Oleh: Waidatun Hasanah
Kawasan Timur Tengah merupakan wilayah
yang memiliki arti strategis penting tidak hanya bagi negara-negara yang
terletak di wilayah tersebut tetapi juga negara-negara yang terletak di luar
wilayah, dalam hal ini adalah negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan
Inggris[1]. Arti
strategis wilayah Timur Tengah seringkali memiliki kaitan erat dengan persoalan
sumber energi seperti minyak dan gas. Faktor ini dapat dikatakan sebagai
komponen penting geopolitik Timur Tengah modern. Berlimpahnya sumber daya energi
di kawasan ini mengundang berbagai kepentingan negara-negara eks kekuatan
imperial dan negara superpower. Dengan demikian, berbicara mengenai
Permasalahan-permasalahan Timur Tengah juga berbicara mengenai
kepentingan-kepentingan tidak hanya negara negara di wilayah tersebut, tetapi
juga negara di luar wilayah Timur Tengah.
Pasca tragedi 11
September 2001 di Amerika Serikat, konstelasi politik internasional mengalami
perubahan. Setelah peristiwa tersebut, fokus proyeksi geopolitik mengalami
perkembangan yang signifikan terutama dalam masalah-masalah keamanan. Salah
satu faktor yang mendorong perkembangan signifikan adalah invasi Amerika
Serikat ke Irak pada tahun 2003 dengan alasan perang terhadap terorisme.
Amerika Serikat melancarkan invasi ke Irak dengan tujuan melucuti senjata
pemusnah massal yang diduga dimiliki oleh Irak, dan menjatuhkan pemerintahan
Saddam Husein yang dianggap mendukung terorisme. Padahal ketika terjadi perang
Irak-Iran yang berlangsung dari 1980-1988, Amerika Serikat memberikan dukungannya
pada Irak. Namun demikian, sejak tahun 1990 terutama ketika Irak melakukan
invasi ke Kuwait, Amerika Serikat berbalik memusuhi Irak[2].
HIPOTESA
Kebijakan Amerika
Serikat di Timur Tengah salah satunya adalah Irak, pada dasarnya berkaitan
dengan kepentingan –kepentingan strategis dan berhubunagn dengan politik
globalnya. Salah satu kepentingan Amerika serikat adalah mempertahankan
hegemoninya dikawasan ini dan menjaga strategi global yang bnayak memerlukan
dukungan dari kawasan Timur Tengah[3]
Dengan dalih keamanan
dunia dan menuduh irak mengembangkan snjata pemusnah massal, Amerika Serikat
melakukan invansi ke Irak seerta mengususng H AM dan demokrasi dengan
menjatuhkan rezim sadam yang diktator
KERANGKA
BERFIKIR
Kepentingan
Nasional
Kepentingan nasional (national
interests) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan
kebutuhan negara/bangsa atau sehubungan dengan hal yang dicita citakan.
Lazimnya kepentingan nasional pada tiap negara/bangsa adalah keamanan (security)
yang mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan kebutuhan wilayah, serta
kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu keamanan (security) dan
kesejahteraan (prosperity), pasti terdapat serta merupakan dasar dalam
merumuskan atau menetapkan kepentingan nasional bagi tiap negara[4].Dalam
hal ini kepentingan nasional dapat dilihat tidak hanya dalam perspektif
keamanan, tetapi juga dalam perspektif kesejahteraan. Berdasarkan kedua
perspektif tersebut, kepentingan nasional juga dapat dipahami sebagai upaya
pemenuhan terhadap hal-hal yang signifikan bagi kelangsungan hidup suatu
negara/bangsa.
Dalam merumuskan sebuah
kebijakan yang berkaitan dengan politik luar negeri suatu negara/bangsa,
kepentingan nasional memiliki arti strategis dan juga posisi yang penting.
Kepentingan nasional sering dijadikan tolak-ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil
keputusan (decision maker) masing-masing negara/bangsa sebelum merumuskan
dan menetapkan sikap atau tindakan terkait suatu permasalahan. Termasuk menjadi
patokan dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Setiap langkah kebijakan luar negeri
(foreign policy) perlu dilandaskan pada kepentingan nasional dan
diarahkan untuk mencapai serta melindungi, apa yang dikategorikan atau
ditetapkan sebagai kepentingan nasional tersebut[5].
Hubungan Internasional
membicarakan mengenai kepentingan nasional negaranegara
yang terlibat didalamnya. Bagaimana
kepentingan nasional tersebut saling bersinggungan dan berinteraksi, serta
bagaimana suatu negara berusaha untuk menjaga kepentingan nasionalnya. Dengan
demikian dunia internasional adalah sebuah arena dimana banyak sekali
kepentingan nasional berusaha untuk dijaga atau diwujudkan oleh negara/bangsa
sebagai aktor internasional. Dalam konteks internasional, kepentingan nasional
suatu negara kemudian dicerminkan dalam kebijakan luar negeri negara tersebut. Oleh
karena itu tidak jarang kebijakan luar negeri suatu negara/bangsa adalah
cerminan dari apa yang menjadi kepentingan nasionalnya.
[1]
Diakses dari, “The Middle East”,
http//www.globalissues.org. pada 20 Mei 2012
[2]
Kaveh Afrasiabi dan Abbas Maleki, “Iran’s
Foreign Policy After 11 September”, The Brown
Journal of World
Affairs, Volume IX, Issue 2, Winter/Spring, (2003): hlm. 255
[3]
Siti. M. Setiawati, Irak Di Bawah Kekuaaan Amerika, Dampaknya Bagi Sabilitas
Politik Timur Tangah dan Reaksi, yogyakarta, 2004, hal 13-14
[4]
T. May Rudy, S.H, M.sc, “Studi Strategis
dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin”,
(Refika Aditama, 2002) Bandung, hlm. 116
[5]
James N. Rosenau, “World Politics: an
Introduction to International Relations”, (New York, Free Press), hlm.
280-283
Tidak ada komentar:
Posting Komentar