Oleh: Maharano Dwi Sepriani, Anita Shaleha, Haryo Prasodjo, Arfianto Rifqi, Nur Zakia Nasution
Pendahuluan
Masyarakat ekonomi
ASEAN merupakan suatu bentuk kerjasama antara negara-negara di ASEAN dimana
bentuk kerjasama tersebut direncanakan akan berlaku pada tahun 2015. Kerjasama
ini diberlakukan atas dasar pemikiran-pemikiran para pemimpin ASEAN yang ingin
membuat suatu pasar tunggal ASEAN. Hal ini dilakukan agar daya saing Pasar
ASEAN dapat bersaing dengan China dan India untuk menarik investasi asing.
Penanaman modal asing ini nantinya diharapkan dapat menguntungkan ASEAN untuk
meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraannya.dengan adanya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual
barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara
sehingga akan terjadi kompetisi yang sangat semakin ketat. Konsep utama dari AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN
adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis
produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi
dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang
kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan.[1] Untuk dapat memperoleh hasil yang
optimal tentunya perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.
Hal itu membuat semua negara ASEAN harus bersiap diri menghadapi pasar global
ASEAN yang semakin bebas terutama untk negara Myanmar sendiri.
Konsep Rational Choice
Dalam
menjelaskan keikutsertaan Myanmar dalam MEA 2015 ini menggunakan konsep
rational choice. Rational choice ini digambarkan ke dalam bentuk-bentuk game
theory seperti Prisioner Dilemma (Robert Keohane dan Stephen D. Krasner),
Payoff Structure (Robert Axelrod), dan juga oleh Kenneth A. Oye. Dalam teori
permainan tersebut, masing-masing menggambarkan tentang rasionalitas dalam
mengkalkulasi tindakan yang mengakibatkan keuntungan atau kerugian. Konsep
rational choice merupakan konsep yang berangkat dari asumsi neo realis. Dalam
asumsi neo realis, struktur internasional adalah anarki, dimana tidak adanya
satu kekuatan dominan yang dapat mengatur negara-negara dalam sistem
internasional. Dengan ketiadaan kekuatan yang dominan berarti tidak ada jaminan
bahwa terciptanya kepatuhan diantara negara-negara. Dengan kondisi seperti ini,
negara akan menjadi aktor yang dominan, dimana negara akan menjadi aktor yang
rasional dalam hubunganya dengan negara lain dan mencapai
kepentingan-kepentingan nasionalnya semaksimal mungkin. Arti minimum yang
inheren di dalam konsep kepentingan nasional adalah kelangsungan hidup. Dalam
pandangan Morgenthau, kemampuan minimun negara-bangsa adalah melindungi
identitas fisik, politik dan kulturalnya dari gangguan bangsa-bangsa lain. Dari
tujuan-tujuan umum ini para pemimpim suatu negara bisa menurunkan
kebijaksanaan-kebijaksanaan spesifik terhadap negara lain, baik yang bersifat
kerjasama maupun konflik. Menurut asumsi neo realis, di dalam struktur yang
anarki dimungkinkan untuk terciptanya kerjasama. Kerjasama akan terjadi apabila
kebijakan atau langkah yang ditempuh antara negara satu akan secara otomatis
menguntungkan negara lainya (adanya harmonisasi). Tetapi apabila kerjasama
tersebut tidak menemukan harmonisasi atau tidak sesuai satu sama lain maka akan
terjadi konflik. Rasionalitas merupakan pilihan yang diambil menurut kalkulsi
untung rugi, sehingga negara dapat mengambil keputusan yang paling
menguntungkan. Dalam perspektif neo realis yang mementingkan kepentingan
nasional di atas segalanya, kerugian harus di hindari untuk pencapaian
kepentingan nasioal secara maksimal. Dalam hal ini rasionalitas juga
membutuhkan adanya policy adjusment. Dalam proses pembuatan keputusan politik
luar negeri, Graham T. Allison mengajukan tiga model pembuatan keputusan ,
yaitu model Aktor Rasional, Proses Organisasi, dan Politik-Birokratis. aktor
rasional. Dalam model ini, politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari
tindakan-tindakan aktor rasional, terutama suatu pemerintahan yang monolit,
yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan. Pembuatan keputusan
politik luar negeri digambarkan sebagai auatu proses intelektual, dengan
demikian analisis politik luar negeri harus memusatkan perhatian pada
pene-laahan kepentingan nasional dan tujuan suatu bangsa, alternatif-alternatif
haluan kebijaksanaan yang bisa diambil oleh pemerintahnya, dan perhitungan
untung rugi atas masing-masing alternatif itu. dalam model ini para pembuat keputusan
diasumsikan sebagai pihak yang rasional dengan hasil keputusan yang rasional.
Myanmar dan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA)
Berbicara mengenai
Myanmar, tentu tidak terlepas dari peran Junta Militer dalam menjalankan roda
pemerintahan yang banyak dianggap oleh kalangan internasional merupakan rezim
pemerintahan yang kejam dan banyak melakukan pelanggaran HAM di negaranya.
Banyak tekanan politik ditujukan kepada Myanmar terkait kasus pelanggaran HAM,
demokrasi dan perdamaian di negara tersebut. Isu demokrasi, pelanggaran HAM dan
perdamaian Myanmar berimbas pada tahun 2005 ketika rotasi kepemimpinan Myanmar
menjadi ketua ASEAN 2006 yang cukup banyak
mendapat perhatian dunia Internasional dan menimbulkan pro dan kontra. Karena
banyak tekanan dari dunia internasional yang menganggap Myanmar banyak
mempunyai catatan pelanggaran HAM dan upaya-upaya
pendekatan ASEAN untuk merangkul Myanmar agar
tidak menduduki posisi ketua ASEAN. Akhirnya Myanmar mengundurkan diri
untuk menjadi ketua ASEAN 2006 melalui pernyataan yang dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri ASEAN. Dipandang
dari segi apapun, Myanmar adalah negara yang sangat tertutup. Baik dari segi
ada tidaknya partai oposisi, kebebasan media, kebebasan berkelompok, tingkat
pembangunan ekonomi, peradilan yang bersih, dan hak asasi manusia, semua
menunjukkan bahwa pemerintahan junta militer telah membawa Myanmar menjadi
sebuah negara yang dari segi pembangunan ekonomi lemah dan tidak terdapatnya
perlindungan terhadap kebebasan pers dan hak asasi manusia. Hal ini sangat
meresahkan rakyat Myanmar dan menuntut segera diberlakukan suatu sistem yang
baru yang bisa mengayomi rakyat Myanmar.
Posisi
Myanmar sebagai ketua ASEAN 2014 merupakan masa kepemimpinan yang krusial
karena tahun 2015 ASEAN akan mencanangkan era ASEAN Community dimana kepemimpinan Myanmar 2014 harus dapat
menjamin langkah-langkah tersebut dan mendukung langkah-langkah yang sudah
dilakukan keketuaan sebelumnya guna menjamin terwujudnya ASEAN Community 2015. Para pemimpin ASEAN
memberi catatan untuk Myanmar pada 2014 mendatang untuk menjadi negara yang
semakin demokratis. Maka dari itu para pemimpin ASEAN akan terus memonitor
perkembangan demokrasi di Myanmar. Keadaan perekonomian Myanmar yang terpuruk
adalah dampak yang paling mengerikan atas pemberlakuan sistem pemerintahan
otoriter yang dijalankan oleh Jenderal Ne Win. Karena sejak Ne Win menjalankan
kebijakan ekonomi tertutup seperti swasembada ekonomi dan menutup diri dari
pergulatan regional dan internasional, justru membuat perekonomian negara ini
semakin memburuk. Kebijakan ini merupakan suatu keputusan dari pemerintah untuk
membangun ekonominya sendiri tanpa bergantung pada investor asing maupun negara
lain. Myanmar menyadari bahwa di era persaingan global seperti saat ini,
Myanmar tidak lagi menutup diri untuk melakukan kerjasama dan beradaptasi
dengan negara-negara tetangga dan juga sebagai bukti keseriusan pemerintahan
Junta Militer Myanmar dalam memperbaiki perekonomiannya. Dengan alasan inilah
kemudian Junta Militer Myanmar akhirnya bergabung dengan ASEAN sebagai
organisasi yang solid dalam mendorong serta menstimulasikan pertumbuhan ekonomi
negara-negara anggotanya. Dan diharapkan dengan bergabungnya Myanmar menjadi
anggota ASEAN dapat mendekatkan diri dengan negara-negara kawasan regional dan
membangun hubungan kerjasama perdagangan baik yang bersifat regional maupun
internasional. Sehingga nantinya Myanmar mampu menjual atau mengekspor
produk-produk yang dihasilkan dari sumber daya alam yang dimilikinya.[2]
Presiden Myanmar U Thein Sein menyoroti
upaya ASEAN untuk menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif melalui pembangunan
usaha kecil dan menengah. Menurut dia, Myanmar menetapkan pembangunan UKM
sebagai salah satu prioritas perekonomian negara itu. program pengembangan
kapasitas UKM Myanmar bersama tiga negara ASEAN lain, yakni Kamboja, Laos, dan
Vietnam, di bawah Inisiatif Integrasi ASEAN Fase 2, akan membantu memperkecil
kesenjangan pembangunan di antara keempat negara tersebut dengan anggota ASEAN
lainnya. Tujuan lainnya adalah mempercepat integrasi regional. Pernyataan Thein
ini menarik, mengingat posisinya sebagai presiden pemerintahan sipil pertama
Republik Uni Myanmar. Ia menjabat sejak 30 Maret 2011. Sejak itu pula Myanmar
mulai melakukan berbagai kebijakan reformasi di bidang politik, ekonomi, dan
sosial-budaya. Khusus di bidang ekonomi, reformasi dilakukan lewat pendekatan
kebijakan fiskal dan moneter serta reformasi pelayanan perbankan. Semua
perkembangan positif itu mendapat pengakuan dari komunitas internasional yang,
antara lain, ditunjukkan dengan dikuranginya sanksi dari Amerika Serikat, Uni
Eropa, Jepang, dan Australia bagi negara berpenduduk 61 juta jiwa ini. Produk
impor dari Myanmar meliputi sumber daya mineral, kacang-kacangan, jati, matpe
hitam, dan tepung maizena. Thein mengimbuhkan, sebagai Ketua ASEAN 2014,
Myanmar juga mendorong negara-negara ASEAN supaya berupaya sekuat tenaga guna
mewujudkan integrasi ekonomi regional melalui liberalisasi arus barang, arus
jasa dan investasi, tenaga kerja terampil, serta arus modal. Tujuannya adalah
demi mewujudkan pencapaian Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Mengenai liberalisasi
arus modal, Thein Sein percaya upaya untuk melakukan liberalisasi tarif dan
pengembangan ASEAN Single Window akan meningkatkan arus perdagangan di antara
negara-negara ASEAN dan di luar kawasan ASEAN. Thein melanjutkan, saat ini
sebanyak 82,1 persen dari daftar langkah prioritas dalam cetak biru Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 sudah berhasil diimplementasikan.[3]
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kepentingan dan rasionalitas Myanmar dalam menyukseskan dan ikut berpartisipasi dalam MEA 2015 ini dapat dilihat melalui asumsi dasar dari Axelrod dan Keohane yang membagi 3 dimensi yang mempengaruhi actor melakukan kerjasama yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya kerjasama tersebut yaitu mutuality of interest, the shadow of the future, dan number of actors. Dalam hal ini kelompok kami berpendapat bahwa hal yang paling menonjol yang ditunjukkan oleh Myanmar adalah kecenderungan the shadow of the future dimana Ada 4 faktor yg membantu membentuk the Shadow of the Future, yakni:
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kepentingan dan rasionalitas Myanmar dalam menyukseskan dan ikut berpartisipasi dalam MEA 2015 ini dapat dilihat melalui asumsi dasar dari Axelrod dan Keohane yang membagi 3 dimensi yang mempengaruhi actor melakukan kerjasama yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya kerjasama tersebut yaitu mutuality of interest, the shadow of the future, dan number of actors. Dalam hal ini kelompok kami berpendapat bahwa hal yang paling menonjol yang ditunjukkan oleh Myanmar adalah kecenderungan the shadow of the future dimana Ada 4 faktor yg membantu membentuk the Shadow of the Future, yakni:
- Long Time Horizon, hubungan kerjasama terus berlanjut dalam
kurun waktu yang tak terhingga.
- Regularity of Stakes, interaksi yang terus menerus bukan a
single-play, satu kali permainan selesai.
- Reliability of Information about the Others’ Actions, informasi
yang bisa diandalkan tentang tindakan aktor lain.
- Quick feedback about changes in the others’ actions, feedback antara
kebijakan dan hasil yang cepat.
Hal ini dilihat dari kekuatan ASEAN yang
ingin maju dalam ekonominya dan menjadi persatuan negara-negara ASEAN yang kuat
dan dapat menyangi India dan Cina. Selain itu number of actors juga
berpengaruh dalam suatu bentuk kerjasama dalam rezim. MEA 2015 merupakan bentuk
kerjasama ekonomi yang melibatkan seluruh negara-negara ASEAN. Mau tidak mau
kerjasama tersebut harus dijalankan bersama dan juga harus dipatuhi bersama.
[1]DJKPI http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_content_id=857&detail=true diakses tanggal 14 September 2014
[2] Kompasiana, 2 Faktor yang Mendorong Keikutsertaan Myanmar dalam ASEAN diakses
di http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/01/03/2-faktor-yang-mendorong-keikutsertaan-myanmar-dalam-asean-330106.html
pada 14
September 2014
[3] Myanmar ingin sejajar dengan
ASEAN http://www.tempo.co/read/news/2014/08/25/092602107/Myanmar-Ingin-Sejajar-dengan-Negara-ASEAN-Lain diakses tanggal 14 september
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar