Oleh: Haryo Prasodjo (haryoprasodjo@ymail.com)
Di tahun 1980 India
sedikit demi sedikit mengadopsi sistem ekonomi apa yang sering disebut sebagai “Asian Model”[1]. Yaitu sebuah model pertumbuhan ekonomi klasik di Asia yang berorientasi
ekspor. Dengan menerapkan model ini negara dapat menghasilkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi, juga meningkatkan ketergantungan negara pada akses ke pasar
ekonomi global guna menyerap ekspor-impor.[2]
Liberalisasi penting dilakukan kerena memberikan akses dan peluang bagi India
untuk dapat keluar dari teritorialnya dan berkompetisi dengan negara-negara
lainnya. Tidak hanya itu liberalisasi memungkinkan India untuk terus
memperbaharui tekhnologi yang ada, dengan adanya kebebasan investasi dan pasar
setiap aktor dituntut untuk dapat kreatif dan inovatif yang pada akhirnya harus
memaksa mereka memperbaharui tekhnologi yang ada.
Kemajuan ekonomi
berjalan lambat namun stabil, investasi meningkat pada
awal tahun 1970 sekitar 19 % dari PDB menjadi hampir 25 % pada awal tahun 1980[3].
Ditahun 1980 an perdana mentri India Rajiv Gandhi memulai sejumlah langkah restrukturasi
ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi meningkat pada tahun 1980. Sejak tahun 1985
pemerintah India mulai melaksanakan program ekonomi neo liberal dengan membuka
beberapa izin industrialisasi[4].
Dan pada tahun yang sama beberapa regulasi perizinan dan pengawasan dihapuskan[5]. Sejak tahun 1985, impor telah meningkat sebesar 19 persen dan
ekspor sebesar 71 persen[6]. Pada tahun 1985 dan
1986 India mendapat
kesempatan untuk melakukan kerjasama yang lebih luas dalam bidang kerjasama
ekonomi, sosial-budaya serta juga ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan Uni
Soviet. Pada tahun 1988 India dan Soviet pun menandatangani sebuah pakta
perjanjian peniningkatan dan perluasan perdagangan bilateral serta penyediaan
investasi dalam bentuk teknis bagi industri telekomunikasi dan proyek
transportasi India[7].
Tingkat
tabungan swasta yang selama ini sebagian
besar diperoleh dari investasi dalam negeri India sudah berada pada tingkat
yang tinggi sehingga memaksa pemerintah India melakukan pinjaman luar negeri. Langkah liberalisasi
yang dijalankan di era tahun 1980 belum berhasil dikarenakan tidak seimbangnya
makro ekonomi yang berkaitan dengan meningkatnya defisit fiskal di India akibat krisis neraca
pembayaran pinjaman luar negeri[8].
Selain itu masalah poltik yang tidak stabil turut mewarnai tiga periode
pemerintahan berturut-turut 1989-1991. Perang teluk yang berlangsung pada tahun
1990 juga berdampak pada ekonomi dalam negeri India yang rapuh tersebut.[9]
Selain itu prinsip dari rezim
Lisensi Raj sendiri adalah kemandirian. Yang mana sistem kontrol pusat mengatur masuk
dan kegiatan produksi barang dan artinya
segala sesuatu yang bisa diproduksi di dalam negeri maka tidak boleh diimpor[10].
Akibatnya, insentif yang kuat diberikan kepada modal sektor industri intensif
di mana India tidak memiliki keunggulan komparatif.[11]
Melaui
hambatan tarif dan non tarif pada impor, secara otomatis melalui izin pelabuhan
lisensi raj membatasi jumlah impor.
Pembatasan juga terjadi pada
pengusaha dalam negeri dan pengusaha asing. Yang mana pembatasan tersebut
berupa pembatasan investasi asing langsung terhadap banyak sektor ekonomi.
Saham asing pada perusahaan dalam negeri dibatsi hanya sampai angka 40% saja
dari nilai investasinya[12].
Namun usaha liberalisasi ekonomi pada masa pemerintahan Rajiv Gandhi belum
dapat dikatakan sepenuhnya berhasil karena keadaan politik dan makro ekonomi
yang belum stabil menyebabkan ketidak seimbangan fiskal yang pada akhirnya
justru menyebabkan India mengalami defisit neraca pembayaran[13].
Namun Rajiv berhasil untuk meletakan dasar pengukuran signifikan yang dapat
mengurangi Lisensi Raj, dan memungkinkan untuk perseorangan dan perusahaan
membeli modal setelah tahun 1990-an.
[1] Ashok Kotwal. Bharat Ramaswami.
Wilima Wadhwa. Dalam “Discussion Papers
in Economics: Economic Liberalization and Indian Economic Growth:What’s the
evidence?”. September 2011. Discussion papaer 11-13Indian Statistical
Institute, Delhi Planning Unit. Diakses pada tanggal 15 Juli 2013.
[2]Diakses
melalui http://www.adbi.org/working
paper/2011/03/29/4497.crisis.imbalances.india/asian.economic.integration.and.indias.potential.role/ Dalam “Asian Economic Integration and India's Potential
Role”.crisis.imbalances.india/asian.economic.integration.and.indias.potential.role/#sthash.oezMw4pJ.dpuf
Pada tanggal 3 Nopember 2013.
[3] Dalam “India
Liberalization in the early 1990”. Diakses melalui http://www.photius.com/countries/india/economy/india_economy_liberalization_in_th~8830.html. Pada tanggal 23 Juli 2013.
[4] Dalam “The real costs of
India's economic liberalisation”. Green Left weekly, Rabu 24 Januari 1996. Diakses
melalui http://www.greenleft.org.au/node/12700. Pada tanggal 25 Juli 2013.
[5] Dalam “India
Economy”. Diakses melalui http://www.mongabay.com/reference/country_studies/india/ECONOMY.html. Pada tanggal 2 Juli 2013, Opcit.
[6] Bhalotra, Sonia. “The
Impact of Economic Liberalization on Employment and Wages in India”. Paper
submitted to the international policy group, international labour office.
Geneva 31 January 2002. Diakses melalui www.efm.bris.ac.uk/ecsrb/papers/indialib.pdf. Pada tanggal 23 Juli 2013.
[7] Dalam “ India-Rusia Coutry Studies”. diakses melalui http://countrystudies.us/india/133.htm. Pada tanggal 1 September 2013. Opcit.
[8] Dalam “India
Liberalization in the early 1990”. Diakses melalui http://www.photius.com/countries/india/economy/india_economy_liberalization_in_th~8830.html. Pada tanggal 23 Juli 2013. Opcit.
[9] S. Rajan, Ramkeshan. Sen, rahul. Dalam “India A Decade of Economic Liberalization”, diakses
melalui http://ramkishenrajan.gmu.edu/pdfs/publications/other_policy_briefs_and_opeds/2002_2003/04-71.pdf. Pada tanggal 2 Juli 2013.
[10]
Philippe Aghion, Robin Burgess, Stephen Redding, and
Fabrizio Zilibotti Dikases melalui http://econ.lse.ac.uk/staff/rburgess/wp/abrz.pdf. Dalam “The Unequal Effects of Liberalization: Evidence from
Dismantling the License Raj in India” . Pada tanggal 3 Nopember 2013.
[11] Ramkishen S. Rajan. Dalam “India: A Decade of Economic Liberalization”.
Senior Lecturer, School of Economic, University of Adelaide Rahul Sen. Research
Associate, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore. Evian Group
Compendium April2002.Diakses melalui http://ramkishenrajan.gmu.edu/pdfs/publications/other_policy_briefs_and_opeds/2002_2003/04-71.pdf. Opcit hal
10.
[12] ibid
[13] Bhattacharjee
, Subhomoy . Dalam “How WB, IMF
got India to adopt reforms in 1991”.New
Delhi, Sep 17 2010. Diakses melalui http://www.financialexpress.com/news/how-wb-imf-got-india-to-adopt-reforms-in-1991. Pada tanggal 24 Juli 2013
Dubril Firm Loan menawarkan pinjaman aman dan tidak aman untuk individu, pembentukan pribadi dan umum tanpa agunan.
BalasHapustingkat bunga kami adalah pada tingkat yang terjangkau dari 2% dan kami proses pinjaman / pengadaan adalah yang terbaik yang pernah Anda dapat mendapatkan.
Kami menawarkan setiap jumlah pinjaman dan untuk alasan yang masuk akal.
Hubungi kami hari ini untuk pinjaman Anda melalui,
Email: dubrilloanfirm@gmail.com
Skype: dubrilloanfirm1