(Haryo Prasodjo Mahasiswa HI UMM 09260012)
Seiring
dengan runtuhnya paham komunisme yang
ditandai dengan runtuhnya negara Uni Ssoviet ditahun 1989 ,yang juga berarti
merupakan menjadi titik awal bagi tumbuh kembangnya sistem demokrasi di
berbagai negara dibelahan dunia ,tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
demokratisasi berjalan beriringan dengan proses dunia yang semakin menglobal
,disisi lain banyak negara yang mengagung-agungkan demokrasi sebagai sistem
yang terbaik untuk diterapkan di negaranya ,tidak terkecuali Amerika Serikat
yang menjadi bapak dari paham demokrasi itu sendiri.
Tidak
hanya berheti disitu dalam beberapa tahun terakhir tidak sedikit negara-negara khususnya yang
berada dikawasan timur tengah yang juga turut “tertular” dengan paham demokrasi
,diantaranya adalah Mesir dan Libya ,yang suskses dengan revolusinya untuk
mengun]lingkan rezim otoriternya ,dan dalam perkembangannya ternyata tidak
semua negara cocok menggunakan sistem ini dalam menjalankan pemerintahannya.
Hal
ini terlihat dari banyak negara yang tidak seberhasil seperti negara asal
dimana demokrasi itu ditularkan ,hal ini kita melihat bukti nayata dari
perkembangan demokratisasi itu sendiri dinegara-negara dunia ketiga seperti
negara-negara yang mayoritas berada di kawasan Asia tengah dan juga Asia
Tenggara ,yang mana negara-negara tersebut dihuni oleh penduduk yang mayoritas
memiliki latar belakang bahasa ,adat istiadat ,serta pemeluk keyakinan yang berbeda-beda,dan
mayoritas penduduknya adalah pemeluk islam.
Dalam
hal ini tentu Islam dan demokrasi merupakan dua hal yang saling bertolak
belakang ,yang menjadi titik perbedaah diantara keduanya adalah dasar kaidah
pijakan diantara keduanya ,dalam islam hukum tentu mutlak datangnya dari Allah
SWT ,selainNya maka tidak ada yang berhak menentukan hukum ,demikian pula
demokrasi itu sendiri ,arti dari demokrasi itu sendiri adalah pemerintahan oleh
rakyat atau yang sering kita dengar “pemerintahan dari ,dan untuk rakyat”.
Meskipun
berbeda pijakan ,hal tersebut bukan berarti keduanya tidak memiliki kesamaan
,meskipun sistem demokrasi itu sendiri adalah hasil buatan manusia,namun dalam
perkembangannya demokrasi itu sendiri menganut nilai-nilai yang tidak jauh
berbeda dengan apa yang telah ada sejak awal dalam Islam ,nilai-nilai tersebut
antara lain seperti egalite (persamaan), equality
(keadilan), liberty (kebebasan), human right (hak asasi manusia) ,yang
pada dasarnya demokrasi itu sendiri adalah bagaimana rakyat memiliki kebebasan
untuk memilih sendiri siapa pemimpinnya.
Yang
mana beberapa konsep diatas tidak bertolak belakang dengan ajaran yang ada di Islam ,seperti hurriyah (kebebasan)
,musyawarah (syura) ,musawah (persamaan) ,masuliyah (perwakilan) ,amanah (amanat yang berarti jujur dan
dapat dipercaya) ,al adl (adil) ,hal
inilah yang menjadi unik untuk bagaimana kita dapat memahaminya ,dalam umat
islam itu sendiri terdapat tiga golongan yang menginterpretasikan arti dari
demokrasi secara berbeda.
Golongan
pertama adalah mereka yang menolak demokrasi atas nama Islam adapun salah satu
contoh dari argumen mereka adalah menempatkan demokrasi pada sesuatu yang baru
yang disebut bid’ah ,dan demokrasi datangnya dari manusia sedangkan islam dari
Allah .Golongan kedua adalah golongan yang menerima Islam secara bulat-bulat
(keseluruhan) atau dapat dikatakan copy-paste tanpa melihat efek baik-buruknya
dari implikasinya terhadap negara yang menganutnya.
Sedangkan
golongan yang terakhir adalah mereka yang menerima demokrasi secara moderat
,mereka tidak hanya menerma demokrasi secara terbuka namun lebih pada melihat
adanya nilai-nilai positif yang membangun serta tidak bertentangan dengan ajaran
–ajaran islam .golongan terakhir ini lebih melihat demokrasi kepada subtansinya
yaitu bagaimana masyarakat menjadi kontrol dari pemerintahannya. Adapun dalam
hal pengambilan keputusan ,meskipun dalam islam sendiri tidak ada istilah vote
tapi da;lam islam ada yang biasa disebut dengan syura ( musyawarah) guna
menentukan baik langkah-langakah ataupun keputusan yang berkaitan dengan
pemerintahan.
Dengan
demikian masyarakat dituntut untuk terus mendukng dan menghormati pemimpin yang
ditunjuknya selama ia berada pada jalan Allah ,hal tersebut sebagaimana yang
telah diungkapkan dalam surat An Nisaa’ , “Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri (pemimpin) diantara kalian.
Apabila kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan Hari Kemudian.” (QS. An-Nisaa’, 4:59).
Tidak
hanya sampai disitu syura yang serng disebut-sebut merupakan sebuah sisstem
terbaik namun dalam perkembangannya syura itu sendiri tidak dapat menjawab
berbagai macam hal yang kian kompleks seperti dalam konteks ekonomi ,politik
,serta sosial budaya .berbagai macam hal diatas hanya dapat terselesaikan
dengan demokrasi yang menjawabnya sebagai sistem yagn tepat pada perkembangan
dunia saat ini.
Meskipun
demikian pula berkenaan dengan apa yang ditakutkan oleh umat Islam ternyata
tidak terbukti yaitu agama dan kekuasaan menjadi satu ,diamana pada aplkasinya
dilapangan demokrasi itu sendiri merupakan sistem yang sekuler diamana adanya
pemisahan antara kenegaraan dengan hal yang sifatnya keagamaan ,dengan
demikian maka bukan alasan lagi jika Islam dan demokrasi merupakan kedua hal
yang saling bersebrangan dan bertolak belakang ,karena pada keyataannya keduanya
antara Islam dan demokrasi itu sendiri ternyata mengandung persamaan akan nilai
dan norma .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar