Oleh: Evo Christiana dalam tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar (Mahasiswa HI UMM)
A. Latar Belakang
Teori evolusi menyatakan bahwa semua
makhluk hidup yang beraneka ragam berasal dari satu nenek moyang yang sama.
Menurut teori ini, kemunculan makhluk hidup yang begitu beragam terjadi melalui
variasi-variasi kecil dan bertahap dalam rentang waktu yang sangat lama. Teori
ini menyatakan bahwa awalnya makhluk hidup bersel satu terbentuk. Selama
ratusan juta tahun kemudian, makhluk bersel satu ini berubah menjadi ikan dan
hewan invertebrata (tak bertulang belakang) yang hidup di laut. Ikan-ikan ini
kemudian diduga muncul ke daratan dan berubah menjadi reptil. Dongeng ini pun
terus berlanjut, dan seterusnya sampai pada pernyataan bahwa burung dan mamalia
berevolusi dari reptil.
Seandainya pendapat ini benar, seharusnya terdapat
sejumlah besar “spesies peralihan” (juga disebut sebagai spesies antara, atau
spesies mata rantai) yang menghubungkan satu spesies dengan spesies yang lain
yang menjadi nenek moyangnya. Misalnya, jika reptil benar-benar telah
berevolusi menjadi burung, maka makhluk separuh-burung separuh-reptil dengan
jumlah berlimpah mestinya pernah hidup di masa lalu. Di samping itu, makhluk
peralihan ini mestinya memiliki organ dengan bentuk yang belum sempurna atau
tidak lengkap. Darwin
menamakan makhluk dugaan ini sebagai “bentuk-bentuk peralihan antara”.
Skenario evolusi juga mengatakan bahwa ikan, yang
berevolusi dari invertebrata, di kemudian hari merubah diri mereka sendiri
menjadi amfibi yang dapat hidup di darat. (Amfibi adalah hewan yang dapat hidup
di darat dan di air, seperti katak). Tapi, skenario ini pun tidak memiliki
bukti. Tak satu fosil pun yang menunjukkan makhluk separuh ikan separuh amfibi
pernah ada.
Saat mengemukakan teori ini, Darwin tidak dapat menunjukkan bukti-bukti
fosil bentuk peralihan ini. Dengan kata lain, Darwin sekedar menyampaikan dugaan yang tanpa
disertai bukti.
- Rumusan Masalah
Apakah teori Darwin
dapat menjelaskan asal-usul penciptaan makhluk hidup?
- Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sumber
kehidupan manusia. Apakah seluruh makhluk hidup muncul dalam bentuk seperti
yang digambarkan dalam teori Darwin
dari sejak awal mereka diciptakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Evolusi (dalam kajian biologi) berarti
perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga
proses utama:
-variasi
-reproduksi
-seleksi
Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan
kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu
populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai
sifat-sifat yang baru.
Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen oleh mutasi ataupun
transfer gen antar populasi dan antara spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang
baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan
variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan
terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
Terdapat dua mekanisme utama yang mendorong evolusi:
1 . Seleksi
alam yang merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang
berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum
dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih
berkurang.
Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang
menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak
individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan
ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat
yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
2. Hanyutan
genetika (Bahasa Inggris: Genetic Drift) yang merupakan sebuah
proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat dalam suatu
populasi. Hanyutan genetika dihasilkan dari probabilitas apakah suatu sifat
akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Seleksi Alam
Seleksi
alam adalah proses di mana mutasi genetika yang meningkatkan reproduksi
menjadi (dan tetap) lebih umum dari generasi yang satu ke genarasi yang lain
pada sebuah populasi. Ia sering disebut sebagai mekanisme yang "terbukti
sendiri" karena:
Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme. Organisme
menghasilkan keturunan lebih dari yang dapat bertahan hidup.Keturunan-keturunan
ini bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.
Kondisi-kondisi ini menghasilkan
kompetisi antar organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Oleh sebab
itu, organisme dengan sifat-sifat yang lebih menguntungkan akan lebih
berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak menguntungkan
cenderung tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya.
Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang
merupakan seleksi untuk sifat-sifat yang meningkatkan keberhasilan perkawinan
dengan meningkatkan daya tarik suatu organisme. Sifat-sifat yang
berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada pejantan beberapa
spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan hidup
individu jantan tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang
cerah dapat menarik predator).[60]
Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini diseimbangkan oleh keberhasilan reproduksi
yang lebih tinggi pada penjantan.
Hanyutan Genetika
Hanyutan genetika atau ingsut genetik
merupakan perubahan frekuensi alel dari satu generasi ke generasi selanjutnya
yang terjadi karena alel pada suatu keturunan merupakan sampel acak (random
sample) dari orang tuanya Waktu untuk sebuah alel menjadi tetap oleh
hanyutan genetika bergantung pada ukuran populasi, dengan fiksasi terjadi lebih
cepat dalam populasi yang lebih kecil.
Walaupun seleksi alam bertanggung
jawab terhadap adaptasi, kepentingan relatif seleksi alam dan hanyutan genetika
dalam mendorong perubahan evolusi secara umum merupakan bidang riset pada
biologi evolusi.
Investigasi ini disarankan oleh teori netral
evolusi molekul, yang mengajukan bahwa kebanyakan perubahan evolusi
merupakan akibat dari fiksasi mutasi netral yang tidak
memiliki efek seketika pada kebugaran suatu organisme.Sehingga, pada model ini,
kebanyakan perubahan genetika pada sebuat populasi merupakan akibat dari tekanan
mutasi konstan dan hanyutan genetika.
Akibat evolusi
Evolusi mempengaruhi setiap aspek
dari bentuk dan perilaku organisme. Yang paling terlihat adalah adaptasi
perilaku dan fisik yang diakibatkan oleh seleksi alam. Adaptasi-adaptasi ini
meningkatkan kebugaran dengan membantu aktivitas seperti menemukan makanan,
menghindari predator, dan menarik lawan jenis. Organisme juga dapat merespon
terhadap seleksi dengan berkooperasi satu sama lainnya, biasanya dengan saling
membantu dalam simbiosis. Dalam jangka waktu yang lama, evolusi
menghasilkan spesies yang baru melalui pemisahan populasi leluhur organisme
menjadi kelompok baru yang tidak akan bercampur kawin.
Akibat evolusi kadang-kadang dibagi
menjadi makroevolusi dan mikroevolusi. Makroevolusi
adalah evolusi yang terjadi pada tingkat di atas spesies, seperti kepunahan dan
spesiasi.
Sedangkan mikroevolusi adalah perubahan
evolusioner yang kecil, seperti adaptasi yang terjadi dalam spesies atau populasi. Secara
umum, makroevolusi dianggap sebagai akibat jangka panjang dari mikroevolusi.Sehingga
perbedaan antara mikroevolusi dengan makroevolusi tidaklah begitu banyak
terkecuali pada waktu yang terlibat dalam proses tersebut.
Namun, pada makroevolusi, sifat-sifat
keseluruhan spesies adalah penting. Misalnya, variasi dalam jumlah besar di
antara individu mengijinkan suatu spesies secara cepat beradaptasi terhadap
habitat yang baru, mengurangi kemungkinan terjadinya kepunahan. Sedangkan
kisaran geografi yang luas meningkatkan kemungkinan spesiasi dengan membuat
sebagian populasi menjadi terisolasi. Dalam pengertian ini, mikroevolusi dan
makroevolusi dapat melibatkan seleksi pada tingkat-tingkat yang berbeda, dengan
mikroevolusi bekerja pada gen dan organisme, versus makroevolusi yang bekerja
pada keseluruhan spesies dan mempengaruhi laju spesiasi dan kepunahan.
Organisme sederhana oleh karenanya
merupakan bentuk kehidupan yang dominan di bumi dalam sejarahnya sampai
sekarang. Kehidupan kompleks tampaknya lebih beranekaragam karena ia lebih
mudah diamati.
Kontroversi teori
evolusi dan pembuktiannya
Sebagian
orang yang pernah mendengar "teori evolusi" atau
"Darwinisme" mungkin beranggapan bahwa konsep-konsep tersebut hanya
berkaitan dengan bidang studi biologi dan tidak berpengaruh sedikit pun
terhadap kehidupan sehari-hari. Anggapan ini sangat keliru sebab teori ini
ternyata lebih dari sekadar konsep biologi.
Teori
evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar
manusia. Filsafat tersebut adalah "materialisme", yang mengandung
sejumlah pemikiran penuh kepalsuan tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul
di muka bumi. Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain
materi dan materi adalah esensi dari segala sesuatu, baik yang hidup maupun tak
hidup. Berawal dari pemikiran ini, materialisme mengingkari keberadaan Sang
Maha Pencipta.
Di abad ke-20, teori evolusi telah
terbantahkan tidak hanya oleh ilmu biologi molekuler, tapi juga oleh
paleontologi, yakni ilmu tentang fosil. Tidak ada sisa fosil yang mendukung
evolusi yang pernah ditemukan dalam penggalian yang dilakukan di seluruh
penjuru dunia Fosil adalah sisa jasad makhluk hidup yang pernah hidup di masa
lampau. Bentuk dan susunan kerangka makhluk hidup, yang tubuhnya segera
terlindungi dari sentuhan udara, dapat terawetkan secara utuh. Sisa kerangka
ini memberi kita keterangan tentang sejarah kehidupan di bumi. Jadi, catatan
fosil lah yang memberikan jawaban ilmiah terhadap pertanyaan seputar asal usul
makhluk hidup.
Coelacanth ternyata masih hidup
Hingga 70 tahun yang lalu, evolusionis mempunyai fosil
ikan yang mereka yakini sebagai "nenek moyang hewan-hewan darat".
Namun, perkembangan ilmu pengetahuan meruntuhkan seluruh pernyataan evolusionis
tentang ikan ini. Ketiadaan fosil bentuk peralihan antara ikan dan amfibi
adalah fakta yang juga diakui oleh para evolusionis hingga kini. Namun, sampai
sekitar 70 tahun yang lalu, fosil ikan yang disebut coelacanth diterima sebagai bentuk peralihan antara ikan dan hewan
darat. Evolusionis menyatakan bahwa coelacanth,
yang diperkirakan berumur 410 juta tahun, adalah bentuk peralihan yang memiliki
paru-paru primitif, otak yang telah berkembang, sistem pencernaan dan peredaran
darah yang siap untuk berfungsi di darat, dan bahkan mekanisme berjalan yang
primitif. Penafsiran evolusi ini diterima sebagai kebenaran yang tak perlu
diperdebatkan lagi di dunia ilmiah hingga akhir tahun 1930-an.
Namun, pada tanggal 22 Desember 1938, penemuan yang sangat menarik
terjadi di Samudra Hindia. Seekor ikan dari famili coelacanth, yang sebelumnya diajukan sebagai bentuk peralihan yang
telah punah 70 juta tahun yang lalu, berhasil ditangkap hidup-hidup. Tak
diragukan lagi, penemuan ikan coelacanth
"hidup" ini memberikan pukulan hebat bagi para evolusionis. Ahli
paleontologi evolusionis, J. L. B. Smith, mengatakan ia tidak akan terkejut
lagi jika bertemu dengan seekor dinosaurus yang masih hidup. (Jean-Jacques Hublin, The Hamlyn Encyclopædia
of Prehistoric Animals, New York: The Hamlyn Publishing Group Ltd., 1984, hal.
120). Pada tahun-tahun berikutnya, 200 ekor coelacanth berhasil ditangkap di berbagai tempat berbeda di
seluruh dunia.
Manusia berahang kera
Tengkorak Manusia Piltdown dikemukakan kepada dunia
selama lebih dari 40 tahun sebagai bukti terpenting terjadinya "evolusi
manusia". Akan tetapi, tengkorak ini ternyata hanyalah sebuah kebohongan
ilmiah terbesar dalam sejarah.
Rekonstruksi tengkorak manusia Piltdown yang pernah
diperlihatkan di berbagai museum
diperlihatkan di berbagai museum
Pada tahun 1912, seorang dokter terkenal yang juga
ilmuwan paleoantropologi amatir, Charles Dawson, menyatakan dirinya telah
menemukan satu tulang rahang dan satu fragmen tengkorak dalam sebuah lubang di
Piltdown, Inggris. Meskipun tulang rahangnya lebih menyerupai kera, gigi dan
tengkoraknya menyerupai manusia. Spesimen ini diberi nama "Manusia
Piltdwon". Fosil ini diyakini berumur 500.000 tahun, dan dipamerkan di berbagai
museum sebagai bukti nyata evolusi manusia. Selama lebih dari 40 tahun, banyak
artikel ilmiah telah ditulis tentang "Manusia Piltdown", sejumlah
besar penafsiran dan gambar telah dibuat, dan fosil ini diperlihatkan sebagai
bukti penting evolusi manusia. Tidak kurang dari 500 tesis doktoral telah
ditulis tentang masalah ini. (Malcolm
Muggeridge, The End of Christendom, Grand Rapids, Eerdmans, 1980, hal. 59.)
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa Manusia
Piltdown merupakan penipuan ilmiah terbesar dalam sejarah. Ini adalah tengkorak
buatan; tempurungnya berasal dari seorang lelaki yang hidup 500 tahun yang
lalu, dan tulang rahangnya adalah milik seekor kera yang belum lama mati!
Kemudian gigi-giginya disusun dengan rapi dan ditambahkan pada rahang tersebut,
dan persendiannya diisi agar menyerupai pada manusia. Kemudian seluruh bagian
ini diwarnai dengan potasium dikromat untuk memberinya penampakan kuno.
Le Gros Clark, salah seorang anggota tim yang mengungkap
pemalsuan ini, tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya dan mengatakan:
"bukti-bukti abrasi tiruan segera tampak di depan mata. Ini terlihat
sangat jelas sehingga perlu dipertanyakan - bagaimana hal ini dapat luput dari
penglihatan sebelumnya?" (Stephen Jay Gould, "Smith Woodward's Folly",
New Scientist, 5 April 1979, hal. 44) Ketika kenyataan ini terungkap,
"Manusia Piltdown" dengan segera dikeluarkan dari British Museum
yang telah memamerkannya selama lebih dari 40 tahun.
Walaupun para evolusionis tidak berhasil menemukan bukti
ilmiah untuk mendukung teori mereka, mereka sangat berhasil dalam satu hal:
propaganda. Unsur paling penting dari propaganda ini adalah gambar-gambar palsu
dan bentuk tiruan yang dikenal dengan "rekonstruksi".
Rekonstruksi dapat diartikan sebagai membuat lukisan
atau membangun model makhluk hidup berdasarkan satu potong tulang yang
ditemukan dalam penggalian. "Manusia-manusia kera" yang kita lihat di
koran, majalah atau film semuanya adalah rekonstruksi.
Ketika mereka tidak mampu menemukan makhluk
"setengah manusia setengah kera" dalam catatan fosil, mereka memilih
membohongi masyarakat dengan membuat gambar-gambar palsu.
Persis seperti
pernyataan evolusionis yang lain tentang asal-usul makhluk hidup, pernyataan
mereka tentang asal-usul manusia pun tidak memiliki landasan ilmiah. Berbagai
penemuan menunjukkan bahwa "evolusi manusia" hanyalah dongeng belaka.
Darwin mengemukakan pernyataannya bahwa manusia dan kera berasal dari satu
nenek moyang yang sama dalam bukunya The
Descent of Man yang terbit tahun 1971. Sejak saat itu, para pengikut Darwin telah berusaha
untuk memperkuat kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah
melakukan berbagai penelitian, pernyataan "evolusi manusia" belum
pernah dilandasi oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya di bidang fosil.
Penemuan ini jelas menunjukkan pendapat tentang
sifat-sifat perolehan yang terkumpul dari satu keturunan ke turunan berikutnya,
sehingga memunculkan spesies baru, tidaklah mungkin. Dengan kata lain,
mekanisme seleksi alam rumusan Darwin
tidak berkemampuan mendorong terjadinya evolusi. Jadi, teori evolusi Darwin sesungguhnya telah
ambruk sejak awal di abad ke-20 dengan ditemukannya ilmu genetika. Segala upaya
lain dari para pendukung evolusi di abad ke-20 selalu gagal.
BAB III
PENUTUP
Bahwa sesungguhnya makhluk hidup muncul dengan masa yang
beraneka ragam dalam tataran geologi. Lantaran revolusi – revolusi besar yang
terjadi di permukaan bumi, seluruh makhluk hidup itu musnah. Periode-periode
makhluk selanjutnya juga muncul dengan cara yang serupa.
Kalangan masyarakat awam adalah yang umumnya tidak
mengetahui kenyataan teori evolusi, dan menganggap pernyataan evolusi manusia
didukung oleh berbagai bukti kuat. Anggapan yang salah tersebut terjadi karena
masalah ini seringkali dibahas di media masa dan disampaikan sebagai fakta yang
telah terbukti. Tetapi mereka yang benar-benar ahli di bidang ini mengetahui
bahwa kisah "evolusi manusia" tidak memiliki dasar ilmiah.
Namun demikian, ilmu pengetahuan tentang evolusi
tetaplah menjadi suatu pengetahuan bagi kita semua, dan dapat dijadikan dasar
pengembangan pengetahuan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar