Konflik biasanya mudah dilihat di permukaan saja,
seperti jumlah korban yang ditimbulkan atau cara kedua belah pihak
berkonfrontasi secara langsung. Untuk itu dibutuhkan pemetaan untuk mengetahui
pihak-pihak yang terlibat konflik serta hal yang melatarbelakanginya. Selain
pemetaan tersebut konflik juga bisa di
lihat melalui pendekatan teori bawang merah, segitiga konflik dan garis waktu
yang menceritakan perkembangan eskalasi konflik.
Menurut Atman dan Taylor (teori komunikasi, 1994): Hubungan
kita dengan orang lain ibarat mengupas bawang merah yang terdiri dari beberapa
lapisan. Selama dalam proses interaksi, kita saling mengupas lapisan-lapisan
itu. Jika yang kita kupas hanya lapisan saja, maka kita hanya mendapatkan
lapisan saja.
Dalam konflik, teori bawang merah berupaya untuk
mengetahui permasalahan yang terjadi di permukaan, dan selanjutnya terus
dikupas untuk mengetahui akar permasalahn sesungguhnya. Apakah sebenarnya
tujuan konflik itu dari ekonomi ataukah ada kepentingan lain yang lebih besar.
Hal ini bisa diraba dengan melakukan beberapa wawancara dan sumber data.
Segitiga konflik berfungsi untuk mengetahui gejolak
konflik yang terlihat dan yang tidak terlihat. konflik yang terlihat adalah
proses terjajdinya kekerasan itu sendiri serta dampak yang ditimbulkan. Gejolak
konflik yang tidak terlihat antara lain disebabkan oleh kekerasan budaya dan
kekerasan structural. Kekerasan budaya bisa berupa hokum adat, mitos, anarki,
suku serta kebencian kuno, sedangkan kekerasan structural bisa berupa kemiskinan
dan kebudayaan.
Teori garis waktu adalah untuk mengetahui
perkembangan konflik dari waktu ke waktu. Setiap konflik mempunyai cataan
sejarah. Sejarah itu bertujuan memudahkan untuk menyusun laporan karena
memiliki latar belakang.
Teori
Segitiga Konflik dan Analogi Konflik Bawang Bombay
Menurut Johan Galtung, teori segitiga konflik. Dia
mengatakan bahwa konflik dapat dilihat sebagai sebuah segitiga, dengan
kontradiksi sikap (A) dan perilaku (B) pada puncak-puncaknya.[1]
Gambar
1
Segitiga
Konflik Johan Galtung
Kontradiksi
Melalui segitiga konflik ini, kita bisa melihat
bahwa dalam sebuah konflik yang tidak simetris, kontradiksi ditentukan oleh
pihak–pihak yang bertikai, hubungan mereka, dan benturan kepentingan inheren antara
mereka dalam berhubungan. Sikap yang dimaksud termasuk persepsi pihak-pihak
bertikai dan kesalahan persepsi antara mereka dan dalam diri mereka sendiri. Jadi,
ketika ada perbedaan persepsi atau ketidaksesuaian antara sikap dan perilaku
dapat dikatakan terjadi sebuah konflik. Selain itu, Fischer mengatakan bahwa
konflik adalah huhungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) ya
ng naerniliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan.
Dalam perilaku konflik, ada yang dinamakan sebuah konflik laten, ketika konflik
tersebut sifatnya tersembunyi dan belum diangkat ke permukaan.[2]
Di
sisi lain, analogi alat bantu teori konflik bawang bombay dapat digunakan untuk
menjelaskan bagaimana potensi konflik terjadi akibat reldamasi yang dilakukan
oleh Singapura. Analogi bawang Bombay dibuat berdasarkan analogi sebuah bawang
bombay dan lapisan-lapisannya. Lapisan terluar merupakan posisi-posisi kita di
depan umum, yang dapat dilihat dan didengar oleh semua orang. Lapisan pokok
yang kedua adalah kepentingan kita, yaitu apa yang ingin kita
capai
dari suatu situasi tertentu. Lapisan terakhir yang merupakan inti adalah
kebutuhan kebutuhan terpenting yang perlu kita penuhi. Analisis ini dilakukan
pada kedua belah pihak.[3]
Dalam
analogi konflik bawang bombay, potensi konflik dijelaskan dalam lapisan-lapisan
posisi, kepentingan, dan kebutuhan.
Gambar
2
Gambar
Analisa Potensi Konflik Bawang Bombay[4]
[1] Miall, Hugh, Ramsbotham, Oliver,
dan Woodhouse Tom. 2000. Resolusi Damai Konflik Kontempore r, Menyelesaikan,
Mencegah, Mengelola, dan Mengubah Konflik Bersumber Politik, Sosial,
Agama, dan Ras. (terj.) Jakarta: Grafindo Persada. Hal.20-21
[2] Fischer, Simon dkk. 2001. Mengelola Konflik, Ketrampilan dan Strategi
untuk Bertindak (terj.). Jakarta: British Council. Hal.6.
[3]
Ibid. hal.27
[4]
Lapisan-lapisan dalam analisa bawang Bombay adalah lapisan yang bukan menjelaskan
mengenai kedalaman sesuatu, akan tetapi lebih merupakan lapisan-lapisan yang
membedakan antara posisi, kepentingan, dan kebuuhan
terima kasih
BalasHapusterima kasih
BalasHapus