“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Kudeta Venezuela tahun 2002


Eni Nurul C               (09260133)
Waidatun hasanah    (09260139 )
Dwi A Latief              (0926 0100 )

.      Latar Belakang

Penggunanan istilah anti –Amerikanisme telah muncul dalam katalog di tahun 1948-an, dan memasuki bahasa politik pada tahun 1950-an. Istilah yang berkaitan adalah “amerikanisasi “ (dimana Anti- Amerikanisme bagian dari respon terhadapnya) telah dipakai di Prancis pada tahun 1867.[1]
Hegemoni AS merupakan sekelindas ambisi untuk menjadi penentu politik dunia, polisi dunia, sekaligus penguasa ekonomi, dan perdaganagn dunia. Untuk mereaslisasikan ambisi itu, disusunlah sistem ekonomi, poliik,dan keamanann dunia serta kampanye ideologis yang mendukung kepentinagn negara adikuasa itu, meskipun menodai ruh demokrasi yang selalu didalihkan.
Aksi AS tersebut sebenarnya bukanlah hal yang baru. Tercatat dari 1898 hingga 1934, AS dengan segenap arogansinya telah melakukan intervensi militer terhadap sejumlah negara Amerika Latin, seperti Kuba, Meksiko, Nikaragua, Kolombia, Panama, Haiti, Honduras, dan Republik Dan Republik Dominika. Terhadap Amerika Sendiri, AS juga pernah berusaha menumbangkan pemerintahan Soekarno di tahun 1965.
Konsekuensi logis dari aksi-aksi hegemonik AS terhadap negara lain itu memacu terbitnya kebencian, yang kemudian bergeser menjadi antipati. Rupanya simpul itulah yang menyatukan presiden Venezuela Hugo Chaves beserta presiden Amerika Latin dan Iran sekarang getol menentang keras terhadap dominasi negeri paman Sam di dunia.
Simpul antipasti negara- negara Amerika Latin terhadap AS tersebutlah yang menguatkan negara negara Amerika Latin untuk berjuang keras menentang beberapa kontribusi kontribusi yang disponsori AS yang pada akhirnya tidak bisa menyelesaikan permasalahan di negara Amerika Latin. Upaya untuk keluar dari beberapa strategi rancangan ekonomi dan politik AS, Amerika latin berusaha mencari jalan keluar lain untuk menyelesaikan masalah masalah di negara mereka tanpa mengikuti anjuran AS .
Pergolakan kontra muncul seiring semakin agresifnya AS menyelinap masuk ke kawasan Amerika Latin melalu beberapa negara yang terlihat condong pro barat seperti Kolombia, Kostarika dan lainnya. Salah satu pemimpn yang dengan tegas menentang AS adalah Hugo Chaves pemimpin Venezuela yang menang dalam pemilu pada tahun 1999. Kecaman kecaman keras keluar dari beberapa pemimpin Amerika Latin termasuk Hugo Chaves yang geram dengan ulah AS yang dianggapnya sebagai penyebab kondisi tidak stabilnya dan perusah keharmonisan kawasan Amerika Latin. Hugo Chaves sendiri mempunyai catatan buruk bagi AS.

Pelanggaran Chaves terbesar adalah keberanianya mencap serangan As atas Afganistan pasca 11 September, sebagai “melawan terorisme dengan terorisme”. [2] selain itu juga penolakan kerjasama yang di ajukan oleh AS juga menjadi sumber kemarahan AS kepada pemimpin Venezuela tersebut. Hugo Chaves yang bersimpati atas keadaan partnernya Kuba atas cengkraman AS juga membuat Hugo Chaves semakin keras menentang AS.
Chaves juga menjadi pelopor gerakan anti – Amerikanism di Amerikal latin, yang gan juga meluas di kawasan lainya. Dengan mengkonsolidasikan hubungan dekat dengan Fidel Castro, Chaves menegaskan kepercayaan revolusionernya dan mencoba menempatkan dirinya sebagai pemimpin Amerika Latin di masa depan yang mendorong gerakan anti – Imperialisme. Kepemimpinan itu memang berhasil dengan munculnya pemimpin pemimpin negara Amerika latin lainya yang bersikap kritis dan melawan terhadap kebijakan AS di Amerika Latin.[3]
Beberapa cara dilakukan oleh AS untuk meluluhkan rezim Hugo Chaves baik melalui perundingan sampai dengan kecaman keras. Pergolakan yang timbul di Venezuela pada tahun 2002 merupakan salah satu fenomena yang mengikutsertakan nama AS menjadi pihak yang dipertanyakan keberadaanya. Kudeta yang dilakukan oleh seorang pengusaha yang bernama Pedro  Carmona Estanga tampil sebagai Presiden Venezuela yang terlihat sebagai respon atas kudeta oleh pihak pembangkang terhadap kepemimpinan Hugo Chaves.
Aksi Kudeta yang menyebabkan bentrok dari masing masing pendukung, menyebabkan peristiwa berdarah di Venezuela dan menjadi topik pembicaraan yang kotroversial. Begitu juga hal lain yang menjadi sorotan yaitu dimana kudeta tersebut ternyata juga menyeret pembangkang yang terdiri dari beberapa orang penting di Venezuela. Barisan pemberontak melibatkan kolonel AU Venezuela dan beberapa perwira AL Venezuela dan beredar pula kabar uang sogokan untuk para pemberontak atas upaya mereka melawan Hugo Chaves.
Ketika aksi kudeta di rencanakan, pihak AS bertemu dengan  tokoh-tokoh kunci di Venezuela dan Washington. Pertemuan tersebut yang yang memunculkan spekulasi keterlibatan AS dalam kudeta terhadap Hugo Chaves mengingat agresisifitas AS di Amerika latin semakin meningkat dengan menggandeng beberapa negara negara Amerika Latin yang setia kepada AS, dan di balik itu semua juga memungkinkan munculnya beberapa kepentingan kepentingan AS lain yang tersembunyi di kawasan Amerika Latin termasuk di Venezuela.
Kudeta di Republik Bolivarian Venezuela yang dilakukan oleh para oposisi Venezuela yang bekerjasama dengan pembangkang dari angkatan AL dan AU Venezuela pada 11 April 2002 berhasil membuat Chaves yang kala itu terjebak dalam Istana Kepresidenan untuk melakukan pengunduran diri sesuai dengan permintaan kelompok militer pembangkang.
Pesan pengunduran diri yang disampaikan oleh Jenderal Lucas memberi angin segar bagi keberadaan kalangan elit menengah ke atas yang menginginkan Venezuela menjadi negara demokratis dan menggulingkan Chaves yang dinilai terlalu otoriter dan menentang AS.
Kudeta yang dilancarkan memang tidak lepas dari isu keberadaan AS sebagai dalang maupun pendukung di belakangnya. AS dalam upayanya menghegemoni negara kawasan Amerika Latin berusaha untuk mengeruk sumber modal strategis dan isu utamanya adalah sumber minyak. Venezuela adalah negara penghasil minyak terbesar kelima di dunia dan pemasok minyak terbesar ketiga di AS. Ketidaksepahaman antara Chaves yang vokal dengan aksi-aksi penentangan terhadap AS, dinilai AS sebagai ancaman karena Chaves memiliki keberanian untuk menghujat AS dan bekerjasama dengan negara kawasan Amerika Latin lain yang juga menentang hegemoni AS seperti menjalin kedekatan dengan Fidel Castro, Kuba. Chaves juga membentuk kekuatan regional dengan mendirikan Alternative Bolivariana Para Las Americana (ALBA) sebagai boikot terhadap FTAA dengan mendorong blok perdagangan berorientasi sosial, egaliter, dan keadilan bagi kemanusiaan dibanding dengan maksimalisasi profit sebagai konsep FTAA. Selain itu juga membuat dua proyek besar, yakni Petrosur dan Telesur untuk memperkuat persatuan dianatar negara-negara Amerika Latin.
Tindakan yang diprovokasi oleh Venezuela tersebut menjadi ancaman bagi AS karena berusaha melakukan penetrasi AS di kawasan Amerika Latin. Konsep demokrasi dan globalisasi yang diusung AS dengan statusnya sebagai polisi internasional mengaburkan kepentingan nasional sebagai misi AS sebenarnya di kawasan Amerika Latin. Chaves yakin bahwa ikut campurnya AS dalam kawasan, membawa dampak negatif terhadap perkembangan negara-negara kawasan melalui bendera demokrasinya. Hal itu hanya sebagai kedok untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Di Venezuela, AS berusaha memprivatisasi perusahaan minyak negara.
Aksi Chaves untuk menasionalisasi perusahaan minyak negara menjadi sasaran reformasi utama untuk mencapai kendali nasional yang besar atas sumber minyak dengan mengubah perjanjian dengan perusahaan minyak asing. Aksi penentangan atas AS juga dilakukan secara nyata melalui penolakan deklarasi perang AS melawan gerilya Kolombia, menutup ruang udara venezuela untuk penerbangan melawan narkoba AS[4] dan menolak Zona Perdagangan Bebas.
Aksi-aksi Chaves tersebut sangat mungkin menjengkelkan AS karena Chaves membuat AS tidak mampu memperluas hegemoninya sehingga sangat logis jika AS berada di balik kudeta yang dilakukan oleh pembangkang Venezuela. Namun ternyata, Chaves yang dinilai populis berhasil merebut kembali kekuasaan yang dipegang oleh Pedro Carmona dengan bantuan militer yang awalnya membangkang karena tidak puas atas keputusan-keputusan yang dikeluarkan Presiden Carmona. Perebutan kembali kekuasaan oleh Chaves mengaburkan impian AS untuk memegang kendali atas Venezuela dengan meminggirkan Chaves.
1.      Rumusan Masalah
Sehubungan dengan permasalahan yang penulis utarakan dalam latar belakang tersebut diatas maka rumusan penelitian dalam paper ini ada beberapa poin, yakni mengapa AS menginginkan Hugo Chaves mundur dari kepresidenan melalui upaya Kudeta?
2.      Konsep dan Landasan Teori
a.       Teori Kudeta
Istilah kudeta berasal dari bahasa Perancis, yakni coup d’etat yang berarti pukulan terhadap negara, sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang secara ilegal dan seringkali bersifat brutal, inkonstitusional berupa “pengambilalihan kekuasaan”. Kudeta memuat kajian tentang bagaimana suatu paksaan dari pihak dalam pemerintah maupun pihak luar, dalam hal ini oposisi dapat menggulingkan pemerintahan yang sah sekalipun. Kudeta adalah aksi politik yang melibatkan beberapa aspek guna merebut kekuasaan namun tanpa harus dibantu intervensi massa ataupun kekuatan bersenjata yang besar.[5]
Kudeta menurut Edward Luttwak adalah suatu aksi penggulingan kekuasaan yang terjadi dari infiltrasi ke dalam suatu segmen aparatus negara yang kecil tetapi menentukan yang kemudian digunakan untuk mengambil alih pemerintahan dari kendali unsur-unsur yang lain.
Di sebutkan juga pada salah satu situs bahwa kudeta adalah salah satu usaha satu organisasi atau lebih yang hendak menguasai suatu negara dan mengubah sebagian atau keseluruhan peraturan yang ada di negara tersebut.[6] Kudeta merupakan aksi legal yang berusaha untuk menumbangkan pemerintahan yang sedang berlangsung dengan mengusung beberapa alasan atas keburukan pemerintah yang sedang berlangsung tersebut.
Syarat utama untuk kudeta adalah kontrol dari semua atau bagian dari angkatan bersenjata, polisi, dan elemen militer lainnya.[7] Kontrol dari beberapa aparat negara merupakan salah cara untuk menggulingkan suatu pemerintahan, dengan cara tersebut maka kelompok oposisi atau kelompok pembangkang akan lebih leluasa dalam mengendalikan negara secara spontan. Dengan melakukan kerjasama dengan beberapa aparat tersebut rencana dapat diatur sedemikian rupa melalui pengendalian yang di serahkan kepada beberapa aparat tersebut untuk mendukung jalannya proses penggulingan suatru pemerintah.
Pembahasan
Republik Venezuela yang kemudian dirubah namanya menjadi “Republik Bolivarian Venezuela” dalam Konstitusi 1999 banyak menghasilkan perubahan, termasuk diantaranya perubahan nama negara dan perubahan struktur negara. Terdapat proses demokratis di dalamnya karena rakyat turut menentukan konstituante dan legitimasi rakyat dibutuhkan melalui proses referendum.
Keberhasilan Hugo Chavez dalam menjalankan pemerintahan sosialis di Venezuela, baik di dalam maupun di luar negeri. Reformasi ekonomi dan politik yang dilakukan oleh Chavez dan usaha pemerintah negara tersebut untuk mengentaskan kemiskinan serta mengurangi campur tangan asing dalam perekonomian. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi Amerika Serikat karena akan berpengaruh terhadap kepentingan nasionalnya di Venezuela.[8] Berbagai upaya dilakukan oleh Amerika Serikat dalam menggulingkan Chavez, diantaranya dengan membantu gerakan kudeta yang dilakukan oleh kelompok anti-Chavez (oposisi).[9] Namun, Chavez berhasil lolos dari kudeta tersebut dan menuduh Amerika Serikat berusaha menggulingkannya dan mendukung usaha-usaha oposisi untuk memaksakan pemisahan diri negara bagian Zulia di barat, lokasi tempat cadangan minyak negara tersebut.[10] Hal ini tentu saja menjadi publikasi buruk bagi Amerika Serikat yang mempunyai kepentingan di Venezuela. Karena Venezeula merupakan salah satu penghasil minyak dan gas terbesar di dunia. Amerika Serikat mempunyai kepentingan strategi dalam mempertahankan kendali atas negara-negara penghasil minyak dan gas.[11]
Keterlibatan AS dalam kudeta terhadap Hugo chaves pada tahun 2002. Indikasi keterlibatan AS dalam kudeta terhadap Hugo Chaves santer terdengar kuat. Anggapan tersebut memunculkan isu bahwa AS lah dalang dari Kudeta pada bulan april tahun 2002. Menilik beberapa kebijkan Hugo Chaves sebelumnya yang sempat membuat geram AS merupakan salah satu penyulut yang bisa dihubungkan dengan aksi kudeta terhadap Hugo Chaves. Hal ini yang dijadikan bambu runcing oleh AS untuk menekan karakter pemimpin Venezuela Hugo Chaves.
Koran The New York Times, berdasarkan informasi dari pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, kemarin melaporkan bahwa sejumlah pejabat senior pemerintahan George W. Bush bertemu beberapa kali dalam bulan-bulan terakhir dengan para pemimpin Venezuela yang mengkudeta Chavez. Mereka dikabarkan menyetujui penggulingan Chavez.[12]
Pertemuan pihak AS dengan beberapa tokoh penting Venezuela antara lain dengan Pedro Carmona yang sempat menjadi presiden sesaat Venezuela ketika Hugo Chaves menyerah, dan beberapa petinggi perwira lain seperti kolonel AU Pedro Soto dan pihak pihak lain yang terkait dengan peristiwa kudeta terhadap Hugo Chaves pada tahun 2002 tersebut dapat di artikan sebagai pertemuan desain menggulingkan posisi Hugo Chaves di Venezuela.






Kesimpulan
















Daftar Pustaka
Kudeta di Venezuela, 2007, Kudeta (coup d’etat) : Gerakan Ilegal Merebut Kekuasaan. PT Gramedia : Jakarta,  hal.48.
Edward Luttwak, Kudeta : Teori dan Praktek penggulingan Kekuasaan, Bentang Budaya : Yogyakarta, 1999, hal 21
Kudeta militer di berbagai negara dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/kudeta-militer-di-berbagai-negara/ diakses pada tanggal 11 juni 2012

coup d’état dalam http://www.britannica.com/EBchecked/topic/140445/coup-detat di akses pada tanggal 11 juni 2012

AS dalangi Kudeta Venezuela dalam http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=AQBXBwANUAMK  di akses pada tanggal 11 juni 2012

Lutfi Anggara, “Fenomena Anti-Liberalisme di Amerika Latin pada Akhir Abad 21”, Global: Jurnal Politik Internasional (Depok: Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, 2007), hal. 93.
Nurani Soyomukti, Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal (Yogyakarta: Resist Book, 2007), hal. 58.Kapanlagi, “Chavez Instruksikan Militer Venezuela Pukul Mundur Invasi Asing” (online), lihat di, http://www.kapanlagi.com/h/0000105941_print.html.
Mark Vorpahl, Loc. Cit., lihatt di http://www.countercurrent.org/vorpahl180909.htm.
Nurani Soyomukti, 2008, Hugo Chaves VS Amerika Serikat, Garasi, Jogjakarta


[1] Nurani Soyomukti, 2008, Hugo Chaves VS Amerika Serikat, Garasi, Jogjakarta hal 42
[2] Opcit hal 92
[3] Opcit., hlm.  93.
[4] Kudeta di Venezuela, 2007, Kudeta (coup d’etat) : Gerakan Ilegal Merebut Kekuasaan. PT Gramedia : Jakarta,  hal.48.
[5] Edward Luttwak, Kudeta : Teori dan Praktek penggulingan Kekuasaan, Bentang Budaya : Yogyakarta, 1999, hal 21.
[6] Kudeta militer di berbagai negara dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/kudeta-militer-di-berbagai-negara/ diakses pada tanggal 11 juni 2012

[7]coup d’état dalam http://www.britannica.com/EBchecked/topic/140445/coup-detat di akses pada tanggal 11 juni 2012


[8] Lutfi Anggara, “Fenomena Anti-Liberalisme di Amerika Latin pada Akhir Abad 21”, Global: Jurnal Politik Internasional (Depok: Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, 2007), hal. 93.
[9] Nurani Soyomukti, Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal (Yogyakarta: Resist Book, 2007), hal. 58.
[10] Kapanlagi, “Chavez Instruksikan Militer Venezuela Pukul Mundur Invasi Asing” (online), lihat di, http://www.kapanlagi.com/h/0000105941_print.html.
[11] Mark Vorpahl, Loc. Cit., lihatt di http://www.countercurrent.org/vorpahl180909.htm.
[12] AS dalangi Kudeta Venezuela dalam http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=AQBXBwANUAMK  di akses pada tanggal 11 juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar