Oleh: Haryo Prasodjo (haryoprasodjo@ymail.com)
Pada awal era tahun
1990-an pola pembangunan India sangat berfokus pada pembangunan terpusat,
pengaturan serta pengendalian perusahaan swasta, kepemilikna negara atas begitu
banyak unit produksi, proteksionisme perdagangan yang kuat dan batasan ketat
terhadap penanaman modal asing di India. Pada awal 1990-an pula kemajuan dalam erable consid dibuat agar lebih
melongarkan peraturan pemerintah khususnya dalam hal perdagangan luar negeri.
Banyak pembatasan terhadap perusahaan swasta dicabut dan dibukanya peluang bagi
perusahaan swasta baru. Namun disisi lain India tetaplah menjadi negara besar
yang paling diatur secara ketat di dunia. Banyak perusahaan swasta yang
memperoleh manfaat dari proteksionisme, serikat buruh, dan birokrasi yang
menentang liberlaisme. Disisi lain adanya kekhawatiran bahwa liberalisasi hanya
akan memperkuat kesenjangan kelas dan ekonomi secara regional. Namun ketika
harga minyak naik tajam pada bulan Agustus 1990 negara India mengalai krisis
neraca pembayaran. Dalam rangka menerima pinjaman baru, pemerintah India tidak
memiliki pilihan lain selain mengikuti langkah-langkah lebih lanjut dari
liberalisasi ekonomi. Pada tahun 1990 negara mengalami ketimpangan neraca
pembayaran akibat perang teluk dan kejatuhan Uni Soviet. Dimana tindakan Irak
dengan menyerang Kuwait telah menyebakan krisis minyak dan menghambat
pertumbuhan ekonomi bahan bakar. Dampak langsung ekonomi dari konflik teluk
Persia tersebut juga ditambah dengan buruknya perkembangan social dan politik
dalam negeri India yang belum stabil. Cadangan devisa menurun drastis hanya
menjadi cukup untuk dua minggu. India
berada dalam bahaya serius dan membutuhkan pinjaman hutang eksternal[1].
Berdasarkan pakta
pemulihan IMF atau dana moneter Internasional, India harus melakukan deposit
sebesar 47 ton emas kepada Bank of England dan 20 ton kepada Union Bank of Switzerland. Selain itu
Dana Moneter Internaional juga mengharuskan India untuk mengasumsikan urutan
reorganisasi ekonomi sistematis. Pada awal tahun 1990 terjadi dua bentuk
kekerasan di India, yaitu reservasid
dan proporsi pekerjaan sektor public bagi anggota kasta. Pemerintah pusat jatuh
pada bulan November 1990 dan digantikan oleh sebuah pemerintahahn minoritas.
Dampak kumulatif dari krisis India adlah menurunnya kepercayaan dunia
Internasioanal akan kelayakan ekonomi india yang pada akhirna menyebabkan India
sulit mendapatkan pinjaman internasional. Yang akhirnya memaksa India untuk
membuat serangkiana kesepakatan dengan dana moneter internasional (IMF) dan
organisasi lainnya guna mempercepat liberalisasi. India
meminta pinjaman talangan sebesar USD 1.8 miliar dari Dana Moneter
Internasional (IMF)[2]. Yang kemudian akibat dari kebutuhan akan pinjaman
darurat tersebut menyebabkan pemerintah membuat komitmen yang jauh lebih besar
untuk melakukan liberalisasi ekonomi. Hal tersebut membuat PM NarasimhaRao
memulai inovasi ekonominya.
[1] Dalam “The Indian
Economic Liberalisation Story, An Audit From a Liberal Perpective”.
Discussion Papers, Project for Economic Education. Diakses melalui http://www.freedomfirst.in/freedom-first/pdf/the-indian-economic-libralisation-story.pdf. Pada tanggal 23 Juli 2013.
[2] Dalam “Reforms in
India (Post 91 Reforms).Dalam “Indian Economy: A Journey of Last 65 Years”.
Diakses melalui http://zeenews.india.com/business/slideshow/indian-economy-a-journey-of-last-66-years_68.html/3. Pada tanggal 23 Juli 2013.
Dubril Firm Loan menawarkan pinjaman aman dan tidak aman untuk individu, pembentukan pribadi dan umum tanpa agunan.
BalasHapustingkat bunga kami adalah pada tingkat yang terjangkau dari 2% dan kami proses pinjaman / pengadaan adalah yang terbaik yang pernah Anda dapat mendapatkan.
Kami menawarkan setiap jumlah pinjaman dan untuk alasan yang masuk akal.
Hubungi kami hari ini untuk pinjaman Anda melalui,
Email: dubrilloanfirm@gmail.com
Skype: dubrilloanfirm1