Eni Nurul C (09260133)
Waidatun hasanah (09260139 )
Dwi A Latief (0926 0100 )
.
Latar
Belakang
Penggunanan istilah anti –Amerikanisme telah muncul
dalam katalog di tahun 1948-an, dan memasuki bahasa politik pada tahun 1950-an.
Istilah yang berkaitan adalah “amerikanisasi “ (dimana Anti- Amerikanisme
bagian dari respon terhadapnya)
telah dipakai di Prancis pada tahun 1867.[1]
Hegemoni AS merupakan sekelindas ambisi untuk
menjadi penentu politik dunia, polisi dunia, sekaligus penguasa ekonomi, dan
perdaganagn dunia. Untuk mereaslisasikan ambisi itu, disusunlah sistem ekonomi,
poliik,dan keamanann dunia serta kampanye ideologis yang mendukung kepentinagn
negara adikuasa itu, meskipun menodai ruh demokrasi yang selalu didalihkan.
Aksi AS tersebut sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Tercatat dari
1898 hingga 1934, AS dengan segenap arogansinya telah melakukan intervensi
militer terhadap sejumlah negara Amerika Latin, seperti Kuba, Meksiko,
Nikaragua, Kolombia, Panama, Haiti, Honduras, dan Republik Dan Republik
Dominika. Terhadap Amerika
Sendiri, AS juga pernah berusaha menumbangkan pemerintahan Soekarno di tahun
1965.
Konsekuensi logis dari aksi-aksi hegemonik AS
terhadap negara lain itu memacu terbitnya kebencian, yang kemudian bergeser
menjadi antipati.
Rupanya simpul itulah yang menyatukan presiden Venezuela Hugo Chaves beserta
presiden Amerika Latin dan Iran sekarang getol menentang keras terhadap
dominasi negeri paman Sam di dunia.
Simpul antipasti
negara- negara Amerika Latin terhadap AS tersebutlah yang
menguatkan negara negara Amerika Latin untuk berjuang keras menentang beberapa
kontribusi kontribusi yang disponsori AS yang pada akhirnya tidak bisa
menyelesaikan permasalahan di negara Amerika Latin. Upaya untuk keluar dari
beberapa strategi rancangan ekonomi dan politik AS, Amerika latin berusaha
mencari jalan keluar lain untuk menyelesaikan masalah masalah di negara mereka
tanpa mengikuti anjuran AS .
Pergolakan
kontra muncul seiring semakin agresifnya AS menyelinap masuk ke kawasan Amerika
Latin melalu beberapa negara yang terlihat condong pro barat seperti Kolombia,
Kostarika dan lainnya. Salah satu pemimpn yang dengan tegas menentang AS adalah Hugo Chaves
pemimpin Venezuela yang menang dalam pemilu pada tahun 1999. Kecaman kecaman
keras keluar dari beberapa pemimpin Amerika Latin termasuk Hugo Chaves yang
geram dengan ulah AS yang dianggapnya sebagai penyebab kondisi tidak stabilnya
dan perusah keharmonisan kawasan Amerika Latin. Hugo Chaves sendiri mempunyai
catatan buruk bagi AS.
Pelanggaran Chaves terbesar adalah keberanianya mencap
serangan As atas Afganistan pasca 11 September, sebagai “melawan terorisme
dengan terorisme”. [2]
selain itu juga penolakan kerjasama yang di ajukan oleh AS juga menjadi sumber
kemarahan AS kepada pemimpin Venezuela tersebut. Hugo Chaves yang bersimpati
atas keadaan partnernya Kuba atas cengkraman AS juga membuat Hugo Chaves
semakin keras menentang AS.
Chaves juga
menjadi pelopor gerakan anti – Amerikanism di Amerikal latin, yang gan juga
meluas di kawasan lainya. Dengan mengkonsolidasikan hubungan dekat dengan Fidel Castro, Chaves menegaskan kepercayaan revolusionernya dan mencoba menempatkan dirinya sebagai pemimpin Amerika
Latin di masa depan yang
mendorong gerakan anti – Imperialisme. Kepemimpinan itu memang berhasil dengan
munculnya pemimpin pemimpin negara Amerika latin lainya yang bersikap kritis
dan melawan terhadap kebijakan AS di Amerika Latin.[3]
Beberapa
cara dilakukan oleh AS untuk meluluhkan rezim Hugo Chaves baik melalui
perundingan sampai dengan kecaman keras. Pergolakan yang timbul di Venezuela
pada tahun 2002 merupakan salah satu fenomena yang mengikutsertakan nama AS
menjadi pihak yang dipertanyakan keberadaanya. Kudeta yang dilakukan oleh
seorang pengusaha yang bernama Pedro
Carmona Estanga tampil sebagai Presiden Venezuela yang terlihat sebagai
respon atas kudeta oleh pihak pembangkang terhadap kepemimpinan Hugo Chaves.
Aksi Kudeta
yang menyebabkan bentrok dari masing masing pendukung, menyebabkan peristiwa
berdarah di Venezuela dan menjadi topik pembicaraan yang kotroversial. Begitu
juga hal lain yang menjadi sorotan yaitu dimana kudeta tersebut ternyata juga
menyeret pembangkang yang terdiri dari beberapa orang penting di Venezuela.
Barisan pemberontak melibatkan kolonel AU Venezuela dan beberapa perwira AL
Venezuela dan beredar pula kabar uang sogokan untuk para pemberontak atas upaya
mereka melawan Hugo Chaves.
Ketika aksi
kudeta di rencanakan, pihak AS bertemu dengan
tokoh-tokoh kunci di Venezuela dan Washington. Pertemuan tersebut yang
yang memunculkan spekulasi keterlibatan AS dalam kudeta terhadap Hugo Chaves
mengingat agresisifitas AS di Amerika latin semakin meningkat dengan
menggandeng beberapa negara negara Amerika Latin yang setia kepada AS, dan di
balik itu semua juga memungkinkan munculnya beberapa kepentingan kepentingan AS
lain yang tersembunyi di kawasan Amerika Latin termasuk di Venezuela.
Kudeta di Republik Bolivarian Venezuela
yang dilakukan oleh para oposisi Venezuela yang bekerjasama dengan pembangkang
dari angkatan AL dan AU Venezuela pada 11 April 2002 berhasil membuat Chaves
yang kala itu terjebak dalam Istana Kepresidenan untuk melakukan pengunduran
diri sesuai dengan permintaan kelompok militer pembangkang.
Pesan pengunduran diri yang disampaikan
oleh Jenderal Lucas memberi angin segar bagi keberadaan kalangan elit menengah
ke atas yang menginginkan Venezuela menjadi negara demokratis dan menggulingkan
Chaves yang dinilai terlalu otoriter dan menentang AS.
Kudeta yang dilancarkan memang tidak
lepas dari isu keberadaan AS sebagai dalang maupun pendukung di belakangnya. AS
dalam upayanya menghegemoni negara kawasan Amerika Latin berusaha untuk
mengeruk sumber modal strategis dan isu utamanya adalah sumber minyak.
Venezuela adalah negara penghasil minyak terbesar kelima di dunia dan pemasok
minyak terbesar ketiga di AS. Ketidaksepahaman antara Chaves yang vokal dengan
aksi-aksi penentangan terhadap AS, dinilai AS sebagai ancaman karena Chaves
memiliki keberanian untuk menghujat AS dan bekerjasama dengan negara kawasan
Amerika Latin lain yang juga menentang hegemoni AS seperti menjalin kedekatan
dengan Fidel Castro, Kuba. Chaves juga membentuk kekuatan regional dengan
mendirikan Alternative Bolivariana Para
Las Americana (ALBA) sebagai boikot terhadap FTAA dengan mendorong blok
perdagangan berorientasi sosial, egaliter, dan keadilan bagi kemanusiaan
dibanding dengan maksimalisasi profit sebagai konsep FTAA. Selain itu juga
membuat dua proyek besar, yakni Petrosur dan Telesur untuk memperkuat persatuan
dianatar negara-negara Amerika Latin.
Tindakan yang diprovokasi oleh Venezuela
tersebut menjadi ancaman bagi AS karena berusaha melakukan penetrasi AS di
kawasan Amerika Latin. Konsep demokrasi dan globalisasi yang diusung AS dengan
statusnya sebagai polisi internasional mengaburkan kepentingan nasional sebagai
misi AS sebenarnya di kawasan Amerika Latin. Chaves yakin bahwa ikut campurnya
AS dalam kawasan, membawa dampak negatif terhadap perkembangan negara-negara
kawasan melalui bendera demokrasinya. Hal itu hanya sebagai kedok untuk
mencapai kepentingan nasionalnya. Di Venezuela, AS berusaha memprivatisasi
perusahaan minyak negara.
Aksi Chaves untuk menasionalisasi
perusahaan minyak negara menjadi sasaran reformasi utama untuk mencapai kendali
nasional yang besar atas sumber minyak dengan mengubah perjanjian dengan
perusahaan minyak asing. Aksi penentangan atas AS juga dilakukan secara nyata
melalui penolakan deklarasi perang AS melawan gerilya Kolombia, menutup ruang
udara venezuela untuk penerbangan melawan narkoba AS[4]
dan menolak Zona Perdagangan Bebas.
Aksi-aksi Chaves tersebut sangat mungkin
menjengkelkan AS karena Chaves membuat AS tidak mampu memperluas hegemoninya
sehingga sangat logis jika AS berada di balik kudeta yang dilakukan oleh
pembangkang Venezuela. Namun ternyata, Chaves yang dinilai populis berhasil
merebut kembali kekuasaan yang dipegang oleh Pedro Carmona dengan bantuan
militer yang awalnya membangkang karena tidak puas atas keputusan-keputusan
yang dikeluarkan Presiden Carmona. Perebutan kembali kekuasaan oleh Chaves
mengaburkan impian AS untuk memegang kendali atas Venezuela dengan meminggirkan
Chaves.
1. Rumusan
Masalah
Sehubungan dengan permasalahan yang
penulis utarakan dalam latar belakang tersebut diatas maka rumusan penelitian
dalam paper ini ada beberapa poin, yakni mengapa AS menginginkan Hugo Chaves
mundur dari kepresidenan melalui upaya Kudeta?
2. Konsep
dan Landasan Teori
a. Teori
Kudeta
Istilah kudeta berasal dari bahasa
Perancis, yakni coup d’etat yang
berarti pukulan terhadap negara, sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap
seseorang yang berwenang secara ilegal dan seringkali bersifat brutal,
inkonstitusional berupa “pengambilalihan kekuasaan”. Kudeta memuat kajian
tentang bagaimana suatu paksaan dari pihak dalam pemerintah maupun pihak luar,
dalam hal ini oposisi dapat menggulingkan pemerintahan yang sah sekalipun.
Kudeta adalah aksi politik yang melibatkan beberapa aspek guna merebut
kekuasaan namun tanpa harus dibantu intervensi massa ataupun kekuatan
bersenjata yang besar.[5]
Kudeta menurut Edward Luttwak adalah
suatu aksi penggulingan kekuasaan yang terjadi dari infiltrasi ke dalam suatu
segmen aparatus negara yang kecil tetapi menentukan yang kemudian digunakan
untuk mengambil alih pemerintahan dari kendali unsur-unsur yang lain.
Di sebutkan juga pada salah satu situs
bahwa kudeta adalah salah satu usaha satu organisasi atau lebih yang hendak
menguasai suatu negara dan mengubah sebagian atau keseluruhan peraturan yang
ada di negara tersebut.[6] Kudeta merupakan aksi legal yang berusaha untuk
menumbangkan pemerintahan yang sedang berlangsung dengan mengusung beberapa
alasan atas keburukan pemerintah yang sedang berlangsung tersebut.
Syarat
utama untuk kudeta adalah kontrol dari semua atau bagian dari angkatan bersenjata, polisi, dan elemen militer
lainnya.[7] Kontrol dari beberapa
aparat negara merupakan salah cara untuk menggulingkan suatu pemerintahan,
dengan cara tersebut maka kelompok oposisi atau kelompok pembangkang akan lebih
leluasa dalam mengendalikan negara secara spontan. Dengan melakukan kerjasama
dengan beberapa aparat tersebut rencana dapat diatur sedemikian rupa melalui
pengendalian yang di serahkan kepada beberapa aparat tersebut untuk mendukung
jalannya proses penggulingan suatru pemerintah.
Pembahasan
Republik Venezuela yang kemudian dirubah
namanya menjadi “Republik Bolivarian Venezuela” dalam Konstitusi 1999 banyak
menghasilkan perubahan, termasuk diantaranya perubahan nama negara dan
perubahan struktur negara. Terdapat proses demokratis di dalamnya karena rakyat
turut menentukan konstituante dan legitimasi rakyat dibutuhkan melalui proses
referendum.
Keberhasilan
Hugo Chavez dalam menjalankan pemerintahan sosialis di Venezuela, baik di dalam
maupun di luar negeri. Reformasi ekonomi dan politik yang dilakukan oleh Chavez
dan usaha pemerintah negara tersebut untuk mengentaskan kemiskinan serta
mengurangi campur tangan asing dalam perekonomian. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran bagi Amerika Serikat karena akan berpengaruh terhadap kepentingan
nasionalnya di Venezuela.[8]
Berbagai upaya dilakukan oleh Amerika Serikat dalam menggulingkan Chavez,
diantaranya dengan membantu gerakan kudeta yang dilakukan oleh kelompok
anti-Chavez (oposisi).[9]
Namun, Chavez berhasil lolos dari kudeta tersebut dan menuduh Amerika Serikat
berusaha menggulingkannya dan mendukung usaha-usaha oposisi untuk memaksakan
pemisahan diri negara bagian Zulia di barat, lokasi tempat cadangan minyak
negara tersebut.[10]
Hal ini tentu saja menjadi publikasi buruk bagi Amerika Serikat yang mempunyai
kepentingan di Venezuela. Karena Venezeula merupakan salah satu penghasil
minyak dan gas terbesar di dunia. Amerika Serikat mempunyai kepentingan
strategi dalam mempertahankan kendali atas negara-negara penghasil minyak dan
gas.[11]
Keterlibatan AS
dalam kudeta terhadap Hugo chaves pada tahun 2002. Indikasi keterlibatan AS dalam kudeta terhadap Hugo
Chaves santer terdengar kuat. Anggapan tersebut memunculkan isu bahwa AS lah
dalang dari Kudeta pada bulan april tahun 2002. Menilik beberapa kebijkan Hugo
Chaves sebelumnya yang sempat membuat geram AS merupakan salah satu penyulut
yang bisa dihubungkan dengan aksi kudeta terhadap Hugo Chaves. Hal ini yang
dijadikan bambu runcing oleh AS untuk menekan karakter pemimpin Venezuela Hugo
Chaves.
Koran The New York Times, berdasarkan informasi dari
pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, kemarin melaporkan bahwa sejumlah
pejabat senior pemerintahan George W. Bush bertemu beberapa kali dalam
bulan-bulan terakhir dengan para pemimpin Venezuela yang mengkudeta Chavez.
Mereka dikabarkan menyetujui penggulingan Chavez.[12]
Pertemuan pihak
AS dengan beberapa tokoh penting Venezuela antara lain dengan Pedro Carmona
yang sempat menjadi presiden sesaat Venezuela ketika Hugo Chaves menyerah, dan
beberapa petinggi perwira lain seperti kolonel AU Pedro Soto dan pihak pihak
lain yang terkait dengan peristiwa kudeta terhadap Hugo Chaves pada tahun 2002
tersebut dapat di artikan sebagai pertemuan desain menggulingkan posisi Hugo
Chaves di Venezuela.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Kudeta
di Venezuela, 2007, Kudeta (coup d’etat)
: Gerakan Ilegal Merebut Kekuasaan. PT Gramedia : Jakarta, hal.48.
Edward
Luttwak, Kudeta : Teori dan Praktek penggulingan Kekuasaan, Bentang Budaya :
Yogyakarta, 1999, hal 21
Kudeta militer di berbagai negara dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/kudeta-militer-di-berbagai-negara/ diakses pada tanggal 11 juni 2012
coup d’état dalam http://www.britannica.com/EBchecked/topic/140445/coup-detat di akses pada tanggal 11 juni 2012
AS dalangi Kudeta Venezuela dalam http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=AQBXBwANUAMK di akses pada tanggal 11 juni 2012
Lutfi
Anggara, “Fenomena Anti-Liberalisme di Amerika Latin pada Akhir Abad 21”, Global:
Jurnal Politik Internasional (Depok: Departemen Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, 2007), hal. 93.
Nurani
Soyomukti, Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal (Yogyakarta:
Resist Book, 2007), hal. 58.Kapanlagi, “Chavez Instruksikan Militer Venezuela
Pukul Mundur Invasi Asing” (online), lihat di,
http://www.kapanlagi.com/h/0000105941_print.html.
Nurani Soyomukti, 2008, Hugo Chaves VS Amerika Serikat, Garasi,
Jogjakarta
[1] Nurani
Soyomukti, 2008, Hugo Chaves VS Amerika
Serikat, Garasi, Jogjakarta hal 42
[2] Opcit
hal 92
[3] Opcit., hlm. 93.
[4] Kudeta di Venezuela, 2007, Kudeta (coup d’etat) : Gerakan Ilegal
Merebut Kekuasaan. PT Gramedia : Jakarta,
hal.48.
[5] Edward Luttwak, Kudeta : Teori
dan Praktek penggulingan Kekuasaan, Bentang Budaya : Yogyakarta, 1999, hal 21.
[6] Kudeta
militer di berbagai negara dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/kudeta-militer-di-berbagai-negara/
diakses pada tanggal 11 juni 2012
[7]coup d’état dalam http://www.britannica.com/EBchecked/topic/140445/coup-detat di akses pada tanggal 11 juni 2012
[8]
Lutfi
Anggara, “Fenomena Anti-Liberalisme di Amerika Latin pada Akhir Abad 21”, Global:
Jurnal Politik Internasional (Depok: Departemen Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, 2007), hal. 93.
[9]
Nurani
Soyomukti, Revolusi Bolivarian Hugo Chavez dan Politik Radikal (Yogyakarta:
Resist Book, 2007), hal. 58.
[10]
Kapanlagi,
“Chavez Instruksikan Militer Venezuela Pukul Mundur Invasi Asing” (online),
lihat di, http://www.kapanlagi.com/h/0000105941_print.html.
[11]
Mark Vorpahl, Loc. Cit.,
lihatt di http://www.countercurrent.org/vorpahl180909.htm.
[12]
AS
dalangi Kudeta Venezuela dalam http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=AQBXBwANUAMK di akses pada tanggal 11 juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar