“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Korean Wave (Hallyu) dan Budaya Populer sebagai Soft Power Korea Selatan


Oleh: Anna Christy Swardi, Arief Muliawan, Bayu Setyawan, Citra Istiqomah, Novi Rizka Amalia
Budaya populer Korea Selatan, atau yang lebih dikenal dengan K-Pop kini telah menjadi salah satu instrumen soft power Korea Selatan. Penyebaran budaya tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya Korean Wave atau yang juga sering disebut Hallyu, yakni istilah atau terminologi yang digunakan oleh pers di Cina untuk menggambarkan popularitas budaya populer Korea Selatan yang masuk ke negara itu di akhir dekade 1990-an. Bergeraknya budaya Korea Selatan ini dimotori oleh industri hiburan seperti serial televisi, musik, film dan sebagainya yang awalnya menyebar ke negara-negara di kawasan Asia.
Ekspansi budaya Korea Selatan sendiri pada dasarnya telah bermula dari proses demokratisasi Korea Selatan pada akhir tahun 1980 yang turut mempengaruhi keterbukaan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, seperti masuknya film-film Hollywood ke Korea pada akhir 1980 setelah diangkatnya restriksi film asing semenjak era 1960-an oleh Park Chung Hee.[1] Hal tersebut dijadikan sebagai inisiasi ekonomi baru yang dimunculkan pada awal era 2000-an pasca krisis ekonomi Asia yang juga melanda Korea Selatan pada tahun 1997. Pemerintah Korea pada masa itu melalui presiden Kim Daejung mendirikan organisasi yang diagendakan untuk mempromosikan kebudayaan Korea. Pemerintahannya kemudian juga mengalokasikan dana sebesar 148,5 juta Dollar AS untuk mendukung pengorganisasian industri budaya tersebut. Proses ini kemudian mencapai puncaknya ketika budaya populer Korea Selatan yang masuk ke Cina pada akhir era 1990-an mendapat animo yang luar biasa dan kemudian meningkatkan popularitasnya di dunia internasional. Pasca peningkatan popularitas Korean Wave, perekonomian Korea Selatan berangsur-angsur mengalami kestabilan ekonomi dan bahkan mengalami peningkatan tajam. Pemerintah Korea memperkenalkan produk-produk industri budaya yang sebelumnya tidak dikenal menjadi digemari dan bahkan dicintai oleh masyarakat dunia melalui Korean Wave.

            Media pertama yang membuka jalan bagi berkembangnya popularitas Korean Wave ditandai dengan kesuksesan film ‘Swiri’ pada tahun 1999 yang mengalahkan penjualan film ‘Titanic’ di bioskop lokal.[2] Film Korea juga mulai mendapat tempat di festival film internasional pada awal tahun 2000 yang dapat mengenalkan budaya Korea ke dunia luar. Bersamaan dengan itu, serial televisi drama Korea mulai diekspor ke negara tetangga seperti Jepang dan Cina yang kemudian menuai kesuksesan. Selain itu, drama Korea kemudian menjadi cara yang paling berpengaruh untuk memperkenalkan Korean Wave sebelum mewabahnya musik K-Pop yang muncul setelahnya. Drama Korea cukup diterima oleh penonton di negara lain yang saat ini sudah menyebar ke seluruh Asia, termasuk Indonesia bahkan hingga ke Amerika Selatan, Iran, dan Turki.[3]
            Musik Korea pun mulai menunjukan geliatnya semenjak evolusi musik oleh Seo Taiji yang mencampurkan genre Hip Hop, Rock, Rap, Pop dengan musik asli Korea membawa industri musik Korea menjadi musik yang dapat dinikmati penikmat global. Hingga kemudian raksasa industri hiburan, SM Entertainment berhasil membawa H.O.T sebagai grup penyanyi Korea pertama yang mengadakan konser di luar negeri yaitu di Beijing, Cina pada tahun 1999.[4] Kemudian gelombang musik K-Pop berangsur masuk ke Asia Tenggara pada pertengahan tahun 2000 dan telah menyebar hingga ke Eropa dan Amerika Serikat.
Korean Wave mencakup berbagai bentuk industri, baik musik, fashion, kuliner/makanan, film, drama, hingga wisata. Korean Wave ini dianggap memberikan dampak besar dalam perkembangan ekonomi-politik Korea. Hal yang perlu digarisbawahi dari proses ini ialah bahwa industri budaya tersebut menjadi hal yang mudah ditangkap dan persuasif bagi manusia. Ia merupakan industri yang menghasilkan produk dari citra suatu bangsa yang dapat menarik hati konsumen. Karena itu dalam pembahasan mengenai perkembangan industri budaya ini tidak dapat dilepaskan dari kepopuleran budaya populer yang berkaitan erat dengan kebudayaan. Korea Selatan yang telah berhasil menyebarkan budaya populer melalui Korean Wave ke dunia internasional merupakan salah satu negara yang dinilai berhasil memanfaatkan budayanya untuk menciptakan citra yang bisa diterima masyarakat internasional dan menjadi salah satu negara dengan perkembangan industri hiburan yang sangat pesat dan inovatif di dunia dewasa ini.


[1] J. Choi, ‘The South Korean Film Renaissance: Local Hitmakers’ Global Provocateurs, 2010, Wesleyan University Press, Hal. 16
[2] D. Shin, p. 9
[3] Iran GlobalPost Correspondent, ‘Iranians hooked on Korean TV drama’, GlobalPost, 2009, <http://www.globalpost.com/dispatch/middle-east/091216/iran-korea-tv>, diakses 2 April 2013
[4] D. Shin, p. 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar