(Laporan Penelitian)
I.
Latar
Belakang
Pada
awalnya Ambarawa merupakan sebuah kota militer di masa Pemerintahan Kolonial
Belanda. Saat itu Raja Willem I memerintahkan kepada pemerintah Belanda yang
ada di Indonesia untuk membangun stasiun kereta api baru yang memungkinkan
pemerintah untuk mengangkut tentaranya ke Semarang. Pada tanggal 21 Mei tahun
1873, stasiun kereta api Ambarawa mulai dibangun di atas tanah seluas 127.500
m². Pada awalnya stasiun ini lebih dikenal sebagai Stasiun Willem I. Pembangunan
Stasiun Willem I merupakan rangkaian pembangunan perkeretaapian seiring
dibukanya jalur keareta api dari
Semarang-Kedungjati-Ambarawa-Secang-Yogyakarta. Ambarawa merupakan salah satu
kota yang termasuk ke dalam fase pertama pembangunan jalur KA oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschppij
(NIS). Stasiun
Ambarawa menjadi satu-satunya stasiun di Indonesia yang memiliki titik
pertemuan antara lebar sepur 1.435 mm ke arah Kedungjati dan lebar 1.067 mm ke
arah Yogyakarta melalui Secang dan Magelang. Hal ini masih bisa terlihat bahwa
kedua sisinya bangunan stasiun kereta api ini dibangun peron untuk
mengakomodasi ukuran lebar sepur yang berbeda.
Kepemilikan
aset perkeretaapian di Indonesia, khusunya stasiun Ambarawa seiring kalahnya Sekutu terhadap Jepang, secara
otomatis berpindah menjadi milik Jepang. Pemindahan kepemilkan ini
mengakibatkan berhentinya operasi stasiun Ambarawa, karena pada dasarnya tujuan
didirikan stasiun ini adalah untuk mengangkut pasukan Belanda dari Ambarawa ke
Pelabuhan dan hasil bumi yang ada di daerah Secang, Magelang, dan Temanggung.
Kemudian setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, maka seluruh aset dari
bekas kolonialisme beralih tangan menjadi milik Indonesia, termasuk di dalamnya
Stasiun Ambarawa.
Perkembangan
lingkungan sosial ekonomi telah menggusur peran KA sebagai sarana transportasi.
KA kalah bersaing dengan kendaraan jalan raya, seiring perhatian pemerintah
dengan membangun infrastruktur jalan raya yang demikian luas sampai ke pelosok
desa. Perusahaan otomotif juga berkembang cepat, akhirnya peran KA tergusur,
terutama pada lintas wilayah yang kurang
potensial seperti jalur Kedungjati-Ambarawa. Kondisi tersebut menyebabkan banyaknya jalur KA yang dinon aktifkan. Dari
tahun ke tahun kondisi perkeretaapian semakin memburuk, hal tersebut
dikarenakan minimnya okupansi penumpang yang berakibat pada pemasukan
perusahaan kereta api saat itu. Sejak masa Djawatan Kereta Api (DKA) sampai dengan
berubah status perusahaan menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA),
perusahaan ini tidak mampu lagi membiayai pemeliharaan asetnya yang demikian
besar. Salah
satunya lintas Kedungjati-Ambarawa ditutup operasinya karena merugi.
Museum
kereta api Ambarawa sendiri didirikan
pada tanggal 6 Oktober 1976 yang bertempat di Stasiun Ambarawa. Selama 2 tahun
pasca didirikan, Djawatan Kereta Api Indonesia sebagai perusahaan kereta api sat itu,
mengumpulkan aset dan melakukan perbaikan infrastruktur museum. Kemudian Peresmian
Stasiun Willem I menjadi Museum KA Ambarawa sendiri dilakukan pada tanggal 21 April 1978
oleh Menteri Perhubungan Roesmin Noerjadin. Di Museum ini tersimpan beberapa
lokomotif uap tua, kereta kayu, mesin hitung, mesin ketik, pesawat telegraf
morse, pesawat telepon, bel genta perlintasan, kursi, meja dan peralatan
perkeretaapian pada masa lalu. Benda-benda perkeretaapian masa lalu menyimpan
banyak kenangan bagi perjalanan sejarah perkereta
apian di Indonesia. Museum kereta api uap Ambarawa,
merupakan museum kereta api uap terbuka yang terdapat pada kompleks bangunan
stasiun. Selain itu, pembangunan museum kereta api uap ini juga bertujuan untuk
melestarikan lokomotif uap yang kemudian
berada pada masa pemanfaatan kembali ketika jalur rel 1.435 mm milik Perusahaan
Negara Kereta Api milik Belanda ditutup.
Museum KA Uap ini memiliki
koleksi sebanyak 21 buah
lokomotif uap. Saat ini setidaknya, terdapat 4
lokomotif yang masih dapat
dioperasikan (2 lokomotif diesel dan 2 lokomotif uap). Koleksi yang lain dari
museum adalah telepon antik, peralatan telegraf Morse, bel antik, dan beberapa
perabotan antik. Beberapa lokomotif uap adalah 2 unit kelas B 25 (Esslingen
0-4-2RT) yaitu B 2502 dan B 2503 (2 dari 3 unit lokomotif yang tersisa;
lokomotif ketiga, B 2501 dimonumenkan di Monumen Palagan Ambarawa). Dahulu,
terdapat loko uap kelas E 10 (Esslingen 0-10-0RT), bernomor E 1060 yang semula
dikirimkan ke Sumatera Barat pada tahun 1960 untuk menarik kereta api batubara,
tetapi kemudian dibawa ke Jawa, dan sebuah
lokomotif konvensional 2-6-0T C 1218 yang dihidupkan kembali pada tahun 2006
setelah lama disimpan di Cepu, kemudian direlokasi ke Ambarawa tahun 2002.
Namun, lokomotif E 1060 dipulangkan kembali ke Sawahlunto sedangkan lokomotif C1218 dibawa ke Surakarta dijadikan kereta wisata Jaladara. Baru-baru ini museum ini dapat
lokomotif diesel hidrolik D 300 23 yang berasal dari dipo lokomotif Cepu yang
dipindah ke dipo lokomotif Ambarawa pada 6 Oktober 2010. Lokomotif uap B 5112
yang buatan pabrik Hanomag, telah berhasil dihidupkan kembali setelah 30 tahun
mati. Museum Ambarawa juga mempunyai beberapa koleksi baru seperti kereta kayu
CR dari Madura, kereta kayu dari Kebonpolo, Magelang, NR kayu dari Balai Yasa
Yogyakarta, gerbong GR dari Balai Yasa Manggarai.
Selain menyimpan dan memamerkan
benda-benda bersejarah tentang perkereta apian di Indonesia, museum
kereta api uap ini juga melayani kereta wisata pegunungan dengan rute pulang
pergi Ambarawa-Bedono, Ambarawa-Tuntang dan lori wisata Ambarawa-Tuntang.
Kereta wisata Ambarawa-Bedono atau lebih dikenal sebagai Ambarawa Railway
Mountain Tour ini beroperasi dari museum ini menuju Stasiun Bedono yang
jaraknya 35 km dan ditempuh 1 jam untuk sampai stasiun itu. Kereta ini
sebenarnya sudah ada sejak dulu, tetapi ditutup pada 1980-an karena prasarana
yang rusak, kemudian dibuka kembali untuk melayani pengunjung museum pada 1978
saat jalur track relnya sudah menjadi seragam. Kereta ini melewati rel
bergerigi yang hanya ada di sini dan di Sawahlunto. Panorama keindahan alam
seperti lembah yang hijau antara Gunung Ungaran, Gunung Merbabu dan Gunung
Sumbing dapat disaksikan sepanjang perjalanan dengan menggunakan kereta api
wisata ini. Kesemua rangkaian wisata tersebut menggunakan lokomotif uap yang
masih menggunakan bahan bakar kayu bakar. Selain wisata kereta api pegunungan,
pemandangan yang dapat dinikmati dari kereta uap dan lori Ambarawa-Tuntang
tidak kalah indahnya. Kereta ini berangkat melayani penumpang wisatawan dari
stasiun Ambarawa menuju arah Timur yaitu Stasiun Tuntang yang berada sekitar 7
km dari museum. Di sepanjang jalan dapat dilihat lanskap menawan berupa sawah
dan ladang dengan latar belakang Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Rawa
Pening di kejauhan yang merupakan kawasan jalur wisata.
Museum KA
Ambarawa yang dikelola PT. KAI Daop 4 Semarang belum digali potensinya lebih
dalam. Bahkan kondisi Museum itu kurang terawat sampai akhir 2008.
Saat ini
pengelolaan Museum KA Ambarawa dibawah komando Pusat Pelestarian Benda dan
Bangunan PT. KAI atau EVP Heritage yang dipimpin Leilla Ubaidi ini sedang
menata Kawasan Museum KA Ambarawa, Bedono dan Tuntang. Dalam beberapa tahun ke
depan warisan sejarah ini akan memiliki prospek yang cerah di bidang pariwisata
Nusantara dan dunia. Selain untuk membangkitkan pembukaan jalur-jalur mati,
membangkitkan pariwisata Jawa Tengah dan Nusantara, targetnya pengembangan
Museum KA Ambarawa, Bedono dan Tuntang harus diakui oleh badan dunia seperti
UNESCO sebagai salah satu “World Heritage”
sehingga sebagai warisan dunia pembiayaan perawatan museum dapat dibantu oleh
badan dunia tersebut. Harapan PT. KAI Museum ini menjadi salah satu aset
kebanggaan PT. KAI, Indonesia dan dunia.
II. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat ditarik sebuah bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut “Bagaimana museum kereta api Ambarawa
dapat menjadi potensi wisata di Ambarawa?”
III. Landasan Konseptual
A.
Upgrading Strategy
Di masa sekarang persaingan
global semakin panas, dengan adanya persaingan antar aktor baik negara maupun
individu dan kelompok.Global Value Chain
merupakan sebuah respon yang dilakukan oleh aktor untuk dapat bertahan dalam
persaingan tersebut. Global value
chain yang mencakup fungsi, proses dan sarana
negara-negara untuk mempercepat pengembangan usaha dan memberikan peluang untuk
perusahaan negara berkembang dapat meningkatkan kemampuan mereka.
Ada tiga alasan mengapa analisis global value chain penting dalam era globalisasi yang cepat, yaitu[1]:
· Dengan pembagian pertumbuhan tenaga kerja dan penyebaran global produksi komponen, daya saing sistemik telah menjadi semakin penting
· Efisiensi dalam produksi hanya kondisi yang diperlukan untuk sukses menembus pasar global
· Masuk ke pasar global memungkinkan untuk pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan membutuhkan pemahaman tentang faktor-faktor dinamis dalam rantai nilai keseluruhan unutk menjadi yang terbaik.
Maka dari itu, aktor mempunyai
tugas untuk masuk ke dalam jaringan yang lebih luas demi keuntungan yang lebih
banyak. Hal ini membutuhkan disiplin, untuk mencapai standar tinggi dunia. Ini
juga membutuhkan basis awal kemampuan teknologi yang dibangun melalui inovasi.
Namun upaya tersebut layak dilakukan untuk akses ke pasar dan pengetahuan aktor
dalam perekonomian dunia. Akibatnya, kita harus melihat
tantangan dalam pandangan yang lebih luas, menangkap ide sentral yang mungkin
melibatkan perubahan di alam dan campuran dari kegiatan, baik di dalam setiap
hubungan dalam rantai tersebut, dan dalam distribusi kegiatan intra-rantai.
Salah
satu strategi dalam global value chain
untuk survive dalam kompetisi global
adalah upgrading. Aktor yang dapat
melaksanakan strategi upgrading akan
naik kelas karena kompetitif. Upgrading bertujuan untuk menaikkan kapabilitas (values) dan atau memperbesar akses.
Rapheal dan Mike Morris mengidentifikasi empat jalan yang dapat diadopsi oleh
perusahaan dalam mengejar tujuan upgrade, yaitu:
· Upgrading Process: Perbaikan dan efisiensi dalam proses, baik dalam perusahaan, atau sebagai hasil dari serangkaian terkait tindakan dalam hubungan antara perusahaan. Sehingga ini secara signifikan lebih baik daripada saingan, baik di dalam link individu dalam rantai.
· Upgrading Product: memperkenalkan produk baru atau memperbaiki (improvements) produk lama baik dalam perusahaan, atau sebagai hasil dari serangkaian terkait tindakan dalam hubungan antara perusahaan. Hal ini melibatkan perubahan proses pengembangan produk baru baik di dalam link individu dalam rantai nilai dan dalam hubungan antara link rantai yang berbeda.
· Functional upgrading: meningkatkan nilai tambah dengan mengubah campuran kegiatan dilakukan dalam perusahaan (misalnya, mengambil tanggung jawab, atau melakukan outsourcing akuntansi, logistik dan fungsi kualitas) atau memindahkan lokus kegiatan untuk link yang berbeda dalam rantai nilai (misalnya dari manufaktur untuk merancang)
Bagan 1: Functional upgrading in the value chain
·
Chain
Upgrading: pindah ke rantai nilai
baru
Strategi
upgrading pada dasarnya adalah strategi aktor untuk meningkatkan daya saing. Value
chain merupakan konstruksi penting untuk memahami distribusi
pengembalian yang timbul dari desain, produksi, pemasaran,
koordinasi dan daur ulang
yang mana kesemua itu dilakukan untuk dapat memenangkan kompetisi. Namun terkadang meskipun daya saing mungkin telah dicapai, modus
keterhubungan ke dalam ekonomi global
mungkin memerlukan fokus pada kebijakan makro dan
hubungan kelembagaan karena semakin banyak negara telah mengembangkan
kemampuan mereka dalam kegiatan industri, sehingga hambatan
masuk dalam produksi diberikan
dan tekanan kompetisi
meningkat. Hal ini membutuhkan respon kebijakan yang mampu memberikan daya saing perusahaan meningkat atau melindungi perusahaan dari persaingan. Kebijakan
pemerintah yang efektif dapat memudahkan bagi perusahaan untuk membangun
keuntungan ekonomi melalui penyediaan
akses yang lebih baik untuk keterampilan
manusia, dan infrastruktur
yang lebih baik dan intermediasi keuangan
yang lebih efisien daripada di
negara-negara kompetitor. Pemerintah juga dapat melindungi produsen dari kompetisi, bukan hanya melalui kebijakan-perusahaan tertentu seperti kontrol impor, tetapi juga melalui kebijakan specific
factor seperti kontrol imigrasi. Kebijakan
pemerintah untuk memfasilitasi integrasi
dan koordinasi kegiatan aktor yang melintasi batas-batas
nasional diperlukan:
·
Pembangunan infrastruktur transportasi. Jika sistem produksi dan distribusi global menjadi
lebih terintegrasi maka keandalan akan mudah dihilangkan dan efisiensi infrastruktur transportasi menjadi baik. Secara khusus, dalam rantai nilai terkoordinasi secara eksplisit, pembeli tergantung pada kisaran pemasok dan kontinuitas pasokan menjadi semakin penting.
·
Akses ke input impor. Perusahaan dalam
rantai nilai global sering
mengkhususkan diri hanya dalam satu
bagian dari proses, dengan perusahaan kasus yang
ekstrim yang hanya merakit produk. Salah
satu konsekuensi dari ini adalah bahwa kemudahan akses ke impor menjadi bagian penting dari
daya saing ekspor. Ini kemudahan akses melibatkan tidak hanya tarif rendah
atau bebas bea impor, tetapi juga
infrastruktur fisik dan birokrasi untuk memungkinkan barang yang akan diimpor cepat.
·
Akses ke tenaga kerja asing spesialis. Jika perusahaan terlambat dalam ekonomi global, mereka mungkin memerlukan ketrampilan khusus untuk mendukung proses
pembelajaran. Ijin kerja dan visa rezim tidak menghalangi kerja
para pekerja asing spesialis yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran.
·
Pemerintah harus sangat berhati-hati ketika negosiasi kebijakan perdagangan, dan kebijakan tertentu bilateral
perdagangan dan akses istimewa ke pasar di negara-negara maju, karena cara-cara di mana ini memfasilitasi atau menghalangi
upgrade. Terutama merusak skema prospek upgrade khususnya yang membatasi konten
lokal. Kebijakan perdagangan dan akses harus dipertimbangkan dalam terang prioritas pembangunan.
IV. Analisis
Dalam menganalisis potensi wisata di museum Ambarawa, penulis mengidentifikasi PT KAI sebagai aktor utama dalam mealakukan upgrading. Startegi upgrading yang telah dilakukan PT KAI sesuai dengan konsep yang ditawarkan oleh Raphael dan Mike Morris adalah upgrade proses, produk dan fungsional.
1. Upgrading Process
Penambahan kapasitas yang dilakukan oleh PT KAI pada wisata Museum
Ambarawa dilakukan dengan cara melakukan pelatihan-pelatihan bagi para teknisi
dan juga para pegawai yang mengelola bangunan-bangunan bersejarah
perkeretaapian Indonesai. PT KAI juga sudah membuka program perekrutan untuk
mencari sarjana museologi atau studi tentang kemuseuman.[2]
Sejauh ini, PT KAI baru punya sarjana museum yang baru menguasai tata letak. PT
KAI masih memerlukan sarjana yang menguasai manajemen untuk membuat strategi
dan menjual kekayaan warisan KA sebagai obyek wisata. Hal tersebut dilakukan
oleh PT KAI dengan membentuk sebuah divisi dalam tubuh perusahaan yang bernama
Unit Pusat Pelestarian, Perawatan, dan desain Arsitektur Bidang Non Bangunan
dan Museum Indonesian Railways Haritage.
2. Upgrading Product
Sejak dibuka pertama kalinya untuk umum, Museum Ambarawa memamerkan
beberapa koleksi lokomotifnya di tempat terbuka tanpa atap. Selain itu beberapa
lokomotif dan gerbong tampak tidak terawat dengan adanya beberapa karat di
badan kereta. Selain itu, penempatan dari koleksi lokomotif dan kereta tidak
tertata rapi karena berbentuk monument. Saat ini, lokomotif-lokomotif tersebut,
dibuatkan jalur baru disisi Utara peron bangunan stasiun yang menjadikan
beberapa koleksi tersebut tersusun rapi dengan rangkaian lokomotif beserta
gerbong. Terhitung sejak tahun 2012 lalu, PT KAI berupaya untuk merevitalisasi
beberapa koleksi lokomotif yang ada di museum tersebut, hal ini diupayakan
untuk dapat menambah nilai tambah pada wisata museum Ambarawa. Revitalisasi
dilakukan dengan cara membangun jalur baru disisi Utara bangunan stasiun yang
berfungsi untuk menata lokomotif-lokomtif dan jgua gerbong yang sebelumnya
berada pada sebuah monument yang terpisah. Selaint itu, untuk melindungi
koleksi dari sinar matahari dan hujan, PT KAI membuatkan tap khusus bagi
koleksi lokomotif dan kereta di sana. PT KAI terus berupaya untuk menjadikan
museum Ambarawa tidak hanya sebagai museum lokomotif uap semata, lebih dari itu
PT KAI berupaya untuk menjadikan Museum Ambarawa sebagai live museum steam
locomotife pertama yang ada di dunia. Hal ini dikarenakan selain mueum ini
memiliki koleksi lokomtif uap yang sudah rusak, Museum Ambarawa memiliki koleksi
lokomotif yang masih dapat berjalan dan beroperasi untuk membawa para wisatawan
menikmati pemandangan pegunungan.
Upgrading produk selanjutnya dilakukan oleh PT KAI dengan cara
merevitaslisasi beberapa bangunan yang ada di museum tersebut. Selain merevitalisasi
bangunan, PT KAI juga menambah beberapa bangunan sebagai sarana dan prasarana
yang mendukung wisata museum Ambarawa. Seperti menyediakan lebih banyak lagi
kamar mandi, memperluas lapangan parkir kendaraan, membangun lebih banyak lagi
bangunan yang akan difungsikan sebagai deretan toko. Beberapa jembatan dan juga
jalur rel yang melintasi di area museum juga diperbaiki. Seperti jalur kereta
api yang menghubungkan antara Stasiun Kedungjati dengan Stasiun Tuntang. Namun
dalam memperbaiki jalur tersebut PT KAI terkendala dengan banyaknya
bangunan-bangunan liar serta rumah warga yang berada di jalur mati tersebut dan
berdiri di atas lahan yang masih milik PT KAI.
Selanjutnya PT KAI juga terus
berusaha untuk mengumpulkan kembali koleksi benda-benda bersejarah peninggalan
pereketaapianyang ada di Indonesia, seperti pluit, topi PPKA, bangunan tiang
sinyal kereta, potongan jalur rel, lampu semboyan, timbangan ukur, alat
pemindah wesel pada jalur rel, dan juga alat pencetak karcis peninggalan
Belanda. Saat ini masih banyak dari koleksi-koleksi tersebut yang masih
diperjual belikan secara umum oleh masyarakat.
Upgrading produk yang dilakukan oleh PT KAI kaitannya dalam menciptakan
produk baru adalah dengan memberikan fasilias kererata api wisata unutuk
pengunjung museum. PT KAI tidak hanya menjadikan museum kereta api Ambarawa
sebagai bangunan yang memamerkan koleksi-koleksi benda bersejarah dari sejarah
perjalanan perkeretaapian di Indonesia. Namun juga menyediakan layanan
perjalanan wisata gunung dengan menggunakann kereta api uap dan diesel. Seperti
yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, Museum Ambarawa merupakan
satu-satunya museum lokomotif uap yang masih memilki koleksi lokomotif uap yang
dapat berjalan. Lokomotif ini, untuk jalur datar, lokomotif ini melayani
perjalanan wisata menuju Stasiun Tuntang. Sedangkan untuk jalur dan wisata
pegunungan lokomotif ini melayani dengan rute wisata menuju Stasiun Jambu dan Bedono yang mana jalur rel tersebut
merupakan satu-satunya jalur rel bergerigi yang ada di Indoensia. Selama
perjalanan pengunjung pun dimanjakan dengan pemandangan alam Ambarawa yang
letaknya diapit oleh 3 gunung Indah di Jawa Tengah. Selain itu penumpang kereta
api wisata museum ambarawa selama perjalanan berkesempatan untuk melewati obyek
wisata yang ada di ambarawa seperti Rawa Pening dan kampong rawa. PT KAI pun
menghidupkan jalur-jalur yang dilewati oleh kereta api wisata ini. Namun topografi
tanah yang telah berubah akibat pergeseran lempengan dan hilangnya sarana
kereta api seperti rel dan juga tiang sinyal juga, Pembukaan jalur yang
melewati beberapa bangunan padat penduduk dan juga jalan raya
Yogyakarta-Magelang dan Ketersediaan dana pembangunan menjadi kendala PT KAI
1. Functional Upgrading
Dalam mewujudkan museum Ambarawa sebagai museum kereta api uap terbesar dunia, PT KAI melakukan semua proses design, produksi, branding dan marketing sendiri. Dengan memilki semua asset perkeretaapian Indonesia, baik itu rel, stasiun, dan alat kelengkapan kereta lainnya, PT KAI mampu mengelolanya secara prosfesional hingga mneghasilkan benefit yang banyak. Dengan aset yang luar biasa ini, wajar jika manajemen PT KAI memiliki cita-cita menghidupkan kembali aset-aset yang selama ini mati untuk dijadikan museum KA terbesar se-dunia. Unit Konservasi Warisan dan Desain Arsitektur PT KAI memilki kewenangan untuk merancang set-aset yang dimiliki PT KAI sehingga perusahaannya diharapkan mampu membangun museum kereta api Ambarawa. PT KAI melalui Unit Pusat Pelestarian, Perawatan dan desain Arsitektur Bidang Non Bangunan dan Museum tengah menyusun pekerjaan besar untuk menginventarisasi dan mencatat sumber-sumber sejarah yang kemudian dijadikan sumber daya tarik wisata, termasuk juga melaksanakan pengumpulan dan pemugaran benda benda peninggalan yang kemudian dijadikan benda benda koleksi pada museum kereta api Ambarawa. Bidang Museum melaksanakan segenap kegiatan Permuseuman yang terdapat di museum Ambarawa termasuk program kegiatan awarness campaign dan publikasi nasional maupun Internasional.
Bagan 2: Functional upgrading museum kereta api Ambarawa
Seperti yang sudah dijelaskan,
upgrading bukan hanya salah satu factor penentu keberhasilan aktor dalam
memenangkan kompetisi global, namun juga harus ada peran pemerintah. Selain
dalam tingkat internasional, ruang lingkup kompetisi museum kereta api Ambarawa
juga berada pada tingkat nasional. Setelah dilakukan studi banding dengan
beberapa museum kereta api dan transportasi di Indoensia, pada dasarnya Museum
Ambarawa hampir tidak memiliki kompetitor wisata museum yang kuat di level
nasional, namun museum-museum tersebut mempunyai peluang menjadi kompetitor
museum Ambarawa di kemudian hari.. Adapun beberapa museum kereta api di
Indonesia yang berpotensi menjadi competitor Museum Ambarawa adalah sebagai
berikut:
1) Museum Kereta Api Sawah Lunto di Provinsi Sumatra Barat
Museum ini berdiri dan disahkan oleh PT.KAI dari fungsi awal sebagai
stasiun kereta api, sejarah singkat museum ini didirikan untuk mengenang
bagaimana perkeretaapian begitu penting didaerah Sawah Lunto, karena daerah ini
merupakan salah satu penghasil batubara. Pemerintah Belanda pada tahun 1880
membuat rel kereta untuk mengangkut hasil bumi tersebut. Salah satu yang
ditawarkan adalah dengan menyediakan perjalanan kereta api antara dengan
menggunakan kereta api uap dan diesel. Koleksi lokomotif yang berada di museum
kereta api ini tidak selengkap koleksi lokomotif yang berada di Ambarawa.
Museum Sawahlunto hanya memiliki 2 buah koleksi lokomotif, salah satunya adalah
koleksi lokomotif “Mak Itam” yang beroperasi sepanjang jalur yang berada di
Sumatera dan lokomotif Diesel dengan seri BB204. Perjalanan tiga jam ini
menyajikan pemandangan indah Danau Singkarak, dari Padang Panjang menuju
Sawahlunto. Meski beroperasi secara reguler setiap Minggu, namun kereta api
wisata ini dilengkapi dengan lokomotif uap yang menarik kereta penumpang
berdinding kayu ini juga bisa dicarter sesuai keinginan. Berbagai fasilitas,
seperti minibar, pendingin ruangan, kursi yang nyaman dan toilet yang bersih
bisa dinikmati dengan tarif per orang Rp50 ribu, sambil memasuki terowongan
Lubang Kalam dengan diiringi asap dan lengkinga suara dari lokomotif uap.
Kekurangan dari museum ini adalah, meskipun museum ini memiliki lokomotif uap
dan disel yang masih beroprasi melayani wisatawan, namun museum ini tidak
memiliki benda-benda peninggalan bersejarah dari perjalanna perkeretaapian.
Kelebihan Museum AMbarawa dari museum ini adalah, Museum Ambarawa memiliki
nilai historis sebagai bangunan yang masuk dalam rute pembangunan awal jalur
kereta api di Indonesia.
2) Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah
Museum ini berada didalam lingkungan kawasan taman mini indonesia Indah,
museum ini memiliki koleksi lokomotif uap dalam jumlah yang tidak selengkap
dibandingkan dengan koleksi lokomotif yang berada di museum kereta api
Ambarawa. Museum ini hanya menyajikan lokomotif dan gerbong kereta tanpa adanya
bangunan ppendukung seperti bangunan stasiun. Hal tersbut dikarenakan, memang
tidak terdapat bangunan stasiun kereta api di lokasi tersebut.
Selain museum kereta api yang
ada di dalam negeri, beberapa negara yang ada di dunia juga telah memiliki
museum kereta api sebagai tujuan wisata. Adapun beberapa negara yang memiliki
museum kereta api di dunia adalah sebagai berikut:
1)
Museum Kereta Api Saitama, Jepang
Jepang
merupakan negara pertama di dunia yang memiliki tekhnologi kereta api cepat.
Kereta api cepat tersebut tidak hanya digunakan sebagai moda transportasi
semata oleh sebagian besar penduduk dan juga wisatawan yang berkunjung. Museum
ini merupakan salah satu museum kereta api yang terkenal di Jepang, memiliki
koleksi lokomotif, dari mulai lokomotif uap sampai dengan kereta api Maglev
(kereta dengan menggunakan tenaga magnet). Meskipun demikian, museum ini
merupakan wisata museum yang hanya menyajikan koleksi lokomotif yang sudah
tidak lagi dapat berjalan.
2)
Museum Kereta Api Beijing
Dibangun
di sebuah gudang besar, luas museum mencakup 16.500 meter persegi. Kereta api
pertama dibangun di Cina pada 1876 dan rumah-rumah museum kereta api yang
dibangun antara 1881 dan 1979. Kereta api dibangun di Cina, Inggris, Amerika
Serikat, Jepang dan Belgia. Selain itu dalam museum ini juga terdapat koleksi
kereta Diesel dan listrik. Mulai dari kereta uap pertama kali di China sampai
dengan kereta yang digunakan pada masa kini.
Kelebihan yang dimiliki oleh
Museum Ambarawa dibandingkan dengan beberapa museum yang ada di Indonesia
lainnya maupun di Jepang dan di China adalah, Museum Ambarawa memiliki nilai
historis, karena bangunan yang dijadikan sebagai museum merupakan bangunan asli
bekas stasiun yang dulunya pernah digunakan untuk oprasional kereta api pada
masa Belannda. Selain itu, museum ini juga menjadi menjadi life museum
satu-satunya yang ada di dunia sebagai sarana wisaa edukatif, histori, dan juga
wisata yang inovatif . Sebagai museum, wisata ini nantinya tidak hanya
menyajikan rangkaian kereta api yang dipamerkan, tapi para pengunjung juga
dapat merasakan sensasi perjalanan dengan kereta api uap yang masih dapat
berjalan dengan menggunakan bahan bakar kayu.
Melihat potensi kompetitor museum
kereta api Ambara, PT KAI diharapkan terus melakukan strategi upgrading untuk
dapat meningkatkan daya saing. Setelah beberapa strategi upgrading yang
dilakukan penulis berpendapat bahwa ada pun strategi upgrading yang masih
dimaksimalkan adalah dilakukan oleh PT
KAI adalah upgrading produk seperti:
1. Menyediakan
sovenir berupa miniatur lokomotif uap dan segala cendramata yang berhubungan
denga kerata api
2. Menyediakan
homestay disekitar daerah pariwisata
3. Melakukan
promosi dalam bentuk pamflet, postingan di website internet
4. Menyediakan
sarana transportasi menuju lokasi museum
5. Menyediakan
Guide museum
6. Membuat
paket perjalanan wisata kereta api uap.
7. Menyediakan
perpustakaan yang memuat informasi tentang perkeretaapian
8. Menyediakan
simulator kereta api
9. Menyediakan
ruang visual
Rekomendasi Kebijakan dan
Kesimpulan
Saat ini, PT KAI berkomitmen untuk mewujudkan museum kereta api Ambarawa sebagai mueum kereta api uap terbesar di
dunia. Melalui pendekatan global value
chance, PT KAI berusaha untuk memberikan nilai tambah pada wisata museum
tersebut. Tidak hanya sebagai museum yang mendisplay barang pajangan, namun
museum juga memberikan fasilitas wisata kereta api uap bagi pengunjung. Namun
tentu saja PT KAI menghadapi beberapa hambatan dalam mewujudkan cita-cita
tersbut. Faktanya PT KAI berperan sendiri dalam pembangunan museum kereta api
Ambarawa, sehingga usaha tersebut kurnag maksimal.
Peran pemerintah diperlukan untuk program
pemugaran museum kereta api di Ambarawa ini. Kebijakan untuk memfasilitasi integrasi dan koordinasi kegiatan yang melintasi batas-batas nasional karena itu diperlukan:
1.
Pembangunan infrastruktur transportasi
·
Menyiapkan infrastruktur bangunan
penunjang sarana pariwisata yang ada di Ambarawa (penginapan, rumah makan,
stand souvenir).
·
Menjaga dan mengkondisikan
pemerataan serta perencanaan tata ruang.
·
Menyiapkan moda transportasi sebagai kemudahan akses untuk menjangkau
lokasi wisata.
2.
Akses ke input
impor
·
Menciptakan iklim bisnis yang
kondusif untuk mendorong pariwisata dan indstri pendukung lainnya. (mempermudah
perizinan bagi investor).
·
Melaksanakan event budaya ataupun
peringatan hari perjuangan dimana kereta api sebagai obyek utama.
3. Akses
ke tenaga
kerja asing spesialis.
·
Pelatihan pemberdayaan
masyarakat setempat.
·
Memberikan bantuan tenaga
kerja asing sehingga akan terjadi share
knowledge.
Dengan adanya sinergitas antara PT KAI
dengan pemerintah daerah setempat, diharapkan potensi yang ada di Kota Ambarawa
khsusunya Museum Kereta Api Uap dapat memberkan dampak positif bagi pembangunan
ekonomi masyarakat yang ada di sekitar lokasi tersebut. Sinergitas kedua aktor
tersebut diperlukan dalam hal efisiensi kinerja atas pembagian tugas sesuai
dengan bagiannya masing-masing antara PT KAI dengan pemertintah daerah.
Daftar Pustaka
Raphael
Kalpinsky and Make Morris, a handbook for
value chain research, IDRC: 2000
Dalam
“Museum Kereta Api Ambarawa, Pemberhentian Lokomotif Uap Yang Masih Bertenaga”.
Diakses melalui http://semarang.yogyes.com/id/see-and-do/museum-and-monument/museum-kereta-api-ambarawa/.
Dalam
“Jalur KA Jakarta-Ambarawa Aktif, Geliat Ekonomi Meningkat Pesat”. Diakses
melalui http://www.tribunnews.com/regional/2014/10/08/jalur-ka-jakarta-ambarawa-aktif-geliat-ekonomi-meningkat-pesat”.
Dalam
“Wisata Sejarah Kereta Api”. Diakses melalui http://www.readersdigest.co.id/travel/destinasi/wisata.sejarah.kereta.api/006/001/23.
Dalam
“Stasiun Willem I Lelap di Ambarawa”. Diakses melalui http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/06/stasiun-willem-i-lelap-di-ambarawa.
Dalam
“Kereta Uap Ambarawa, Lorong Waktu Menuju Masa Lalu”. Diakses melalui http://travel.detik.com/read/2014/11/09/160100/2728209/1025/kereta-uap-ambarawa-lorong-waktu-menuju-masa-lalu.
Dalam
“Museum Kereta Api Ambarawa”. Diakses melalui http://www.museumindonesia.com/museum/12/1/Museum_Kereta_Api_Ambarawa_Ambarawa.
Dalam
“Kereta Jakarta-Ambarawa Akan Segera Dioprasikan”. Diakses melalui http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/10/09/nd5l7u-kereta-jakartaambarawa-akan-segera-dioperasikan.
Dalam
“Stasiun Ambarawa Menjadi Museum KA Uap Terbesar di Asia Tenggara”. Diakses
melalui http://dok.joglosemar.co/baca/2014/10/21/stasiun-ambarawa-jadi-museum-ka-terbesar-di-asia-tenggara.html.
Dalam
“KAI Diminta Buka Rute ke Ambarawa”. Diakses melalui http://www.tempo.co/read/news/2014/10/09/092613085/KAI-Diminta-Buka-Rute-ke-Ambarawa.
Dalam
“Museum Kereta Api Uap”. Diakses melalui http://www.jatengprov.go.id/id/wisata/museum-kereta-api-ambarawa.
Dalam
“Wisata Kereta Api Termahal Habiskan 370 Juta Rupiah”. Diakses melalui
http://www.tempo.co/read/news/2014/04/01/204566970/Wisata-Kereta-Api-Termahal-Habiskan-Rp-370-Juta.
[1] Raphael Kalpinsky and Make
Morris, a handbook for value chain
research, IDRC: 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar