“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Pengantar Ilmu Politik


Oleh: Waidatun Hasanah (waidatunhasanah@rocketmail.com)
Dalam ilmu politik ataupun pemerintahan kita belajar tentang berbagai hal,tentang konfict, kebijakan, konstitusi, kekuasaan dan aktor.Tidak bisa Dipungkiri didalam Ranah pemerintahan Konflict akan selalu terjadi,Analisis konflik dalam dua aliran besar ilmu-ilmu sosial, yaitu tradisi konflik struktural dan kritis. Dua tradisi ini berakar dalam tradisi positivisme dan kritis. Fakta akademisnya, analisis konflik dalam ilmu sosial memang selalu didominasi oleh positivisme dan ilmu sosial kritik,maka Max weber,seorang pencetus teori dari jerman berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi sosial.Teori inipun yang akan dipakai untuk menganalis aksi –aksi aataupun gerakan-gerakan luar biasa yang diperankan” agent of change” saat kebijakan dan pemerintahan terjadi ketimpangan Karena rakyat punya hak untuk berasosiasi dan menyatakan pendapat yang mempunyi arti bebas untuk mendengungkan berbagai alternatif untuk menyatakan dukungan atau penilakan terhadap suatu keputusan dalam kebijakan terhadap seorang pemimpin.
Hal ini terlihat dimana mahasiswa yang mendapat “gelar”Agent of change dan agent of control yang mana mereka mempunyai kepentingan yang sama untuk menjaga dan memperjuangkan negaranya maka mereka akan selalu membuat perubahan pada hal-hal yang kiranya menyimpang dan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada,Dan periodisasi kesuksesan mahasiswa dalam memerangi kejahatan politik tercatat dalam kitab kelam.Dalam  hal ini mereka melihat sebuah ketidak selarasan dalam  kekuasan dan kurang memperhatikan kepentingan hidup pada kelompok kecil,padahal harusnya antara pemerintahan dan berbagai  lapisan masyarakat baik mahasiswa,buruh,petani,wiraswasta,pekerja maupun pegawai negeri,terjalin kausalitas yang idealis dengan pemerintahan dimana konfict dapat dihindari sesedikit mungkin..
Mereka tidak mau hanya bersifat subjectif yang hanya memberi perhatian yang cukup atas politik akan tetapi mereka bersifat pasif  maka dalam kesempatan itu para mahasiswa ingin membuktikan bahwa mereka adalah agent of contol,dan agent of change,maka mereka melakukan aksi untuk menyerukan aspirasi dari rakyat,dimana rakyat kecil yang dirasa tertindas dan terinjak ditangan para pemegang kekuasaan yang maunya menguntungkan untuk dirinya sendiri,seperti adanya konflik yang terjadi pada penjatuhan rezim soeharto karena pada saat itu kekuasaan penuh berada dibawah kendali soeharto tapi mengatur pemerintahan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan  oleh mahasiswa atas nama rakyat .

Pada saat November 1998 pemerintah transisi Indonesia mengadakan sidang istimewa untuk menentukan pemilu dan membahas agenda-agenda pemerintah yang akan dilakukan selanjutnya.Mahasiswa bergolak karena tidak  mengakui  pemerintahan ini dan mendesak untuk menyingkirkan para militer dari tanah politik serta adanya pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.Pada saat itu mahasiswa dan masyarakat menolak sidang istimewa 1998 dan juga menentang dwi fungsi ABRI/TNI  karena mereka menganggap dwifungsi inilah salah satu penyebab bangsa ini tidak bisa maju. Sepanjang diadakan sidang masyarakat bergabung dengan mahasiswa  stiap hari untuk melakukan demonstrasi ke jalan-jalan diJakarta dan kota besar lainnya.Peristiwa itu menarik perhatian sangat besar dari dunia internasional,hampir seluruh sekolah dan universitas  tempat diadakan sidang teresbut diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul,apapun yang dilakukan mahasiswa mendapat perhatian ketat diwah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi.
Tapi karena perjuangan mahasiswa tidak bisa terbendung maka terjadilah tragedi trisakti,yaitu sebuah peristiwa penembakan,pada 12 Mei,1998,terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi,kejadian itu menewaskan 4 orang mahasiswa Universitas Trisakti Di Jakarta. Mereka meninggal terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti leher,kepala dan dada.Pasca Soeharto mundur,nyatanya masih terjadi kekerasan terhadap rakyat dan mahasiswa,yang antara lain mengakibatkan tragedi semanggi.yang menunjuk kepada 2 kejadian protes terhadap pelaksanaan dan agenda sidang yang telah mengakibatkan tewasnya warga sipil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar