Oleh: Ahmad Mubarak Munir, Arnodya
Rizkiawan, Haryo Prasodjo, Rekha Kresana, Rochmy Hamdani Akbar, Zean Pratama
Protes anti pemerintah
sedang berlangsung di Thailand
sejak awal November 2013. Setelah stabilitas yang cukup memuaskan selama 3
tahun, demonstrasi di Bangkok
kembali terjadi sebagai bentuk ketidakpuasan kepada Perdana Menteri
Yingluck Shinawatra. Perdana
Menteri Thailand Yingluck Shinawatra dituntut oleh masyarakat Thailand untuk
mundur dari jabatannya. Demonstrasi besar-besaran ini dipicu kontroversi RUU
Amnesti Politik yang didukung pemerintah. Para demonstan menilai dukungan
pemerintah atas RUU tersebut merupakan upaya untuk memberi peluang Thaksin
kembali ke Thailand tanpa menjalani hukuman atas kasus korupsi. Untuk
menghentikan demontrasi, PM Yingluck berencana mengadakan Pemilu di bulan
Februari. Usul tersebut ditolak oposisi yang menghendaki pembentukan dewan
rakyat untuk menjalankan pemerintahan sebelum pemilu, serta melaksanakan
reformasi yang memerangi korupsi. Krisis politik yang berlangsung telah sejak
tahun 2013 tersebut memukul perekonomian Thailand dan menelan korban jiwa. Hal
ini memicu kekhawatiran terkait stabilitas politik dan keamanan di Thailand dan
di Asia Tenggara pada umumnya.
Demonstrasi anti-pemerintah secara
besar-besaran telah berlangsung di Bangkok. Kelompok anti pemerintah (oposisi)
serta Komite Reformasi Demokrasi Rakyat atau People's Democratic Reform Committee (PDRC) menuntut PM Yingluck
mundur dan melakukan reformasi sebelum pemilu. Demonstrasi ini melumpuhkan
Bangkok (Bangkok Shutdown). Kelompok
oposisi bersikukuh reformasi sistem pemilu harus dilakukan sebelum pemilu yang
independen siap digelar setidak-tidaknya satu tahun lagi. Mereka menginginkan
terbentuknya "dewan rakyat" yang ditunjuk untuk mengawasi reformasi
sebelum pemilu mendatang. Dekrit keadaan darurat diberlakukan untuk
meningkatkan keamanan dan memastikan bahwa pemilu dini 2 Februari yang
ditentang oleh para demonstran dapat berjalan tanpa gangguan. Sampai pada
tanggal 22 Januari 2014, demonstrasi anti-pemerintah terus berlanjut di ibukota
Bangkok sementara demonstrasi dengan kekerasan telah meluas di wilayah Thailand
Utara.[1]
People's
Democratic Reform Committee(PDRC) mengancam akan melumpuhkan Bangkok (Bangkok
Shutdown) dengan tidak mengenal batas waktu[2].
Hal tersebut dilakukan dengan menutup jalan utama ke kompleks pemerintahan
serta pusat perekonomian. Demi alasan keamanan para pegawai pemerintah
diliburkan, namun pusat-pusat bisnis masih tetap beroperasi secara normal.
Pelumpuhan tersebut baru akan dihentikan setelah PDRC memenangkan pertarungan.
Pergerakan PDRC itu menuai gerakan massa propemerintah di bagian utara
Thailand, yang pada pemilu sebelumnya dikuasai partai Pheu Thai yang pro
pemerintah. Sejauh ini para pemimpin partai masih percaya bahwa militer tidak
akan melancarkan kudeta.Perdana Menteri Yingluck telah menegaskan bahwa dirinya
tidak akan
mundur. Ia menyatakan bahwa sudah menjadi tugasnya
untuk menjaga demokrasi dan mempunyai tugas konstitusional untuk tetap menjabat
sebagai perdana menteri. PM Yingluck berkeras bahwa satu-satunya jalan untuk
menyelesaikan krisis politik yang semakin dalam di Thailand adalah lewat
pemilihan umum. PM Yingluck telah memberikan usulan untuk menunda pemilu
menjadi 4 Mei 2014 serta mengusulkan pembentukan dewan reformasi nasional
sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan krisis politik yang sudah berlangsung
beberapa bulan[3]. Jika
rakyat tidak lagi menginginkan pemerintahan ini, maka mereka harus datang dan
memberikan suara dalam pemilihan umum. Sebagian besar lawan politik Yingluck
tidak menginginkan digelarnya pemilu Mereka khawatir lewat pemilu justru
keluarga Shinawatra atau sekutunya yang akan berkuasa kembali di Thailand.
Kelompok oposisi menolak semua tawaran politik yang diajukan pemerintah
berkuasa. Pertikaian politik yang sedang terjadi sepertinya tidak memiliki
jalan tengah. Sehingga Yingluck harus mencari alternatif solusi bagi kalangan
rakyatnya[4].
[1] Dalam “
Thailand Umumkan Status Darurat Selama 60 Hari”. Diakses melalui http://www.tempo.co/read/news/2014/01/22/118547191/Thailand-Umumkan-Status-Darurat-Selama-60-Hari.
Diakses pada tanggal 1 April 2014.
[2] Dalam “
Thailand Berlakukan Keadaan Darurat Demonstran Melawan”. Diakses melalui http://m.news.viva.co.id/news/read/475169-thailand-berlakukan-keadaan-darurat--demonstran-melawan.
Diakses pada tanggal 1 April 2014.
[3] Dalam “
PM Thailand Tegaskan Tidak Akan mundur”. Dikases melaui http://www.indonesiamedia.com/2014/01/15/pm-thailand-tegaskan-tak-akan-mundur/.
Pada tanggal 1 April 2014.
[4]
Hidriyah, Siti. Dalam “Krisis Politik Thailand dan Dampakya Terhadap Kawasan”.
Diakses melalui http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-2-I-P3DI-Januari-2014-60.pdf.
Pada tanggal 1 April 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar