“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Dampak Kebijakan Neoliberal



 Oleh: Ahmad Mubarak Munir


       Kebijakan Neoliberalisme pada dasarnya telah diterapkan oleh sebagian besar negara Amerika Latin, neoliberalisme muncul sebagai sebuah model pembangunan untuk merespon krisis yang terjadi di Amerika Latin. Krisis yang terjadi di Amerika Latin pada dasarnya dimulai sejak 1970an dan mencapai puncak pada awal 1980an, dimana kebijakan neoliberal pertama kali diimplementasikan di Amerika Latin. Kebijakan neoliberalisme ini diterapkan ditandai dengan masuknya IMF dan World Bank sebagai bentuk intervensi untuk memulihkan krisis yang terjadi di Amerika Latin. Sebelum kebijakan-kebijkan neoliberal diterapkan di Amerika Latin, bentuk pembangunan yang dicanangkan adalah berorientasi pada pemikiran strukturalisme dan dependency theory  yang menggambarkan adanya negara core (inti) dan negara pinggiran, dimana Amerika Latin merupakan representasi dari negara pinggiran (phery-phery) dan peran negara sangat dominan dalam mengatur pasar, tatanan ekonomi dunia baru juga menjadi salah satu asumsi teori ketergantungan.
Krisis Amerika Latin memberikan peluang besar penerapan kebijakan-kebijakan yang berlandasan pada pemikiran neoliberal, dimana pemikiran neoliberal berlandas pada pasar dan marginalisasi peran negara di dalam ekonomi. Neoliberal berasumsi bahwa liberalisasi pada ekonomi dunia dibutuhkan dan liberalisasi tersebut akan mendatangkan keuntungan besar dari negara-negara berkembang.[1] Dengan penerapan ini maka negara-negara Amerika Latin harus menerima konsekuensi beberapa aturan yang dipersyaratkan IMF dan Bank Dunia dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang dicanangkan lembaga berbasis Washington Consensus tersebut. Sebagai salah satu contoh penerapan ini adalah penjualan 100 perusahaan negara Meksiko ke pihak swasta dan Chili harus menghapus segala bentuk hambatan dalam perdagangan dan berointasi pada pasar serta menguatkan ekspor.

Perkembangan ekonomi negara-negara Amerika Latin pasca penerapan kebijakan-kebijakan neoliberal yang dicanangkan IMF dan World Bank pada dasarnya dapat dikatakan tidak berhasil sepenuhnya, ketimpangan ekonomi berada pada titik yang sangat kontras, pembangunan ekonomi yang fokus pada persaingan (competitiveness) menyebabkan inequality dalam distribusi atau pemerataan kesejahteraan masyarakat. Konsep neoliberal berasumsi bahwa ekonomi Amerika Latin yang terbuka untuk pasar dunia yang memberikan kebebasan pada pihak swasta akan berdampak pada meningkatnya investasi dan produktivitas sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.  Namun, menurut Staling dan Peres, studi dari Sembilan negara Amerika Latin hanya tiga negara yang mampu meningkatkan investasi dalam negeri yaitu Bolivia, Costa Rica dan Chile sedangkan dua negara dengan ekonomi lebih besar Brazil dan Meksiko tidak mampu menunjukkan peningkatan yang signifikan.[2]
Pengintegrasian ekonomi Amerika Latin dengan pasar global sejatinya menyebabkan Amerika Latin lebih bergantung dan tentunya rentan dengan pergeseran ekonomi global, kebijakan neoliberal dalam praktiknya hanya memberikan mamfaat berlipat pada sektor swasta karena negara tidak memiliki peranan yang signifikan dalam mengatur sektor ekonomi. Neoliberael berasumsi bahwa stabilitas akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat dalam sektor produksi dan ketenegakerjaan, namun hal ini sangat kontras dengan praktiknya, lapangan pekerjaan tidak sesuai dengan ekspektasi dan pekerja menderita dari yang diharapakan mampu menyerap aliran-aliran dana selama proses restrukturisasi ekonomi. Privatisasi perusahaan negara juga menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran di Amerika Latin, tidak hanya itu penerapan outward oriented juga menyebabkan meningkatnya pengangguran di sektor industri. Pertumbuhan di bidang ekspor tidak serta merta membangkitkan penyediaan lapangan kerja dan adanya pergeseran yang cukup signifikan dalam sektor ketenagakerjaan, menyebabkan buruh/pekerja menjadi rentan dan merasa tidak aman atas sistem kontrak dan pergeseran pada sistem yang berlandas pada kompetisi, sehingga berdampak pada tatanan dalam masyarakat dimana buruh akan dikondisikan sesuai dengan kompetisi yang dimiliki.
Transformasi pada sektor ketenagakerjaan selama proses penerapan kebijakan-kebijakn neolibereal memberikan efek negatif terhadap distribusi pendapatan dan kemiskinan, efek negatif tersebut antara lain;[3]
1.      Unemployment Rate (Tingkat Pengangguran): liberalisasi perdagangan, fiskal dan reformasi ketenagakerjaan secara signifikan meningkatkan angka pengangguran. Privatisasi perusahaan pemerintah menyebabkan adanya pengurangan jumlah pegawai nege ri dan bekerja dengan sistem kontrak menjadi sebuah fenomena yang lumrah.
2.      Real minimum wage (upah minimum): dalam proses reformasi fiskal pemerintah harus memotong atau mengurangi standar gaji dari standar sebelumnya dengan alasan efektivitas dan memaksimalkan pekerja selama restrukturiisasi ekonomi.
3.      Real wage; liberalisasi perdagangan, fiskal dan tranformasi ketenagakerjaan cenderung menurunkan nilai gaji sesungguhnya, hal ini diakibatkan dari kompetisi perusahaan-perusahaan lainnya
4.      Wealth effect; kebijakan neoliberal juga menciptkan ketimpangan yang sangat besar antara pemegang modal dan pekerja pada umumnya, terlebih secara menyeluruh terhadap masyarakat di Amerika Latin.
Ketimpangan-ketimpangan yang disebabkan oleh penerapan kebijakan-kebijakan neoliberal di Amerika Latin memberikan dampak sosial yang menyebabkan munculnya protes-protes dari masyarakat serta akademisi atas kondisi yang semakin menyulitkan perkembangan dan kemandirian Amerika Latin. Sehingga dibutuhkan alternatif diluar kebijakan yang berlandas pada pemikiran neoliberal. Salah satu alternatif tersebut adalah neostrukturalisme yang muncul sebagai respon dari ketidakmampuan neoliberal dalam membangun Amerika Latin dan memberikan kesejahteraan tanpa adanya ketimpangan dalam masyarakat, yang tetap mempertahankan kolaborasi pemerintah dan pihak swasta dalam membangun prekonomian di Amerika Latin.


[1] Gwynne, “The Alternative to Neoliberalism” (Chapter 3) dalam Gwynne & Kay, 2004, Latin America Transformed: Globalization & Modernity. hal,253.
[2] Gwynne, “Structural reform in South America & Mexico: Economic & regional perspectives” (Chapter 3) dalam Gwynne & Kay, 2004, Latin America Transformed: Globalization & Modernity, Ney York, Oxford University Press Inc. hal.51
[3] Ibid., hal. 255.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar