Oleh: Arfianto Rifki
Berubahnya skala dan komposisi dari aliran modal asing, dimana telah
menjadi bagian dari negara berkembang, pada tahun 1970-an dapat dikatakan
sebagai asal mula terjadinya krisis di beberapa negara berkembang. Selama dekade tersebut hutang negara-negara di Amerika Latin meningkat secara
dramatis. Puncak dari krisis hutang luar negeri
ini terjadi pada awal tahun 1980-an,
dibuktikan oleh ketidakmampuan pemerintah negara-negara Amerika Latin untuk
membayar hutang luar negerinya. Kondisi tersebut membuat Bank komersil
menghentikan pinjaman. Hal ini menimbulkan
kenaikan permintaan dari negara berkembang dan juga keinginan bank swasta untuk
menyediakan modal asing.
Aliran
modal tersebut menimbulkan jumlah hutang negara-negara berkembang meningkat
dengan cepat. Pada tahun 1970, negara berkembang
secara keseluruhan mempunyai hutang sebanyak 72,7 milyar dollar pada pemilik
modal asing. Pada tahun 1980-an, total hutang luar negeri tadi mengalami lonjakan
yang fantastis menjadi 586,7 milyar dollar. Kebanyakan hutang tersebut dimiliki
oleh sebagian kecil negara. Amerika Latin merupakan penghutang terbesar. Hutang
luar negeri terbesar 7 negara Amerika Latin seperti Argentina, Brazil, Chili, Colombia,
Mexico, Peru dan Venezuela meningkat 10 kali lipat antara tahun 1970 sampai
1982. Pada akhir tahun 1980-an, tujuh negara
tersebut mempunyai hutang sebesar 80% dari total hutang Negara Amerika Latin
dan sekitar sepertiga dari total hutang luar negeri negara berkembang di dunia.
Pada
awalnya, aliran modal tersebut dapat
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Negara-negara Amerika Latin
mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 5,6 persen pertahun antara
tahun 1973 sampai 1980. Beberapa negara Amerika Latin mempunyai pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat. Di Brazil, sebagai salah satu peminjam terbesar, rata-rata pertumbuhan ekonominya mencapai 7,8%
pertahun antara tahun 1973-1980.Begitu pun dengan negara
penghutang terbesar lainnya seperti Mexico, mempunyai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% pada
periode yang sama.Dibalik pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut ada beberapa
tren yang semakin mengkhawatirkan. Permasalahan hutang mulai muncul ketika
pertumbuhan hutang semakin tumbuh pesat dan menjadi lebih besar dari pada
kemampuan negara untuk membayar hutang tersebut. Kapasitas pembayaran hutang
yang dimiliki oleh sebuah negara adalah kemampuan negara untuk membayar bunga
dan angsuran yang ditentukan oleh prasyarat hutang. Ini bisa digambarkan
sebagai rasio dari kemampuan pembayaran hutang dengan pendapatan eskpor.
Sehingga jika sebuah negara mengalami kenaikan jumlah hutang luar negerinya
maka negara tersebut harus meningkatkan juga ekspornya sehingga negara itu
mampu untuk membayar angsuran dan bunga hutang luar negerinya.
Secara garis besar, krisis hutang luar negeri di Amerika Latin diakibatkan
oleh dua situasi utama. Pertama, ketika ada kenaikan tingkat suku bunga
di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Amerika Serikat mulai
meningkatkan tingkat suku bunganya pada tahun 1979 sebagai sarana untuk
mencegah inflasi. Kenaikan suku bunga tersebut kemudian menjalar secara
langsung ke Amerika Latin karena dua pertiga hutang luar negeri Amerika Latin
menganut tingkat suku bunga variabel. Kedua, datang dari resesi yang melanda negara-negara
industri maju yang disebabkan oleh tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Resesi
tersebut menimbulkan menurunnya ekspor Amerika Latin sehingga mengakibatkan
menurunnya persentase ekspor sebanyak 10 poin pada akhir tahun 1980.
Oleh karena itu, pemerintah kemudian berpaling pada IMF dan Bank Dunia
untuk memperoleh bantuan dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikan reformasi ekonomi yang luas untuk mendapatkan bantuan
tersebut. Koalisi kreditor, IMF dan Bank Dunia, membuat rejim hutang internasional yang
mendorong biaya dari krisis tersebut kepada negara-negara penerima pinjaman
dengan menyediakan hubungan akses pada tambahan modal asing dengan mengadopsi
reformasi kebijakan yang berorientasi pasar yang lebih dikenal dengan outward oriented dan market-led. Outward oriented merupakan suatu
kebijakan yang mempromosikan ekspor pada pembeli asing. Sedangkan, market-led adalah pendekatan bisnis
dimana kebutuhan dan keinginan pelanggan diidentifikasi melalui riset pasar
sebelum merancang atau menawarkan barang atau jasa. Komunitas
perbankan internasional mendukung pandangan ini. Operasi restrukturisasi hutang, program
sponsor IMF, dan pinjaman penyesuaian struktural Bank Dunia merupakan elemen
penting dari strategi ini, antara 1983-1988, negara-negara Amerika Latin
terlibat dalam 29 operasi restrukturisasi hutang dengan Bank-Bank swasta. Namun
demikian, kekurangan keuangan masih dirasakan Amerika Latin. Sampai pada tahun 1989, terjadi terobosan
dalam pendekatan untuk mengatasi krisis hutang ketika kreditor internasional
dan institusi multilateral mengakui bahwa penyediaan beberapa pengampunan utang
bisamenjadi dalam kepentingansemua orang.Hasilnya
dikenal dengan “Brady Plan”, yang mendorong
kreditor masuk kedalam persetujuan hutang sukarela dengan negara-negara
debitor. Ada dua mekanisme untuk mengurangi beban hutang. Pertama, penggunaan skema pengurangan hutang didasarkan pada
operasi pasar sekunder yang didorong secara aktif. skema
inimemperoleh momentumkhususnya setelah1988, ketika, di
sejumlahnegara, debt-equity
swapsmenjadimodus pentinguntuk menarik investasibaru dariTNCdanprivatisasiBUMN.
Kedua,perjanjianhutang-reduksi langsung antarabank
krediturinternasional danmasing-masing negaramenjadi lebih umumsetelah
pengenalanBrady Plan. Namun demikian,
meskipunskemarestrukturisasi hutang dilaksanakan, Amerika
Latintetapterbebani olehhutang sampai tahun 1990 di mana total hutang
Amerika Latin US$ 480 Milyar dan krisis hutang berakhir pada pertengahan
1990an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar