“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Perlombaan Senjata Nuklir di Asia Selatan Antara India dan Pakistan


Oleh : Haryo Prasodjo 13/359514/PSP/04941

Latar Belakang Sejarah Hubungan India-Pakistan
India dan Pakistan merupakan negara yang merdeka di tahun 1947, yaitu etelah Inggris meninggalkan kawasan. Secara geografis, kedua negara yang berada di kawasan Asia Selatan negara ini merupakan negara tetangga yang saling berdekatan dan berbatasan. Negara India memiliki keadaan ekonomi yang jauh lebih baik dengan mayoritas penduduknya yang beragama Hindu.  Sebaliknya, Pakistan memiliki keadaan ekonomi yang berada di bawah India dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Namun sesuai dengan partisi 562, terdapat satu wilayah yang menjadi kawasan abu-abu. Kawasan tersebut berada di wilayah Jammu dan Khasmir, yang mana wilayah diberikan kebebeasan untuk memilih negara mana yang akan diikuti. Pilihan tersebut, biasanya didasari atas banyaknya agama mayoritas di negara bagian tersebut. Setidaknya tiga perempat dari penduduk yang tinggal di wilayah tersebut merupakan masyarakat muslim, dan sebagian lainnya merupakan masyarakat yang beragama Hindu. Perselisihan terjadi setelah Pakistan mengklaim bahwa Khasmir yang berpenduduk 70% merupakan muslim adalah bagian dari Pakistan. Sedangkan bagi India, setelah Khasmir memiliki raja yang beragamakan Hindu, maka wilayah tersebut berhak untuk ikut masuk ke dalam wilayah teritorial India.[1]
Pada tanggal 22 Oktober 1947, India mengirimkan pasukannya ke wilayah yang dipersengketakan tersebut, hal ini menuai respon dari Pakistan yang juga turut mengirimkan pasukannya ke wilayah tersebut. Pada tanggal 31 Desember 1947, India meminta PBB untuk ikut melakukan campur tangan dalam masalaha tersebut.[2] Untuk meredam konflik antara kedua negara tersebut, pada bulan Januari tahun 1948. PBB mendirikan sebuah komisi yang dinamakan United Nation Commision for India and Pakistan (UNCIP) untuk menyelidiki perselisihan dan menjadi mediator dalam perselisihan yang terjadi antara India dan Pakistan. Pada bulan April 1948, dewan keamanan PBB memperbedsar jangkauan keanggotaan komisi tersebut, untuk mempercepat rekomendasi yang terkait dengan langkah-langkah perdamaian. Selain itu, tujuan dibentuknya komisi tersebut juga sebagai komisi yang berperan untuk memonitoring kawasan yang dipersengketakan.[3]
Beberapa perjanjian dan referendum disepakati baik oleh India maupun oleh Pakistan. Ditahun 1965 perang kedua negara antara India dan Pakistan kembali terjadi, setelah bentrokan antara petugas patroli perbatasan di negara bagian Rann of Kutch, India. Hal tersebut juga diperparah dengan menyebrangnya pasukan Pakistan sebanyak 33.000 orang dengan menggunakan pakaian seperti layaknya penduduk Khasmir. Hal tersebut di respon oleh pihak India denga mengirimkan pasukan bersenjata dan sebanyak 600 tank ke wilayah perbatasan. Namun pada bulan September di tahun tersebut genjatan senjata dilakukan setelah adanya mandat dari PBB untuk menghentikan perang. Namun perang kembali pecah di tahun 1971, setelah pasukan Pakistan menjatuhkan bom di lapangan terbang wilayah barat laut India. Peperangan terjadi selama 13 hari dengan kekalahan di pihak Pakistan, dimana lebih dari 90.000 pasukannya menjadi tawanan perang. Pada tanggal 6 Desember di tahun yang sama, Pakistan Timur resmi lepas dari Pakistan Barat dan berdiri menjadi negara yang merdeka dengan nama Bangladesh.[4]
Pada tahun 1972, Pakistan yang di wakili oleh PM Zulfiqor Ali Bhutto dan India yang diwakili oleh PM Indhira Gandhi bertemu di Simla dan bersepakat untuk mengakhiri berbagai macam konfrontasi dan mengantikannya dengan hubungan yang kerjasama ekonomi yang lebih harmonis. Perjanjian Simla pada tanggal 17 Desember 1972, merupakan perjanjian Line of Control, dimana kedua negara   harus saling menghormati tanpa mengurngi posisinya pada  batas yang sudah disepakati oleh kedua pihak.[5] Namun di tahun 1974 pemerintah negara bagian Khasmir mengumumkan bahwa menurut konstituen, Khasmir merupakan bagian dari wilayah India dan keputusan tersebut di tolah oleh Pakistan. Dan pada bulan Mei, untuk pertama kalinya dalam sejarah, India meledakkan perangkat nuklir di wilayah Pokhran dengan kode “smilling Budha”.[6] Di tahun 1988, kedua negara kembali mengadakan perjanjian untuk tidak saling menyerang terhadap basis instalasi nuklir di masing-masing negara. Dan dalam perjanjian tersebut, juga diikutsertakan sebuah agenda kerjasama untuk saling menginformasikan terkait posisi dari wilayah yang terdapat instalasai nuklir setiap bulan Januari di tiap tahunnya. Hubungan antara India dan Pakistan pada rentang waktu 1989-1996 lebih diwarnai dengan gerakan-gerakan sparatis di wilayah perbatasan. Pada tahun 1998, India kembali meledakan sedikitnya lima perangkat nuklir di wilayah Porkhran. Hal tersebut juga direspon oleh Pakistan dengan ikut serta meledakkan enam perangkat nuklinya di Changgai Hills. Pada tahun yang sama, baik India mapun Pakistan juga melakukan uji coba rudal jarak jauhnya. Di tahun 1999, untuk pertama kalinya India dan Paksitan menandatangai sebuah kesepakatan bersama, untuk menegaskan kembali komitmen bersama kedua negara dalam Simla Accord dan melakukan sejumlah langkah-langkah apa yang dinamakan dengan Confidence Building Measure (CBM). Perjanjian tersebut dihadiri oleh perdana menteri masing-masing negara, yang mana India saat itu diwakilkan oleh PM Atal Bihari Vajpayee dan Pakistan diwakili oleh Nawaz Syarif.[7]

Masih apda tahun yang sama, terjadi kudeta militer di Paksitan yang dilakuka oleh Jendral Pervez Musharraf. Selain itu ketegangan juga teradi akibat adanya uji coba nuklir pada saat terjadi perang Kargil. Di tahun 2001, kedua negara mengadakan pertamuan untuk membicarakan ketegangan yang terjadi di wilayah line of control. Pertemuan yang berlangsung selama dua malam tersebut tidak menghasilkan kesepakan apa-apa dan menemui jalan buntu. Namun kebuntuah tersebut menemui jalan terang di tahun 2002 setelah adanya mediasi yang dilakukan oleh dunia internasional. Pada tahun 2003, Presiden Pakistan Pervez Musharraf menyetujui diakhirinya ketegangan dan gencatan senjata di wilayah line of control wilayah Khasmir. Untuk pertama kalinya pula di tahun 2004 diadakan sebuah pertemuan bilateral dalam agenda dialog composite yang menghadirkan berbagai tingkatan pejabat tinggi pada pemerintahan kedua negara. Pada bulan Nopember, PM baru India Manmohanh Singh menyatakan akan mengurangi jumlah pasukan India yang ada di wilayah Khasmir. Dan pada tahun 2006 sekitar 5000 pasukan ditarik kembali ke India. Dan di tahun 2007 kembali diadakan sebuah pertemuan bilateral kedua negara yang membicarakan terkait review dari confidence building measure dalam hal rudal nuklir balistik. Pertemuan tersebut juga merupakan rangkaian acara dari kelanjutan dialog composit antar pejabat tinggi pemerintah kedua negara.
Hingga tahun 2014 ini, hubungan bilateral kedua negara terus mengalami pasang surut hubungan diplomatik. Meskipun sudah ada sebuah kerangka kerjasama dalam hal perdagangan barang dan jasa antara kedua negara, hal tersebut bukan berarti menurunkan ketegangan dalam hal pertahanan militer kedua negara. Sikap India yang terus mengambil sikap keras terhadap Pakistan juga menjadi sebuah dilema saat sebuah perjanjian kerjasama dilakukan oelh kedua negara.Perang yang teradi dari tahun 1947, 1965, dan 1971 tidak sedikitpun mengubah status wilayah yang dipersengketakan.
Seperti halnya banyak dari koloni negara Eropa lainnya, yang berjuang mendamaikan masalah perbatasan modern dengan identitas kuno. Kepentingan kedua negara tersebut dapat dilihat dari bagaimana sikap India dan Pakistan untuk sama-sama mempetahankan wilayah yang disengketakan di wilayah Jammu Khasmir. Meskipun berbagaimacam mediasi dan resolusi konflik yang dilakukan oleh lembaga internasional yang dala hal ini dewan keamanan PBB. Namun sepertinya berbagai macam perjanjian tersebut tidak begitu memiliki posisi yang kuat untuk mendamaikan ketegangan kedua negara tersebut. India yang selalu merasakan adanya ancaman yang datang dari aksi-aksi teror oleh sekawanan kelompok sparatis dari ekstrimis pendukung gerakan Ismam. Menuduh bahwa gerakan dan aksi-aksi teror tersebut mendapat bantuan intelejen dari Paksitan. Disisi lain, Pakistan sebagai pihak yang dituduh India, berusaha keras untuk meyakinkan India dengan tidak adanya keterlibatan negara dalam aksi-aksi teror tersebut. Bagaimanapun baik India maupun Pakistan, sebagai sebuah negara, keduanya sama-sama memiliki keinginan untukd dapat memberikan pengaruhnya baik di kawasan, maupun secara global.
Perlombaan Senjata Nuklir  India-Pakistan
Berakhirnya perang dunia ke II menandakan sebuah revolusi yang mengubah seluruh tatanan dunia. Revolusi tersebut telah membentuk sebuah model hubungan baru antar bangsa dan juga mengubah sebuah tekhnologi menjadi hal yang paling fundamental dalam persepsi keamanan. Pada dekade 1945-1947, setidaknya terjadi tiga peristiwa penting yang mewarnai dunia internasional. Dimulai dari pembentukan PBB, pengeboman Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat, hingga kemerdekaan yang diberikan Britania kepada India dan Pakistan. Tiga peristiwa penting inilah yang pada akhirnya memberikan sebuah gambaran baru bagi dunia, betapa pentingnya sebuah tekhnologi untuk keamanan nasional.[8]
Kebijakan penggunaan nuklir India sendiri terbagi dalam tiga tahap yaitu tahun 1947-1974, 1974-1998, dan 1998 hingga saat ini. Pada awal mulanya, kebijakan penggunaan nuklir ini di perkenal kan pada masa pemerintahan PM Jawahahral Nehru. Saat itu, program pertama nuklir tersebut diartikulasikan dalam pidato di PBB tahun 1953. Tujuan dari program ini adalah untuk membatasi penggunaan nuklir sebaga senjata dan dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak sebagai sumber energi. Di tahun 1955, dengan bantuan dari Kanada dan Amerika Serikat, India memulai program nuklirnya di wlayah Trombay. Dan pada tahun 1960-1961, diadakan program nuklir dengan perusahaan Amerika Serikat dalam membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Tarapur, India.[9] Pada masa tesebut, ratusan lmuan India dilatih di berbagai laboratorium dan universitas di Amerika Serikat. Dan pada tahun 1964, untuk pertama kalinya, India memiliki senjata plutonium. Pada tahun 1968, India menolak untuk menandatangani perjanjian Nuclear Non Proliferasi Treaty. Dan terus melanjutkan program nuklirnya untuk kepentingan militer. Dan pada tanggal 18 Mei 1974, untuk pertama kalinya India melakukan uji coba nuklir di wilayah Pokhran. Meskipun yang diledakkan oleh India saat itu bukan merupakan sejata nuklir, namun peristiwa terseut telah membuat dunia mengetahui, jika India memiliki kemampuan untuk menciptakan senjata dengan kekuatan nuklir. Dan pada fase keduanya, ditahun 1974-1998, India secara tekhnis sudah memiliki kemampuan untuk menciptakan senjata nuklir. Namun berdasarkan kebijakan dalam negeri India, negara tersebut tidak akan memproduksi senjata nuklir jika tidak dalam keadaan terdesak. Dan pada rentang tahun 1980-1990, India kembali menyempurnakan desain dan kemampuan tekhnologi nuklirnya. Dalam hal ini, India juga berhasil memodifikasi beberapa pesawat tempurnya untuk dapat menganngkut rudal balistik yang berkemampuan nuklir.
Dan pada tanggal 11 Mei 1998, untuk yang kedua kalinya, India kembali melakukan ujicoba nuklirnya. Dan semenjak tahun tersebut, India telah mampu bergerak maju dalam program persenjataan nuklir. Namun pada bulan Agustus tahun 1999, Pemerintah India mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa program nuklir India semata-mata hanya sebagai langkah pencegahan keamanan dlam negerinya saja. Dalam pernyataan tersebut, juga ditulskan bahwa India tidak akan menjadi negara pertama yang akan memulai serangan dengan menggunakan nuklir. India hanya akan melakukan respon balasan, jika kiranya terjadi sebuah serangan ke India[10].
India sendiri menjadikan nuklir sebagai alat untuk menaikkan bergaining positionnya dari negara-negara disekitarnya. Hal ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu India yaitu pada tahun 1965, di mana India mendapatkan invasi secara tiba-tiba dari China. Dengan keberadaan China dan juga ancaman dari Paksitan India kembali dihadapkan pada dua negara dengan kekuatan militer yang besar. Maka dari pertimbangan tersebutlah,  India memutuskan untuk mempersenjatai negaranya dengan kekuatan nuklir.
Berbeda dengan India, program nuklir Pakistan dimulai secara konsepsi pada tahun 1972 yang diprakarsai oleh Zulfiqar Ali Bhutto setelah Pakistan Timur lepas dari Pakistan Barat dan berdiri sendiri menjadi negara yang berdaulat dengan nama Bangladesh. Setelah menerima kekalahan tersebut, Pakistan yang di pimpn oleh Bhutto menginstruksikan pembangunan program nuklir dalam tiga tahun ke depan. Program tersebut dimulai dengan pertemuan fisikiawan di Multan, Pakistan di bulan Januari 1972. Di mana, uji coba nuklir yang dilakukan oleh India di tahun 1974 telah memberikan sebuah momentum baru bagi Pakistan untuk sesegera mungkin memulai program nuklir negara tersebut. Di tahun 1975 seoran ahli metalurgi Pakistan Dr Abdul Qadeer Khan yang merupakan salah seorang pegawai bekerja perusahaan pengayaan Urenco di Jerman dan Belanda. Pada tanggal 23 Desember 1976, Kanada menghentikan bantuan dan hubungan kerjasama program nuklir di Pakistan. Pemutusan hubungan kerja ini akibat dari Pakistan yang tidak mau menandatangani NPT dan IAEA untuk negara-negara pemilik nuklir. Meskipun demikian, pada tahun 1986 Pakistan telah berhasil membuat bahan fosil yang digunakan sebagai senjata nuklir. Dan pada tahun 1987, Pakistan telah hadir sebagai negara yang memiliki kemampuan nuklir. Dan memasuki tahun 1990 an, Pakistan memulai sebuah program untuk mengejar kemampuan produksi plutodium. Hal  ini dikarenakan, ketatnya aturan internasional yang terkait dengan penjaulan bahan tersebut. Meskipun demikian, China melalui sebuah anak perusahaan China National Nuclear Cooperationnya, masih sebagai nengara penyokong bantuan yang berupa dukungan material dan juga dukungan teknis.[11] Selain itu, Cina juga merupakan negara yang paling berkontribusi dalam pengembangan pengayaan urainum dan proyek nuklir Pakistan. Terutama di akhir era tahun 1970, di mana China memberkan berbagai bantuan seperti  bahan nuklir, bantuan teknis, desain hulu ledak, serta beberapa komponen sistem rudal. Selain dari China, Pakistan juga mendapatkan pasokan bahan-bahan proyrk nuklir tersebut dari beberapa negara bekas Uni Soviet di wilayah Eropa Barat.
Selain digunakan untuk kepentingan dalam negerinya, program nuklir Pakistanpun melakuakn transver tekhnologi ke beberapa negara. Diantaranya adalah Iran, Korea Utara, dan Libya. Di mana jaringan program nuklir terselubung ini di bongkar di tahun 2004.[12]
Bahkan dalam perjalanannya, Pakistan pernah mendapatkan sanksi berupa embargo bantuan militer dan ekonomi dari Amerika Serikat, meskipun pada akhirnya embargo tersebut kembali dicabut menginggat Pakistan merupakan negara yang memiliki posisi strategis bagi Amerika untuk memantau Afghanistan. Sama seperti India, proram nuklir Pakistan hanya diberlakukan sebagai program keamanan nasional negara tersebut. Pakistan yang diwakilkan oleh Presiden Musharraf, menyatakan bahwa Pakistan tdak ingin berkonflik dengan negara tetangganya India. Pakistan tidak akan menjadi negara pertama yang mengguankan nuklir sebagai bentuk serangan. Namun jika terjadi sebuah persaingan nuklir, maka Pakistan akan datang dengan kekuatan penuh.[13] Namun hampir sama dengan India adalah, pada era tahun 1960 saat awal mula program nuklir di Pakistan dimulai. Pakistan mendapatkan bantuan berupa $ 350.000 US Dolar untuk membangun sebuah reaktor riset pertama yang dikenal dengan Pakistan Atomic ResearchReactor (Parr-1) yang mulai beroprasi di tahun 1965.[14]
Pakistan merupakan salah satu anggota dari program multilateral Global Initiative to Combat Nuclear Terorism. Pakistan juga sudah masuk kedalam jajaran negara dengan kontrol ketat pada tekhnologi nuklir. Termasuk pada kontrol ekspor di tahun 2004, yaitu sebuah departemen Strategic Export Control Division yang mengatur regulasi ekspor nuklir, senjata biologi, dan juga produk misil.[15]
Dalam perkembangannya, kedua negara tersebut terus berusaha untuk melakukan penyeimbangan kekuatan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam bentuk respon yang dilakukan Paksitan terhadap India. Saat Amerika Serikat menyepakati sebuah kerjasma nuklir dengan India, Pakistanpun turut meresponnya dengan melakukan kerjasama nuklir dengan China untuk kepentingan sipil di tahun 2000 dan 2010. Program nuklir yang dilakukan oleh Pakistan merupakan sebuah program yang dirancang untuk menaikkan posisi negara tersebut menjadi sebuah negara yang sejajar dengan negara-negara industri lainnya. Sebagaimana, nuklir di sini menjadi sebuah alat untuk meningkatkan daya tawar suatu negara di mata internasional. Dalam hal pertahanan, program nuklir Paksitan merupakan sebuah respon dari rasa tidak aman negara tersebut atas keberhasilan program nuklir yang telah lebih dahulu dilakukan oleh negara rivalnya yaitu India.
Penutup
Program nuklir yang dilakuakn oleh India pada walnya merupakan sebuah program nuklir damai yang dirancang sebagai sumber energi baru bagi masyarakat India. Namun dalam perjalanannya, seiring dengan wacana akan ancaman yang dapat datang kapan saja dari Pakistan dan China, menjadikan India merasa perlu untuk dapat mengolah reaktor tersebut sebagai sebuah alat pertahanan. Bagi Pakistan, program pengayaan uranium untuk menjadikannya sebagai reaktor nuklir juga merupakan hal yang penting. Dalam hal ini, Pakistan juga merasa dengan kepemilikan India terhadap tekhnologi nuklir menjadikan negara tersebut memiliki posisi daya tawar yang elbih tinggi dibandingkan dengan Paksitan. Maka untuk menyeimbangkan kekuatan tersebut, Pakistan merasa program nuklir adalah sebuah keharusan yang dilakukan oleh Pakistan. Hal yang menarik dari kedua negara tersebut dalam program nuklirnya adalah, kedua negara sama-sama mendapatkan bantuan dari Kanada dan Amerika Serikat dalam program pengembangan reaktor nuklir.
Selain itu, saat terdapat wacana bahwa kedua negara tersebut berusaha untuk membuat senjata nuklir dari reaktor yang ada, maka rspon datang dari Amerika Serikat yang berupa embargo bantuan militer dan ekonomi. Meskipun pada tahun-tahun selanjutnya Amerika mencabut embargo tersebut. Meskipun secara nyata baik India maupun Pakistan belum pernah menggunakan prsenjataan nuklirnya dalam perang. Namun dalam statusnya di dunia intenasional, kedua negara tersebut sudah menjadi negara yang masuk kedalam katagori negara yang memiliki kemampuan untuk menciptakan senjata nuklir. Sehingga kapanpun kedua negara  ini menginginkannya, dapat membuat senjata berhulu ledak nuklir. Meskipun demikian, hingga saat ini nuklir kedua negara tersebut hanya digunakan sebagai alat untuk menaikkan bergaining positionnya terhadap negara-negara lainnya di mata internasional. Karena dalam dunia yang konvesional saat ini, nuklir bukan hanya dpat dikatagorikan sebagai senjata. Namun juga sebagai alat diplomasi, untuk menaikkan daya tawar sebuah negara.
Hingga saat ini, baik India maupun Pakistan belum menandatangani NPT dan CTBT internasional. Adapun alasan Pakistan adalah, negera tersebut akan memberikan senjata nuklirnya jika India juga memberikan persenjataan nuklirnya. Kepemilikan nuklir kedua negara tersebut tidak terlepas dari pasang surutnya hubungan diplomatik kedua negara yang selalu diwarnai dengan ketegangan serta konflik perbatasan. Sehingga mempersenjatai diri dengan kekuatan nuklir merupakan hal yang paling rasional dilakukan oleh masing-masing pihak, baik India maupun Pakistan.
Daftar Pustaka
  Nuclear Black Markets: Pakistan, A.Q. Khan and the Rise of Proliferation Networks, (London: International Institute for Strategic Studies, 2007).

 Feroz Hassan Khan, Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb (Stanford, CA: Stanford University Press, 2012), Hal 351-352.

Dalam “India-Pakistan Relation: A 50 Year History”. Diakses melalui http://asiasociety.org/asia/india-pakistan-relations-50-year-history. Pada tanggal 22 Juni 2014.
 Dalam “Operation United Nations Commission for India and Pakistan”. Diakses melalui http://www.cmp-cpm.forces.gc.ca/dhh-dhp/od-bdo/di-ri-eng.asp?IntlOpId=263&CdnOpId=311. Pada tanggal 22 Juni 2014.
Dalam “United Nation Military Observer Group in India and Pakistan”. Diakses melalui http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmogip/background.shtml. Pada tanggal 22 Juni 2014.

Paracha, Nadeem F. Dalam “Indo-Pakistan Relations Saazih and Saalan”. Diakses melalui http://www.dawn.com/news/1091934. Diperbarui 9 Maret 2014. Diakses Pada tanggal 22 Juni 2014.
 Dalam “Kargil, LoC and the Simla Agreement”. Indo-Pak-Articles. #210, 23 june 1999. Diakses melalui http://www.ipcs.org/article/indo-pak/kargil-loc-and-the-simla-agreement-210.html. Pada tanggal 22 Juni 2014.

 Dalam “India’s Nuclear Weapons Program, Opration Shakti 1998”. Changed 30 March 2001. Diakses melalui http://nuclearweaponarchive.org/India/IndiaShakti.html. Pada tanggal 22 Juni 2014.

 Dalam “Cinfidence-Building And Nuclear Risk-Reduction Measure In South Asia”. Diakses melalui http://www.stimson.org/research-pages/confidence-building-measures-in-south-asia-/. Pada tanggal 22 Juni 2014.

 Dalam “India’s Nuclear Weapons Program, The Beginning 1944-1960”. Last changed 30 March 2001. Diakses melalui //nuclearweaponarchive.org/India/IndiaOrigin.html. Pada tanggal 22 Juni 2014.
 Oleh Chocran, Dr Thomas B. Dalam “ India Nuclear Weapon”. Last Changed 2014/01/31. Diakses melalui //www.britannica.com/EBchecked/topic/421827/nuclear-weapon/275663/India. Pada tanggal 22 Juni 2014.

 Dalam “India Nuclear Weapons”. Diakses melalui http://fas.org/nuke/guide/india/nuke/. Pada tanggal 22 Juni 2014.
 Dalam “Pakistan Nuclear Weapons, A Brief History of Pakistan’s Nuclear Program”. Diakses melalui http://fas.org/nuke/guide/pakistan/nuke/. Pada tanggal 22 Juni 2014.


 Oleh Subletey, Carey. Dalam “The Beginging Pakistan’s Nuclear Weapons Program”. Perubahan terakhir 2 Januari 2002. Diakses melalui http://nuclearweaponarchive.org/Pakistan/PakOrigin.html. Pada tanggal 22 Juni 2014.
  Dalam "Pakistan Joins Initiative to Combat Nuclear Terrorism, Establishes Strategic Export Control Division," International Export Control Observer, June-July 2007. Hal 3, http://cns.miis.edu.



[1] Dalam “India-Pakistan Relation: A 50 Year History”. Diakses melalui http://asiasociety.org/asia/india-pakistan-relations-50-year-history. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[2] Dalam “Operation United Nations Commission for India and Pakistan”. Diakses melalui http://www.cmp-cpm.forces.gc.ca/dhh-dhp/od-bdo/di-ri-eng.asp?IntlOpId=263&CdnOpId=311. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[3]Dalam “United Nation Military Observer Group in India and Pakistan”. Diakses melalui http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmogip/background.shtml. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[4]Paracha, Nadeem F. Dalam “Indo-Pakistan Relations Saazih and Saalan”. Diakses melalui http://www.dawn.com/news/1091934. Diperbarui 9 Maret 2014. Diakses Pada tanggal 22 Juni 2014.
[5] Dalam “Kargil, LoC and the Simla Agreement”. Indo-Pak-Articles. #210, 23 june 1999. Diakses melalui http://www.ipcs.org/article/indo-pak/kargil-loc-and-the-simla-agreement-210.html. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[6] Dalam “India’s Nuclear Weapons Program, Opration Shakti 1998”. Changed 30 March 2001. Diakses melalui http://nuclearweaponarchive.org/India/IndiaShakti.html. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[7] Dalam “Cinfidence-Building And Nuclear Risk-Reduction Measure In South Asia”. Diakses melalui http://www.stimson.org/research-pages/confidence-building-measures-in-south-asia-/. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[8] Dalam “India’s Nuclear Weapons Program, The Beginning 1944-1960”. Last changed 30 March 2001. Diakses melalui //nuclearweaponarchive.org/India/IndiaOrigin.html. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[9] Oleh Chocran, Dr Thomas B. Dalam “ India Nuclear Weapon”. Last Changed 2014/01/31. Diakses melalui //www.britannica.com/EBchecked/topic/421827/nuclear-weapon/275663/India. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[10] Dalam “India Nuclear Weapons”. Diakses melalui http://fas.org/nuke/guide/india/nuke/. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[11] Dalam “Pakistan Nuclear Weapons, A Brief History of Pakistan’s Nuclear Program”. Diakses melalui http://fas.org/nuke/guide/pakistan/nuke/. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[12]  Nuclear Black Markets: Pakistan, A.Q. Khan and the Rise of Proliferation Networks, (London: International Institute for Strategic Studies, 2007).
[13] Feroz Hassan Khan, Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb (Stanford, CA: Stanford University Press, 2012), Hal 351-352.
[14] Oleh Subletey, Carey. Dalam “The Beginging Pakistan’s Nuclear Weapons Program”. Perubahan terakhir 2 Januari 2002. Diakses melalui http://nuclearweaponarchive.org/Pakistan/PakOrigin.html. Pada tanggal 22 Juni 2014.
[15]  Dalam "Pakistan Joins Initiative to Combat Nuclear Terrorism, Establishes Strategic Export Control Division," International Export Control Observer, June/July 2007, p. 3, http://cns.miis.edu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar