“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Neostrukturalisme Sebagai Sebuah Alternatif


Oleh: Ahmad Mubarak Munir
       Neostrukturalisme pada dasarnya bukan pemikiran atau kebijakan yang asing bagi negara-negara Amerika Selatan, sebelum terjadinya krisis pada tahun 1980an negara-negara  Amerika Latin sesungguhnya menggunakan konsep strukturalisme  yang berlandas pada pemikiran merkantilisme dimana negara memiliki peranan utama dalam mengatur prekonomian negara. Munculnya neostrukturalisme di Amerika Latin mendapat dorongan dari  respon masyarakat dan munculnya fenomena pink tide. Pada dasarnya fenomena pink tide merupakan sebuah fenomena terpilihnya beberapa kepala negara dari partai beridiologi kiri atau kiri tengah. Sepertinya terpilihnya Hugo Chaves pada tahun 1998 sebagai Presiden Venezuela dan F.H. Cardoso (1995-2002) menjadi awal munculnya pemerintahan yang mengkritik kebijakan neoliberal.
Neostrukturalisme dianggap sebagai bentuk lain dari neoliberalisme oleh beberapa ahli yang dikenal dengan sebutan neoliberal populish. Lieva berpendapat bahwa neostrukturalisme merupakan pemikiran lanjutan dari neoliberal model. Namun pada dasarnya ada perbedaan mendasar antara kedua pemikiran ini. Neostrukturalisme mengakuai asimetri dalam sistem ekonomi dunia dan menjadi bagian dari sistem juga dibutuhkan, akan tetapi neostrukturalisme mengadopsi pemikiran utama strukturalisme khususnya pentingnya peran negara dalam mengatur ekonomi, sehingga dengan demikian dikatakan sebagai neostrukturalisme. Pemikiran neostrukturalisme menekankan pada peran dan kebijakan negara dalam pembangunan, belajar dari pembangunan di Asia Timur yang berhasil secara selectif berintegrasi dengan ekonomi dunia dengan berkompetisi sehingga mendatangkan keuntungan dengan perencanaan yang baik dan penerapan kebijakan industri yang  fleksibel serta meningkatkan pengetahuan yang berbasis pada ekonomi.

Neostruktural memberikan perhatian lebih terhadap sektor swasta serta foreign direct investment dengan peran negara di dalamnya, kolaborasi negara dan sektor swasta dianggap mampu mendistribusikan kesejahteraan untuk menghindari ketimpangan ekonomi yang terlalu dalam. Dengan kata  lain neostrutur alisme menitikberatkan pada penghapusan kemiskinan dan ketimpangan dengan menekankan peran dan kolaborasi negara dangan NGO. Neostrukturalisme muncul sebagai sebuah alternatif yang cukup mampu dijelaskan dengan adanya phenomena terpilihnya kepala negara yang beraliran kiri dan kiri tengah di beberapa negara Amerika Latin yang dikenal dengan penomena pink tide.
Pembentukan Alianza Bolivariana para los Pueblos de Nuestra America (Aliansi Bolivarian untuk Rakyat Amerika – ALBA, 2004), Union de Naciones Suramericanas (Uni Bangsa-bangsa Amerika Selatan, UNASUR, 2008) dan Comunidad de Estados Latinoamericanos y Caribenos (Komunitas Negara-negara Amerika Latin dan Karibia, CELAC, 2011) didorong oleh bermunculannya kepala pemerintahan yang berhaluan sosialis/nasionalis yang ingin mewujudkan impian Simon Bolivar, yakni persatuan Amerika Latin secara politis, ekonomi dan ideologis. Terjadi pergeseran di Amerika Latin yang ditandai nasionalisme yang kuat dan dikecualikannya negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Hal ini dapat dibaca sebagai bentuk kekecewaan sebagian negara di kawasan terhadap model Pan-America, khususnya model ekonomi neoliberal.[1]
Terpilihnya Evo Morales sebagai Presiden Bolivia pada tahun 2005 menjadi salah satu contoh adanya pergerakan beberapa negara Amerika Latin dalam menentang neoliberalisme. Pada hari buruh tahun 2006 Presiden Evo Morales mengumumkan akan melakukan nasionalisasi  sumber daya energi Bolivia, terutama sektor pertambangan dan gas alam.[2] Namun konsep nasionalisasi yang dicanangkan tentunya mmenggunakan langkah-langkah yang diplomatis dengan meningkatkan pajak dan jenis pajak bagi perusahaan asing yang berinvestasi di Bolivia, ini sesuai dengan pemikiran-pemikiran neostructuralisme yang menekankan ekonomi dunia pada dasarnya bersifat hirarki dan menekankan perlunya kolaborasi antara swasta dan negara maju. Munculnya respon negatif beberapa negara Amerika Latin dalam menyikapi kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada pemikiran neoliberal dapat dikatakan sebagai muncul dan berkembangnya pemikiran-pemikiran neostructuralsime di beberapa negara Amerika Latin.


 [1] M. Siradj Parwito “Arah Integrasi di Kawasan Amerika Latin pada Abad ke-21” http://www.kemlu.go.id/
caracas/Pages/Embassies.aspx?IDP=175&l=id
, diakses tanggal 20 Mei 2014.

[2]Pembelokan Amerika Latin Ke Kiri Dan Medan Strategis Baru: Kasus Bolivia” http://www.nefos.org/?q=
node/32
, diakses pada 20 Mei 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar