“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Sosiologi Konflik Dan Rekonsiliasi



Mengelola Konflik, Ketrampilan dan Tindakan (Simon Fischer)
KONSEP-KONSEP

  •  KONFLIK: hubungan antara dua fihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan

  •  KEKERASAN: tindakan, perkataan, sikap, berbagai struktur atau sistem yang menyebabkan kerusakan secara fisik, mental, sosial atau lingkungan, dan/atau menghalangi seseorang untuk meraih potensinya secara penuh

  • MENGINTENSIFKAN KONFLIK: mengungkapkan konflik latent ke permukaan dan menjadikannya terbuka untuk mencapai suatu tujuan

  • MENINGKATKAN KONFLIK: merujuk pada situasi yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat ketegangan dan kekerasan

KONFLIK DIBEDAKAN DIANTARA DUA SUMBU, SASARAN DAN PERILAKU
 

  • TANPA KONFLIK: dalam kesan umum adalah lebih baik, namun setiap masyarakat atau kelompok yang hidup damai, jika ingin keadaan ini terus berlangsung, mereka harus hidup bersemangat dan dinamis. Memanfaatkan konflik perilaku dan tujuan, serta mengelola konflik secara kreatif.

  • KONFLIK LATEN: sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan agar dapat ditangani secara effektif

  •  KONFLIK TERBUKA: berakar dalam, dan sangat nyata. à memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya.

  • KONFLIK DI PERMUKAAN: memiliki akar yang dangkal/tidak memiliki akar, muncul hanya karena kesalah fahaman mengenai sasaran yang dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi

RESOLUSI KONFLIK
 
Terminologi ilmiah yang menekankan kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus konflik
Dalam kasus konflik harus diperhatikan empat hal penting;

  •  Pertama, konflik tidak boleh hanya dipandang sebagai suatu fenomena politik-militer, namun harus dilihat sebagai suatu fenomena sosial.

  •  Kedua, konflik memiliki suatu siklus hidup yang tidak berjalan linear. Siklus hidup suatu konflik yang spesifik sangat tergantung dari dinamika lingkungan konflik yang spesifik pula.

  • Ketiga, sebab-sebab suatu konflik tidak dapat direduksi ke dalam suatu variabel tunggal dalam bentuk suatu proposisi kausalitas bivariat. Suatu konflik sosial harus dilihat sebagai suatu fenomena yang terjadi karena interaksi bertingkat berbagai faktor.

  • Keempat, resolusi konflik hanya dapat diterapkan secara optimal jika dikombinasikan dengan beragam mekanisme penyelesaian konflik lain yang relevan

TAHAP RESOLUSI KONFLIK

  •  Tahap I : Mencari De-eskalasi Konflik
  •   Tahap II: Intervensi Kemanusiaan dan Negosiasi Politik
  • Tahap III: Problem-solving Approach
  • Tahap IV: Peace-building
MENCARI DE-ESKALASI KONFLIK

Melakukan identifikasi kemungkinan-kemungkinan/indikasi-indikasi yang memberikan peluang untuk penyelesaian konflik

INTERVENSI KEMANUSIAAN DAN NEGOSIASI POLITIK
  •   untuk meringankan beban penderitaan korban-korban konflik
  • dilakukan dengan menerapkan prinsip mid-war operations
  •  dilakukan bersamaan dengan usaha untuk membuka peluang (entry) diadakannya negosiasi antar elit
  •  kental dengan orientasi politik yang bertujuan untuk mencari kesepakatan politik (political settlement) antara aktor konflik
PROBLEM-SOLVING APPROACH
  •   memiliki orientasi sosial
  •   diarahkan menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi pihak-pihak antagonis untuk melakukan transformasi suatu konflik yang spesifik ke arah resolusi
  • dikatakan berhasil jika dua kelompok yang bertikai dapat mencapai pemahaman timbal-balik (mutual understanding) tentang cara untuk mengeskplorasi alternatif-alternatif penyelesaian konflik yang dapat langsung dikerjakan oleh masing-masing komunitas
PEACE-BUILDING
  •   meliputi tahap transisi, tahap rekonsiliasi dan tahap konsolidasi
  •  merupakan tahapan terberat dan akan memakan waktu paling lama
  • memiliki orientasi struktural dan cultural
KONFLIK BERUBAH MENJADI KEKERASAN
Jika:
  •  Saluran dialog dan wadah untuk mengungkapkan perbedaan pendapat tidak memadai
  • Suara-suara ketidaksepakatan dan keluhan-keluhan yang terpendam tidak didengar dan diatasi
  • Banyak ketidakstabilan, ketidakadilan dan ketakutan dalam masyarakat yang lebih luas
BERBAGAI PENDEKATAN UNTUK MENGELOLA KONFLIK

  • PENCEGAHAN KONFLIK (bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang lebih keras)
  •   PENGELOLAAN KONFLIK (bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku yang positif bagi fihak-fihak yang terlibat)
  •  RESOLUSI KONFLIK (menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan)
  • TRANSFORMASI KONFLIK (mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif)
 
TEORI-TEORI BERBAGAI PENYEBAB KONFLIK

TEORI HUBUNGAN MASYARAKAT
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat

Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
l  Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik.
l  Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.

TEORI NEGOSIASI PRINSIP
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah :
  •  Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap.
l  Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.

TEORI KEBUTUHAN MANUSIA
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia – fisik, mental, dan sosial – yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan
Sasaran yang ingin dicapai dari teori ini adalah :
  •   Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
l  Agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan dasar semua pihak.

TEORI IDENTITAS
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan
Sasaran yang ingin dicapai dari teori ini adalah :
  •   Melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik mereka diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan yang mereka rasakan masing-masing dan untuk membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
l  Meraih kesepakatan bersama yang mengakui kebutuhan identitas pokok semua pihak.

TEORI KESALAHPAHAMAN ANTARBUDAYA

Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda
Sasaran yang ingin dicapai dari teori ini adalah :
  •   Menambah pengetahuan pihak-pihak yang mengalami konflik mengenai budaya pihak lain.
  •   Mengurangi stereotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain
l  Meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.

TEORI TRANSFORMASI KONFLIK
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi
Sasaran yang ingin dicapai dari teori ini adalah :
  •   Mengubah berbagai struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, termasuk kesenjangan ekonomi.
  •  Meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antara pihak-pihak yang mengalami konflik.
l  Mengembangkan berbagai proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi dan pengakuan.
  • n  PERILAKU: kekerasan dipakai untuk mencoba menengahi suatu situasi.
  • n  KONTEKS: kejadian kekerasan dengan melihat dari sisi kesengajaan atau kelalaian dalam memperhitungkan kebutuhan orang atau masyarakat lain
n  SIKAP: kekerasan yang terkait dengan proses mental (perasaan, sikap, nilai-nilai yang dianut masyarakat)

KEKERASAN FISIK SECARA LANGSUNG: PERILAKU
PEMBUNUHAN ŸPEMUKULAN ŸINTIMIDASI ŸPENYIKASAAN
Ø Ø TINDAKAN: PENGURANGAN KEKERASAN UNTUK MENGURANGI “PERDAMAIAN NEGATIF”
Ø Ø TINDAKAN: USAHA UNTUK MENGUBAH SIKAP DAN KONTEKS, DAN PENGURANGAN KEKERASAN UNTUK MENINGKATKAN “PERDAMAIAN DUNIA”
KEKERASAN STRUKTUR ATAU KEKERASAN YANG MELEMBAGA: KONTEKS, SISTEM, STRUKTUR
DISKRIMINASI DALAM PENDIDIKAN, PEKERJAAN, PELAYANAN KESEHATAN ŸGLOBALISASI EKONOMI PENYANGKAAN HAK DAN KEMERDEKAAN ŸPEMISAHAN (misalnya APARTHEID)
KEKERASAN STRUKTUR ATAU KEKERASAN YANG MELEMBAGA: KONTEKS, SISTEM, STRUKTUR
DISKRIMINASI DALAM PENDIDIKAN, PEKERJAAN, PELAYANAN KESEHATAN ŸGLOBALISASI EKONOMI ŸPENYANGKAAN HAK DAN KEMERDEKAAN ŸPEMISAHAN (misalnya APARTHEID)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar