Pendahuluan
Sebuah permulaan yang ingin penulis lakukan adalah memberikan pemahaman terdahulu tentang konsep politik. Politik (policy) adalah seperangkat keputusan yang menjadi pedoman untuk beritndak, atau seperangkat aksi yang bertujuan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.2
Satu pertanyaan dari Gourevitch yang sangat menarik untuk ditelaah lebih jauh. Pada permulaan artikelnya, Gourevitch menyatakan “apakah ketidaksinambungan antara hubungan internasional dan politik domestik sudah ‘mati’?”. Pertanyaan ini seakan-akan menekankan bahwa ternyata ada relasi antara sistem internasional dan politik domestik sebuah negara. Secara tidak langsung, kebijakan dalam negeri sebuah negara ditentukan oleh faktor-faktor internasional. Atau dengan kata lain, analisa perilaku politik domestik dan luar negeri suatu negara kerapkali melibatkan tinjauan domestik dan internasional. Namun kali ini, pembahasan Gourevitch lebih menekankan pada analisa perilaku sebuah negara dalam politik dometik yang dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (internasional).
Peter Gourevitch berpendapat bahwa suasana politik domestik tidak bisa dipisahkan dengan dinamika hubungan internasional. Analisa terhadap politik domestik dinilai dapat memberi “kepuasan” tambahan yang mungkin tidak didapatkan dari analisa sistem internasional saja. Gourevitch disini juga berusaha mengkritik ilmuwan yang menggunakan pendekatan komparatif yang beranggapan bahwa struktur domestik suatu negara hanya menjadi variabel pelengkap yang tidak selalu relevan dengan fenomena Hubungan Internasional. Ia meyakini bahwa politik domestik adalah variabel penjelas yang akan selalu relevan dan saling mempengaruhi. Suasana politik internasional akan ikut mewarnai pengambilan policy dalam negeri, begitu juga kebijakan luar negeri suatu negara juga tidak bisa lepas dari struktur dan proses dari sistem politik domestik. Henry Kissinger, seorang akademisi sekaligus praktisi politik luar negeri Amerika Serikat menyatakan bahwa “foreign policy begins when domestic policy ends”. Artinya adalah studi politik berada pada interseksi antara aspek dalam negeri dan aspek internasional dari kehidupan suatu negara. Sekali lagi, sangat sulit untuk memisahkan antara politik luar negeri dengan politik dalam negeri, meskipun untuk keperluan analisis atau penelitian dalam Hubungan Internasional, sekalipun dalam hal ini terdapat banyak pertentangan yang mencoba diuraikan dan di komentari oleh Gourevitch.
Pemisahan antara politik luar dan dalam negeri sering dilakukan untuk keperluan akademis dan analisis, tapi Gourevitch justru mengatakan bahwa ada 3 “ruang kebersamaan” yang saling menghubungkan antara keduanya:
- Dengan menggunakan struktur domestik sebagai faktor eksplanasi dalam menjelaskan kebijakan luar negeri, maka kita (para akademisi) harus menelaah lebih jauh tentang bagaimana sistem internasional berperan penting dalam menentukan struktur domestik itu terlebih dahulu.
- Dengan kajian domestik, para akademisi bisa mengetahui bagaimana sebuah rezim domestik membuat sebuah kebijakan berdasarkan orientasi politiknya. Pembentukan rezim domestik ini tidak terlepas dari dinamika hubungan internasional, seperti yang nanti akan dijelaskan lebih lanjut.
- Banyak literatur yang menyatakan bahwa politik domestik dan internasional tidak selamanya berjalan seiringan alias terputus, karena politik domestik tidak mampu memberikan analisa untuk sistem internasional yang selalu baru dan bersifat kekinian. Menurut Gourevitch, klaim seperti ini terlalu memaksakan kehendak. Menurutnya, karakter politik masa kini (saling ketergantungan, peranan perdagangan, aktor-aktor transnasional, konflik kepentingan dalam negeri) relevan dengan rezim dan sistem masa lalu. Sebaliknya, karakter politik masa lalu (perang, kedaulatan, kekuatan militer, anarkisme dunia internasional) juga masih bisa dirasakan hingga saat ini.
Dalam analisanya, Gourevitch membagi pembahasannya ke dalam 3 bagian yang akan diakhiri dengan kesimpulan dari analisanya. Bagian pertama akan mengulas dampak sistem internasional terhadap politik domestik, bagian kedua akan membahas tentang strukur domestik dan sistem internasional. Sedangkan bagian ketiga adalah pembahasan yang akan menjawab pertanyaan “mengapa ada saling ketergantungan antara Hubungan Internasional dan politik domestik?”.
Bagian Pertama: Dampak sistem Internasional terhadap politik domestik
Sistem internasional memiliki dua aspek yang berpengaruh kuat pada karakter sebuah rezim domestik. Pertama, pembagian kekuatan antara negara-negara dalam sistem struktur internasional. Kedua, pembagian kekayaan antara negara-negara dalam sistem ekonomi internasional. Singkat kata, perjalanan dan perkembangan politik suatu negara ditentukan oleh hasil dari peperangan, yakni siapa yang menang dan kalah, siapa yang mendominasi dan hasil dari kekayaan yang didapat melalui perdagangan. Selain itu, ideologi juga turut membentuk sistem internasional dan politik domestik. Ambil contoh perseteruan antara Katolik vs Protestan, Revolusi Perancis vs rezim pendahulu; paham fasisme, komunisme, dan demokrasi yang saling bertentangan.
Dampak sistem internasional terhadap politik domestik diatas terdiri dari berbagai varian, 2 varian terakhir yang lebih dijelaskan secara mendalam karena memang memiliki unsur-unsur yang lebih kompleks:
- Peristiwa khusus, contoh: Surat Zinoviev dan Pemilihan umum di Inggris yang diselenggarakan tahun 1924
- Keputusan khusus, contoh: keputusan AS mendeklarasikan perang pasca penyerangan Pearl Harbor
- Sebuah kebijakan, contoh: kenaikan tarif harga dunia tahun 1873
- Bentuk rezim: konstitusionalis atau otoritarian, demokratis atau fasis atau komunis, monarki atau aristokrasi atau demokratis, liberal atau totaliter, serikat atau federal, presidensiil atau parlementer
- Pola koalisi: aktor dominan campuran, penguasa dan pengusaha, persatuan militer atau perdagangan atau manufaktur
Adapun aspek-aspek internasional yang sangat mempengaruhi .struktur politik domestik adalah:
- Pengaruh teori-teori dependensia, core – periphery, dan imperialisme..
- Pengaruh teori-teori ekonomi liberal
- Hubungan transnasional, modernisasi, dan aliran saling ketergantungan
- Pengaruh neo-Merkantilis
- Sistem negara internasional
- Alasan keamanan
- Kondisi alami hubungan luar negeri
- Pembangunan negara sebagai kebijakan luar negeri: pertahanan batas teritorial
- Keterlibatan pihak luar negeri
Bagian kedua: struktur domestik dan sistem internasional
Dalam sistem negara, terdapat beberapa lembaga politik yang memiliki kekuatan dan wewenang dalam menentukan kebijakan. Permasalahannya adalah, siapa yang mendominasi dalam struktur domestik tersebut? Contoh kasus Amerika Serikat pasca Perang Dunia II, yang mana kebijakan proteksionis yang merupakan kebijakan kongres berubah menjadi kebijakan pasar bebas yang merupakan keinginan dari presiden. Perubahan ini terjadi karena saat itu terjadi perubahan pihak yang mendominasi struktur domestik AS. Kebijakan AS yang proteksionis sejak 1870an dapat berubah menjadi pasar bebas disebabkan karena dominasi presiden mengalahkan kongres pasca kemenangan AS pasca PD II. Keputusan untuk ikut bergabung dalam PD II merupakan kebijakan presiden, dan kemenangan itulah salah satu kunci mengapa presiden kemudian lebih berpengaruh daripada kongres. Kebijakan sebuah negara seperti AS, yang saat itu menjadi negara adidaya tentunya akan berpengaruh pada kebijakan ekonomi negara-negara lain yang “mengekor” pada AS. Jadi struktur domestik suatu negara akan memperngaruhi bagaimana kebijakan itu diambil dan bagaimana kebijakan itu juga mempengaruhi pola hubungan dalam sistem internasional.
Bagian ketiga: Kenapa harus ada saling ketergantungan antara Hubungan Internasional dan politik domestik?
Sangat sulit bagi saya (penulis) untuk membahas ketergantungan keduanya dalam konteks perang abad 17an seperti yang tertera dalam artikel Gourevitch ini, tapi saya ingin mengemukakan pandangan pribadi yang saya pikir relevan dengan pembahasan dalam bagian ini.
Dalam bagian kedua diatas, telah disebutkan bahwa struktur domestik AS telah mempengaruhi pola hubungan ekonomi negara-negara pasca PD II. Lahirnya liberalisasi perdagangan di AS sebagai negara pemegang kendali yang cukup dominan dalam sistem internasional cukup memberikan arti pada kita bahwa AS, melalui kebijakan pasar bebas-nya mampu menciptakan sebuah tekanan baru yang bersifat ekonomis terhadap negara-negara lain yang lebih lemah, yaitu liberalisasi perdagangan. Selain itu, untuk memperluas kekuasaannya, AS yang menurut penulis adalah sistem internasional sisi Barat itu sendiri, berusaha membawa kebijakan lokal domestiknya ke ranah internasional melalui keadidayaannya di PBB yang merupakan organisasi internasional tertinggi. Lahirlah kemudian GATT, WTO, dan Bank Dunia. Lihatlah bagaimana kemudian 3 lembaga ini mampu merubah sistem ekonomi negara-negara lain yang berafiliasi dengan AS, termasuk Eropa Barat saat itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa berjalannya politik domestik AS saat itu sangat tergantung pada program lembaga yang lebih tinggi, yaitu institusi internasional. Dan kebijakan sistem internasional yang telah membentuk satu babak perekonomian baru, tidak luput dari kepentingan nasional AS yang saat itu sangat mendominasi dunia lewat sistem internasional maupun hubungan langsung dengan negara lain.
Kesimpulan
Dari tiga bagian pembahasan diatas, maka kiranya dapat disimpulkan bahwa sistem internasional bukan hanya hasil dari politik dan struktur domestik melainkan juga menjadi faktor penyebab terbentuknya politik dan struktur domestik. Keterkaitan ekonomi dan kuatnya tekanan militer juga memaksa sebuah negara untuk berprilaku secara tertentu, meskipun di dalam negaranya sendiri, mulai dari pengambilan kebijakan sampai pada bentuk lembaga-lembaga politik. Sehingga dapat dipahami bahwa Hubungan Internasional dan politik domestik sangatlah terkait satu sama lain yang kemudian mengharuskan para peneliti di bidang politik untuk menganalisa fenomena dengan melibatkan dua pendekatan ini secara bersamaan dan satu kesatuan. Perlu juga untuk diketahui bahwa dua pendekatan ini sama-sama memiliki daya penetrasi yang saling mempengaruhi sejak berdirinya sebuah negara (state). Dengan ini Gourevitch menyatakan tidak ada lagi alasan untuk memisahkan atau menisbikan salah satu dari dua tinjauan ini dalam menganalisa sebuah model sistem politik suatu negara dan atau fenomena dalam Hubungan Internasional.
2 Yanyan Mochamad Yani, Drs., MAIR., Ph.D. Politik Luar Negeri, makalah disampaikan pada acara Ceramah Sistem Politik Luar Negeri bagi Perwira Siswa Sekolah Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Sesko TNI AU) Angkatan ke-44 TP 2007, Bandung, 16 Mei 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar