yang
dapat diindra oleh manusia, dan panas-dingin merupakan sesuatu non materi yang
nyata dan sifatnya permanen atau absolut (tidak berubah-ubah, ide tentang
panas, ide tentang dingin). Oleh karena itu, idealisme Hegelian merupakan
sebuah bentuk idealisme yang bersifat absolut dengan memberikan seperangkat
katagori pemahaman masa lalu masa lalu dan masa kini dalam bentuk intepretasi
idealis sejarah. Bagi Hegel, ide merupakan penggerak murni dari sejarah
(memberikan momentum dari sejarah melalui perkembangan ide). Perkembangan Ide
memberikan perubahan/ perkembangan dalam masyarakat (sosial, ekonomi, politik,
dan budaya). Idealisme hegel adalah sebuah idealisme absolut (melihat hubungan
antara subjek dan objek yaitu alam pikiran dan dunia)
Metode Dialektika
Dialektika pada umumnya menunjuk
suatu proses dimana pertentangan-pertentangan dihilangkan. Pertentangan dapat
terletak dalam pikiran dan kenyataan. Maka metode diallektika digunakan untuk
memahami dialektika kenyataan. Berpikir mengenai dialektika itu sendiri
merupakan sebuah jalan dalam perkembangan roh secara dialektika. Adapun yang
dimaksud dengan cara berpikir dialektika adalah dengan mengungkapkan hubungan
timbal balik yang lebih mendalam antara gejala-gejala yang terjadi dan
menganggap bahwa gerak merupakan bagian dari proses kejadian sebagai sesuatu
yang primer. Sebuah kenyataan yang menjelaskan bahwa pada dasarnya kenyataan
adalah sebuah bentuk yang dinamis bukan statis, dan akan selalu dalam sebuah
proses perkembangan menuju kea rah bentuk yang lebih tinggi. Perkembangan
tersebut yang kemudian disebut sebagai thesis, antithesis, dan synthesis.
Hegel meminjam pemikiran dari Socrates
dalam sebuah metode, bagaimana Socraters melihat kebenaran yang didapat melalui
pertanyaan konstan dengan melalui diskusi. Ide tersebut menimbulkan counter ide
lainnya dan memunculkan ide alternatif yang kemudian akan mendapatkan/
melahirkan ide baru. Hegel berpendapat bahwa melalui penggunaan metode
dialektika ia telah menemukan formula terbesar dalam sejarah filsafat,
pemikiran mendorong dirinya sendiri untuk menemukan pemikiran baru. Idealisme
dialektis sendiri adalah sebuah cara logis untuk menafsirkan perjalanan sejarah
dalam perspektif yang benar. Menurut Hegel, sebuah fenomena dapat secara baik
dipahami melalui dialektika tesis, antitesis, dan sintesis, Ex: Kelaurga-masyarakat-negara,
Depotisme-demokrasi-monarki konstitusional, Dunia anorganik-dunia
organik-manusia
Teologi Filsafat Hegel
Untuk memahami jalan pemkiran
dari Hegel, maka langkah pertama yang sangat penting adalah memahami
karya-karya awal Hegel yang kental dengan pendekatan teologi. Minat awal Hegel
terkait dengan teologi akan mewarnai pemikiran dan filsafatnya di kemudian
hari. Yaitu, usaha Hegel untuk memulihkan kesatuan asali yang lenyap dalam
agama Kristen. Pandangan Hegel mengenai agama dan kritiknya terhadap abad
pencerahan adalah paham agama yang disebarkan pada masa pencerahan. Masa
pencerahan mengatakan bahwa agma Kristen adalah sebuah agama rasional. Menurut
Hegel, dengan pandangan seperti itu justru membuat semagat para pengikutnya
tercabut dari semangat kebudayaan Jerman. Agama yang diharapkan oleh Hegel
adalah seperti halnya agama Yunani, yaitu sebuah agama yang berakar kuat dari
semangat masyarakatnya sehingga terintegrasi ke dalam kebudayaan Yunani.
Agama Yunani adalah agama rakyat,
sebuah agama yang rasional namun tetap berakar dalam semangat rakyat. Namun
kekurangan dalam agama Yunani tersebut adalah kurang merenungkannya moralitas,
dan itu semua telah dilengkapi dalam Agama Kristen. Oleh karena itu, ide
normative dari Hegel adalah sebuah agama yang dapat menjadi “totalitas etis”
baik mencakup kegeniusan maupun semangat rakyat Jerman. Dalam tulisanya
Positivitas Agama Kristen, Hegel berusaha menjelaskan mengapa agama Kristen
berubah menjadi agama yang rasional namun juga otoriter. Dalam sebuah gereja
terdapat “komunitas etis”, yang kemudian dalam perkembangannya menjadi sebuah
sumber gambaran gereja tersebut. Meskipun demikian, terdapat pengaturan pada
ajaran-ajaran rasul dan muridnya yang di kemudian hari menjadikan manusia
menjadi semakin terasing dari dirinya. Kebebasan berpikir akhirnya lenyap oleh
dikarenakan dogma-dogma gereja yang semakin lama terus berkembang oleh gereja
selanjutnya. Hal tersebut menjadikan manusia semakin terasing, bahkan dari
Tuhannya sendiri.
Dalam Katolisisme, keterasingan
tersebut dipulihkan melalui kepercayaan akan sakramen-sakramen. Seperti halnya
alienasi yang terjadi dalam agama Yahudi yang menganggap Allah sebagai tuan dan
manusia sebagai budaknya. Oleh karena itu, dalam Kristen, Allah adalah kasih,
maka dari itu keterasingan manusia dari Allah dapat diatasi dengan kasih. Hegel
berusaha keras untuk menemukan kembali kesatuan asali yang telah hilang
tersebut yaitu sebuah bentuk dari totalotas etis. Permasalahan tersebut
diangkat oleh Hegel menjadi tema utama dalam filsafatnya dalam bentuk idealism.
Tujuan dari Filsafat
Menurut Hegel, tujuan mendasar
dari filsafat adalah mengatai oposisi-oposisi yang terdapat dalam alam pikiran
manusia. Yaitu, berbagai macam pikiran yang saling bertentangan, seperti
dualism jiwa dan badan, alam dan roh, serta hal-hal yang terbatas dan tidak
terbatas. Bagi Hegel, oposisi tersebut tidak menimbulkan kepuasan pikiran, dan
pentingnya dasar dari rasio adalah mengusahakan kesatuan utuh dari
oposisi-oposisi tersebut. Hal tersebut dikarenakan, rasio selalu ingin mencapai
sesuatu yang absolute. Oleh karena itu, Hegel merumuskan sesuatu yang absolut dengan
jalan filsafat. Masalah terbesar yang dihadapi oleh Hegel adalah jalan yang
akan digunakan secara filosofi tidaklah lain menggunakan refleksi yang termasuk
dalam intelek dan beroperasi dengan data indrawi. Hegel mengatasi masalah
tersebut dengan cara mengangkat refleksi mengenai sesuatu yang absolut tersebut
ke taraf rasio atau intuisi intelektual. Sebuah cara dalam mengabungkan antara
refleksi dn intuisi menjadi spekulasi filosofis.
Perkembangan Bentuk Roh, Negara, dan Realitas Sosial
Pada dasarnya manusia adalah
makhluk yang bebas, dan bergerak berdasarkan pikiran rasional yang mengaur
kesadaran dirinya sendiri. Namun di sisi lain, manusia juga memiliki watak
untuk lebih mementingkan dirinya sendiri, dan sering kali kebebesan yang
dimilikinya bersinggungan dengan kebebasan orang lain. Oleh karena itulah,
terdapat sebuah alasan untuk membatasi kebebasan dari diri manusia tersebut.
Hal tersebut kemudian menjadikan manusia selalu berada dalam pengawasan
kekuasaan, yang fungsinya adalah untuk mengkontrol agar kebebasan yang dimiliki
manusia tidak bertentangan dengan negara dan kekuasaan itu sendiri.
Menurut Hegel, manusia yang mampu
untuk mengaktualisasikan kebebasan sebagai suatu realitas sosial, hanyalah
manusia yang bermoral tinggi. Hal itu berbanding terbalik dengan sekumpulan
manusia yang terdiri dari manusia rakus yang juga memiliki kesadaran diri
tinggi, manusia tersebut menurut Hegel akan selalu gagal untuk mewujudkan
kebebasan. Hegel sendiri setuju dengan pemikiran dasar Rousseau yang mengungkapkan
kehendak dan kebebasan rakyat dapat diakomodir dalam sebuah institusi yang
bernama negara. Meskupun demikian, Hegel tetap menolak kehendak umum dengan
tidak selalu seiring dengan apa yang timbul dalam kehendak rakyat pada saat
tertentu, yang mana inti dari paham Hegel terkait dengan roh adalah roh
subjektif dan roh objektif.
Filsafat Hegel berangkat dari roh
sebagai proses dari perkembangan dari segala sesuatu. Menurut Hegel, realitas
adalah bukan sesuatu yang statis. Realitas akan selalu berkembang, mengasingkan
diri, menemukan diriya seniri kembali, meyadari dirinya sendiri melalui
taraf-taraf dialektis yang semakin mendalam. Realitas adalah bagian dari subjek
yang mana di belakang itu semua terdapat realitas alam, manusia, masyarakat,
dan pemikiran individu sosial, dan dari itu semua berlangsunglah sebuah proses
pernyataa diri roh alam semesta. Roh subjektif adalah kesadaran masing-masing
individu dalam suatu masyarakat. Roh ini bersifat kebeulan dan beraneka ragam
karena tergantung pada letak dan situasi masing-masing individu.
Dalam hal ini kita berbicara
mengenai apa yang disebut sebagai kebudayaan, sistem nilai, cara berfikir yang
khas dari suatu masyarakat. Kesatuan dari rohani itulah yang kemudian disebut
Hegel sebagai roh objektif, roh semesta berada dibalik roh objektif. Roh
semesta pad aakhirnya akan selalu menyatakan diri melalu tahapan-tahapan
artikulasi kerohanian manusia. Maka dari itu, pikiran dan kehendak setiap
manusia yang tampaknya kebetulan dan tanpa aturan pada dasarnya memiliki logika
yang mendalam. Relaita sebagai ungkapan roh semesta pada hakikatnya bersifat
rasional. Rasionalitas akan individu terungkap dalam roh objektif tanpa
disadari oleh individu itu sendiri. Roh objektif tersebut dapat berbentuk
identitas dan bentuk defintif dalam kehendak negara. Melalui kehendak negara,
masyarakat bertindak sebaga kesatuan.
Negara mengungkapkan kehendak
rakyatnya, meskipun pada fakta empirisnya negara tidak menghendaki apa yang
dikehendaki oleh individu. Meskipun demikian, dalam perspektif Hegel, dirinya
memandang bahwa negara bersifat otonom dari persetujuan masyarakat. Negara
merupakan sebuah jembatan yang mempertemukan kehendak individu dengan kehendak
negara. Hal tersebut dikarenakan negara merupakan bentuk dari roh semesta yang
menyatakan diri dalam roh subjektif dan objektif. Bagi Hegel, dimensi kekuasaan
negara atas hak-hak individu bahkan yang bersifat tresendenpun adalah absolute.
Negara merupakan bagian dari perkembangan ide absolute tersebut, wujud
perkembangan tersebut juga melalui metode dialektia, yang mana puncak dari
dialektika tersebut adalah lahirnya ide mutlak. Pandangan roh yang absolute
tersebutlan yang menandai adanya pandangan
Hegel yang sacral dalam memaknai negara. Bagi Hegel, negara merupakan
sebuah lembaga yang mendefinisikan ide sebagai ide yang eksis di atas bumi
sebagai wujud Tuhan di muka bumi.
Filsafat Sejarah
Menurut pandangan Hegel, hal atau
benda yang bersifat material merupakan sebuah hasil komulatif dari evolusi ide
mutlak yang berjalan secara terus menerus. Hal tersebut disebabkan karena, ide absolute
akan terus bergerak secara dinamis dan akan selalu mengalami perkembangan. Ide
akan terus bergerak maju untuk merealisasikan dirinya sendiri (unfolding of the reason) dan alam
semesta terbentuk dari padanya. Hal tersebut dapat dilihat melalui beberapa
bentuk perumpamaan yang diberikan oleh Hegel sebagai perkembagnan dari ide
dalam filsafat sejarahnya. Bentuk pertama: materi anorganik, bentuk roh
(materi kotor). Bentuk kedua: materi organik (hewan, tumbuhan). Bentuk
ketiga: evolusi manusia (agen rasional mampu membedakan baik dan buruk). Bentuk
keempat: evolusi sistem keluarga (lambang kesatuan). Bentuk kelima: evolusi
sistem masyarakat (ketergantungan dalam berbagai aspek, lambang kekhususan). Bentuk
terkahir: evolusi negara (tatanan moral yang sempurna dan melambangkan
universalitas).
Hegel menggambarkan perkembangan dunia filsafat ide dalam
bentuk sebagaimana berikut: Anorganik - dunia organik - manusia - keluarga -
masyarakat sipil - Negara . Filsafat sejarah berusaha untuk memecahkan masalah
dasar tentang hubungan antara materi dan Roh, dengan menyatakan bahwa materi
hanya manifestasi dari Roh dalam bentuk mentah. Materi tidak hanya negasi dari
Roh tetapi juga realisasi sadar Roh. Dimensi
penting kedua, dari filsafat sejarah
Hegel adalah doktrin historisme, yaitu sebuah doktrin Historisme
yang menyatakan bahwa seluruh perjalanan sejarah sudah ditentukan sebelumnya.
Intervensi/ usaha manusia dapat efektif hanya jika jatuh sejalan dengan arah
dialektika sejarah dunia. Dimensi utama
ketiga, dari filsafat Historis Hegel adalah penggunaan teleologi
Aristoteles, bergerak menuju ujung sifat sejati (hakikat tujuan). Dari sudut
pandang aktor manusia, sejarah adalah sebuah serikat ironi dan tragedi yang
terjadi dalam urutan waktu tertentu dan memberikan makna pada kehidupan
manusia. Bagi Hegel, sejarah dunia menunjukkan perkembangan kesadaran kebebasan
pada bagian dari Roh. Filsafat historisme hegel terdiri dari dua bagian: pola
umum dan berbagai tahapan dalam pola umum, yang berbicara mengenai
doktrin perubahan dalam pegerakan sejarah (dorongan nafsu manusia)
Teori Negara Hegel
Teori negara Hegel berakar pada
aksioma: "Apa yang rasional adalah nyata dan apa yang nyata adalah
rasional“. Oleh karena itu, Hegel memandang bawha pembentukan atau lahirnya
sebuah negara tidak lain didasarkan atas premis dasar sebuah ide absolut
melalui proses dialektis. Negara adalah sebuah bentuk yang rasional, oleh karena
itu, negara adalah nyata, karena berdasarkan filsafat Hegel, apa yang rasional
adalah nyata. Hegel juga membedakan antara yang nyata dan yang hanya ada, Hegel
berusaha untuk menjembatani kesenjangan antara rasional dan nyata, yang tidak
lain adalah manifestasi semangat tujuan negara tersebut. Negara rasional adalah
negara yang datang dari ‘reason’, tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa
adanya ‘reason’. Dalam pandangan filsafat sejarah Hegel, terkait dengan
proses pembentukan atau lahirnya negara, adalah dari sebuah proses setiap
kejadian yang berlangsung sesuai dengan rencana yang rasional.
Negara adalah
manifest tertinggi dari ‘reason’, muncul sebagai sintesis dari keluarga (tesis)
dan masyarakat (antitesis). Negara merupakan sebuah wujud absolute dari
komunitas masyarakat yang hadir sebagai pemenuh kebutuhan manusia. Negara
terlihat setelah kepentingan universal seluruh masyarakat memperoleh karakter
organiknya. Teori negara kompleks Hegel, Pertama,
Negara berasal dari Tuhan. Kedua, Negara
bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan, melainkan sebagai tujuan itu sendiri.
Ketiga, Negara lebih besar dari
individu. Individu penting karena mereka bagian dari negara. Oleh karena itu,
dalam pandangan Hegel, Individu benar-benar menjadi bawahan negara, karena hanya
negara yang tahu, kepentingan individu. Negara adalah sempurna karena bagian
dari ketuhanan.
Teori Kebebasan
Individu Hegel
Kebebasan individu menurut Hegel
adalah, dimana Individu tidak memiliki hak terhadap negara karena negara merupakan
sumber dari hak tersebu, karena negara adalah bentuk ide yang absolute dari
masyarakat dan individu, negara tahu apa yang baik bagi masyarakatnya. Kebebasan
individu terletak pada ketaatan lengkap dari hukum negara, karena negara adalah
super-organisme di mana tidak ada yang memiliki preferensi individu berbeda
dari unit yang lebih besar. Filsafat terpenting Hegel: pengagungan negara yang
lengkap dengan negasi dari hak dan kebebasan individu. Oleh karena itu, maka kebebasan
nyata dari individu dapat direalisasikan hanya di negara. Satu-satunya cara
bagi individu untuk bebas adalah untuk rela mematuhi hukum negara. Hubungan
antara negara dan individu dalam pandangan Hegel sangat dekat dengan posisi
Rousseau.
Individu hanya bebas jika ia mengidentifikasikan dirinya sadar dengan
hukum yang berlaku dan mentaati hukum negara. Negara tidak pernah salah, oleh
karena itu, jika pernah ada konflik antara individu dan negara, individu selalu
salah dan negara selalu benar. Negara Hegelian adalah seperti Leviathan Hobbes
dalam pakaian baru, “hegel menyatakan bahwa individu tidak memiliki hak
untuk menolak negara atau tidak mematuhi perintah negara”. Individu tidak
memiliki hak untuk menentang negara, karena negara merupakan perwujudan dari
reason dan individu yang absolute. Perbedaan cara pandang Hegel dengan Hobbers
mengenai hubungan natara negara dengan individu adalah, diman Hegel memandang
hubungan yang terjadi antara individu-negara sebagai hubungan organic, sedangkan
Hobbes hubungan mekanik melalui kontrak
Kesimpulan
Hegel merupakan salah satu
pemikir besar abad modern di Jerman dan Eropa pada umumnya. Dimana pandangan
Hegel menitikberatkan pada puncak/
tujuan akhir dari ide absolut seiring dengan perjalanan dan perkembangan ide
tersebut. Fukuyama membuat perbandingan antara pengaruh lanjutan dari Marx dan
Hegel yang menyatakan kemenangan Hegel, sebagai doktrin liberalisme modern yang
tidak berakhir pada "keinginan
untuk pengakuan" tetapi lebih pada transformasi "menjadi bentuk yang
lebih rasional"
Jika anda tertarik dengan aplikasi atau layanan absensi online, anda dapat mengunjungi blog yang saya buat :)
BalasHapusAplikasi Absensi Online