Sejarah Awal
Selama lebih dari dua puluh tahun
Lewis A. Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tertumpu kepada struktur
sosial. Pada saat yang sama dia menunjukkan bahwa model tersebut selalu
mengabaikan studi tentang konflik sosial. Berbeda dengan
beberapa ahli sosiologi yang menegaskan
eksistensi dua perspektif yang berbeda (teori fungsionalis dan teori konflik),
coser mengungkapkan komitmennya pada kemungkinan menyatukan kedua pendekatan
tersebut.
Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacuhkan analisa konflik sosial, mereka melihatnya konflik sebagai penyakit bagi kelompok sosial. Coser memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu. Coser mengembangkan perspektif konflik karya ahli sosiologi Jerman George Simmel.
Seperti halnya Simmel, Coser tidak
mencoba menghasilkan teori menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena
sosial. Karena ia yakin bahwa setiap usaha untuk menghasilkan suatu teori
sosial menyeluruh yang mencakup seluruh fenomena sosial adalah premature
(sesuatu yang sia- sia. Memang Simmel tidak pernah menghasilkan risalat sebesar
Emile Durkheim, Max Weber atau Karl Marx. Namun, Simmel
mempertahankan pendapatnya bahwa sosiologi bekerja untuk menyempurnakan dan
mengembangkan bentuk- bentuk atau konsep- konsep sosiologi di mana isi dunia
empiris dapat ditempatkan. Penjelasan tentang “teori konflik Simmel” sebagai berikut:
Simmel memandang pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam masyarakat. Struktur sosial dilihatnya sebagai gejala yang mencakup
pelbagai proses asosiatif dan disosiatif yang tidak
mungkin terpisah- pisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisa.
Menurut Simmel konflik tunduk pada
perubahan. Coser mengembangkan proposisi dan memperluas konsep Simmel tersebut
dalam menggambarkan kondisi- kondisi di mana konflik secara positif membantu struktur
sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.
Inti
Pemikiran
Konflik dapat merupakan proses yang
bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur
sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih
kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas
kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial
sekelilingnya.
Seluruh fungsi positif konflik
tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami
konflik dengan kelompok lain. Misalnya, pengesahan pemisahan gereja kaum tradisional (yang memepertahankan praktek-
praktek ajaran katolik pra- Konsili Vatican II) dan gereja Anglo- Katolik (yang
berpisah dengan gereja Episcopal mengenai masalah pentahbisan wanita). Perang
yang terjadi bertahun- tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat
identitas kelompok Negara Arab dan Israel.
Coser melihat katup
penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan,
yang tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan
semakin menajam. Katup Penyelamat (savety-value) ialah salah satu mekanisme
khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan
konflik sosial. Katup penyelamat merupakan sebuah institusi pengungkapan rasa tidak puas atas
sebuah sistem atau struktur.
Contoh:
Badan Perwakilan Mahasiswa atau panitia kesejahteraan Dosen. Lembaga tersebut
membuat kegerahan yang berasal dari situasi konflik tersalur tanpa
menghancurkan sistem tersebut
Menurut Coser konflik dibagi menjadi
dua, yaitu:
Konflik Realistis, berasal dari
kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan
dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada
obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar
tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
Konflik Non- Realistis, konflik yang
bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan
untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser
menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembalasan dendam biasanya
melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya
masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan
melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.
Menurut Coser terdapat suatu
kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik realistis tanpa sikap permusuhan
atau agresi
Contoh: Dua pengacara yang selama
masih menjadi mahasiswa berteman erat. Kemudian setelah lulus dan menjadi
pengacara dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut mereka untuk saling
berhadapan di meja hijau. Masing- masing secara agresif dan teliti melindungi
kepentingan kliennya, tetapi setelah meniggalkan persidangan mereka melupakan
perbedaan dan pergi ke restoran untuk membicarakan masa lalu.
Akan tetapi apabila konflik
berkembang dalam hubungan-hubungan yang intim, maka pemisahan (antara konflik
realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk dipertahankan. Coser menyatakan
bahwa, semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih sayang yang sudah tertanam,
sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan
rasa permusuhan. Sedang pada hubungan- hubungan sekunder, seperti misalnya
dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat relatif bebas diungkapkan.. Hal ini
tidak selalu bisa terjadi dalam hubungan- hubungan primer dimana keterlibatan
total para partisipan membuat pengungkapan perasaan yang demikian merupakan
bahaya bagi hubungan tersebut. Apabila konflik tersebut benar- benar melampaui
batas sehingga menyebabkan ledakan yang membahayakan hubungan tersebut.
Contoh:
Seperti konflik antara suami dan istri, serta konflik sepasang kekasih.
Coser. Mengutip hasil pengamatan
Simmel yang meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok. Dia
menjelaskan bukti yang berasal dari hasil pengamatan terhadap masyarakat Yahudi bahwa peningkatan konflik kelompok dapat dihubungkan
dengan peningkatan interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan. Bila konflik
dalam kelompok tidak ada, berarti menunjukkan lemahnya integrasi kelompok tersebut dengan masyarakat. Dalam struktur besar atau kecil
konflik in-group merupakan indikator adanya suatu hubungan yang sehat. Coser
sangat menentang para ahli sosiologi yang selalu melihat
konflik hanya dalam pandangan negatif saja. Perbedaan merupakan peristiwa
normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial. Dengan demikian Coser
menolak pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai indikator dari kekuatan dan
kestabilan suatu hubungan.
|
bisa tolong sertakan refrensinya atau sumber kak
BalasHapus