Oleh: Ahmad Mubarak Munir
Kebijakan
Neoliberalisme pada dasarnya telah diterapkan oleh sebagian besar negara
Amerika Latin, neoliberalisme muncul sebagai sebuah model pembangunan untuk
merespon krisis yang terjadi di Amerika Latin. Krisis yang terjadi di Amerika
Latin pada dasarnya dimulai sejak 1970an dan mencapai puncak pada awal 1980an,
dimana kebijakan neoliberal pertama kali diimplementasikan di Amerika Latin.
Kebijakan neoliberalisme ini diterapkan ditandai dengan masuknya IMF dan World
Bank sebagai bentuk intervensi untuk memulihkan krisis yang terjadi di Amerika
Latin. Sebelum kebijakan-kebijkan neoliberal diterapkan di Amerika Latin,
bentuk pembangunan yang dicanangkan adalah berorientasi pada pemikiran strukturalisme
dan dependency theory yang menggambarkan adanya negara core (inti)
dan negara pinggiran, dimana Amerika Latin merupakan representasi dari negara
pinggiran (phery-phery) dan peran negara sangat dominan dalam mengatur pasar,
tatanan ekonomi dunia baru juga menjadi salah satu asumsi teori ketergantungan.
Krisis Amerika Latin memberikan peluang besar penerapan
kebijakan-kebijakan yang berlandasan pada pemikiran neoliberal, dimana pemikiran
neoliberal berlandas pada pasar dan marginalisasi peran negara di dalam
ekonomi. Neoliberal berasumsi bahwa
liberalisasi pada ekonomi dunia dibutuhkan dan liberalisasi tersebut akan
mendatangkan keuntungan besar dari negara-negara berkembang.[1]
Dengan penerapan ini maka negara-negara Amerika Latin harus menerima
konsekuensi beberapa aturan yang dipersyaratkan IMF dan Bank Dunia dan
menjalankan kebijakan-kebijakan yang dicanangkan lembaga berbasis Washington Consensus tersebut. Sebagai
salah satu contoh penerapan ini adalah penjualan 100 perusahaan negara Meksiko
ke pihak swasta dan Chili harus menghapus segala bentuk hambatan dalam
perdagangan dan berointasi pada pasar serta menguatkan ekspor.
Perkembangan ekonomi negara-negara Amerika Latin pasca
penerapan kebijakan-kebijakan neoliberal yang dicanangkan IMF dan World Bank
pada dasarnya dapat dikatakan tidak berhasil sepenuhnya, ketimpangan ekonomi
berada pada titik yang sangat kontras, pembangunan ekonomi yang fokus pada
persaingan (competitiveness) menyebabkan inequality
dalam distribusi atau pemerataan kesejahteraan masyarakat. Konsep neoliberal
berasumsi bahwa ekonomi Amerika Latin yang terbuka untuk pasar dunia yang
memberikan kebebasan pada pihak swasta akan berdampak pada meningkatnya
investasi dan produktivitas sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Namun, menurut Staling dan Peres, studi dari Sembilan
negara Amerika Latin hanya tiga negara yang mampu meningkatkan investasi dalam
negeri yaitu Bolivia, Costa Rica dan Chile sedangkan dua negara dengan ekonomi
lebih besar Brazil dan Meksiko tidak mampu menunjukkan peningkatan yang
signifikan.[2]
Pengintegrasian
ekonomi Amerika Latin dengan pasar global sejatinya menyebabkan Amerika Latin
lebih bergantung dan tentunya rentan dengan pergeseran ekonomi global,
kebijakan neoliberal dalam praktiknya hanya memberikan mamfaat berlipat pada
sektor swasta karena negara tidak memiliki peranan yang signifikan dalam
mengatur sektor ekonomi. Neoliberael berasumsi bahwa stabilitas akan
menghasilkan pertumbuhan yang cepat dalam sektor produksi dan ketenegakerjaan,
namun hal ini sangat kontras dengan praktiknya, lapangan pekerjaan tidak sesuai
dengan ekspektasi dan pekerja menderita dari yang diharapakan mampu menyerap
aliran-aliran dana selama proses restrukturisasi ekonomi. Privatisasi
perusahaan negara juga menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran di Amerika
Latin, tidak hanya itu penerapan outward
oriented juga menyebabkan meningkatnya pengangguran di sektor industri.
Pertumbuhan di bidang ekspor tidak serta merta membangkitkan penyediaan
lapangan kerja dan adanya pergeseran yang cukup signifikan dalam sektor
ketenagakerjaan, menyebabkan buruh/pekerja menjadi rentan dan merasa tidak aman
atas sistem kontrak dan pergeseran pada sistem yang berlandas pada kompetisi,
sehingga berdampak pada tatanan dalam masyarakat dimana buruh akan dikondisikan
sesuai dengan kompetisi yang dimiliki.
Transformasi pada sektor ketenagakerjaan selama
proses penerapan kebijakan-kebijakn neolibereal memberikan efek negatif
terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan, efek negatif tersebut antara
lain;[3]
1. Unemployment Rate
(Tingkat Pengangguran): liberalisasi perdagangan, fiskal dan reformasi
ketenagakerjaan secara signifikan meningkatkan angka pengangguran. Privatisasi
perusahaan pemerintah menyebabkan adanya pengurangan jumlah pegawai nege ri dan
bekerja dengan sistem kontrak menjadi sebuah fenomena yang lumrah.
2. Real minimum wage
(upah minimum): dalam proses reformasi fiskal pemerintah harus memotong atau
mengurangi standar gaji dari standar sebelumnya dengan alasan efektivitas dan
memaksimalkan pekerja selama restrukturiisasi ekonomi.
3. Real wage;
liberalisasi perdagangan, fiskal dan tranformasi ketenagakerjaan cenderung menurunkan
nilai gaji sesungguhnya, hal ini diakibatkan dari kompetisi
perusahaan-perusahaan lainnya
4. Wealth effect;
kebijakan neoliberal juga menciptkan ketimpangan yang sangat besar antara
pemegang modal dan pekerja pada umumnya, terlebih secara menyeluruh terhadap
masyarakat di Amerika Latin.
Ketimpangan-ketimpangan yang disebabkan oleh penerapan
kebijakan-kebijakan neoliberal di Amerika Latin memberikan dampak sosial yang
menyebabkan munculnya protes-protes dari masyarakat serta akademisi atas
kondisi yang semakin menyulitkan perkembangan dan kemandirian Amerika Latin.
Sehingga dibutuhkan alternatif diluar kebijakan yang berlandas pada pemikiran
neoliberal. Salah satu alternatif tersebut adalah neostrukturalisme yang muncul
sebagai respon dari ketidakmampuan neoliberal dalam membangun Amerika Latin dan
memberikan kesejahteraan tanpa adanya ketimpangan dalam masyarakat, yang tetap
mempertahankan kolaborasi pemerintah dan pihak swasta dalam membangun
prekonomian di Amerika Latin.
[1] Gwynne,
“The Alternative to Neoliberalism” (Chapter 3) dalam Gwynne & Kay, 2004, Latin America Transformed: Globalization
& Modernity. hal,253.
[2] Gwynne,
“Structural reform in South America & Mexico: Economic & regional
perspectives” (Chapter 3) dalam Gwynne & Kay, 2004, Latin America Transformed: Globalization & Modernity, Ney York,
Oxford University Press Inc. hal.51
[3] Ibid., hal. 255.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar