Oleh: Caesar Ardian Oktawa
Kembali lagi pada makna dari konflik itu sendiri yang
meruapkana sebuah hubungan yang melibatkan dua atau lebih aktor yang lebih
cendrung menimbulkan ketegangan dikarenakan adanya satu aktor yang dirugikan
maupun diuntungkan. Dalam definisi lain, konflik dapat dilihat bilamana dalam
hubungan interaksi antar aktor, satu aktor berupaya untung menyerang, memusuhi
aktor lainnya, sehingga hal tersebut menimbulkan ketegangan
Konflik sendiri dapat dianalisa dengan mengidentifikasi
beberapa hal yang berhubungan langsung pada konflik, seperti: Aktor, Penyebab
Konflik, Konteks, dan Dinamika Konflik itu sendiri. Hal ini dapat dikatakan
bahwa analisa konflik sendiri merupakan sebuah study yang sistematik dalam
membedah permasalahan dan terstruktur dalam prekatek keilmuannya. Tujuan dari
sebuah analisa konflik sendiri akan menjadi relevan jika nantinya terdapat
beberapa hal yang berhubungan dengan konflik yang akan dibahas, seperti,
Resolusi, Pemetaan, Proses, dan Seperti apa bentuk benturan-benturan yang ada.
Dalam mengkategorisasikan konflik serta menganalisanya,
pertama harus ditetntukan dua hal yakni mana yang masuk dalam kategori konteks
dan dinamika dari sebuah konflik. Konteks konflik biasanya mencakup latar
belakang dibalik konflik yang ada, contohnya seperti, poliyik, sosio-kultural,
ekonomi, ideologi, dan sebagainya, sedangkan dinamika konflik sendiri meliputi
profil, aktor, dan penyebab dari konflik yang terjadi. Dalam kenyataanya semua
hal tersbut seperti membentuk rantai pengaruh dimana satu komponen dapat
mempengaruhi komponen lain dan sebaliknya, dalam arti keberlangsungan konflik
itu sendiri.
Di bagian lain, menarik untuk dibedah bagaiman
menganalisa penyebab adanya konflik atau bagaimana konflik bisa muncul lantaran
apa. Pada dasarnya penyebab konflik dapat dikategorisasikan menjadi tiga,
dilihat dari jarak terhadap konfliknya itu sendiri atau dapat dikatakan secara
general ataupun spesifik isu-isu yang menyebabkan konflik itu terjadi.:
1.)
Struktural: Sebuah penyebab yang menjadi
topik utama dalam sebuah konflik. Dapat dikatakan bagian ini merupakan penyebab
yang dikategorikan secara general, atau menyangkut bidang-bidang yang
berhubungan dengan isu-isu spesifik dalam konflik. Biasanya hal ini akan
telihat jelas ketika konflik masuk pada tahap awal, sebelum terjadi ekskalasi
isu misalnya. Contoh dari penyebab struktural antara lain Kemiskinan, Energi,
Kesehatan, dsb,
2.)
Proximate: Faktor-faktor yang jauh lebih
spesifik dari penyebab-penyebab yang general sebelumnya dan biasanya hal ini
mendorong dalam sebuah ekskalasi konflik. Kata proximate yang berarti terdekat
dapat diartikan menjadi faktor-faktor yang secara riil dekat dengan aktor-aktor
dalam konflik.
Biasanya
faktor-faktor ini merupakan bentuk derivat dari faktor-faktor struktural
seperti: Pengangguran, Sengketa, dsb.
3.)
Pemicu: Pemicu biasanya sangat mudah
untuk ditemukan dalam sebuah konflik. Hal ini dikarenakan pemicu menjadi satu
bagian yang jelas dalam menjadikan konflik itu ada atau memperluas serta
mempertajama konflik, bahkan menjadikannya kearah sebuah kekerasan, seperti:
Kudeta, Pembunuhan, Demonstrasi, Penggusuran, dsb.
Contoh kasus atau konflik yang dapat dilihat dari segi
penyebabnya salah satunya adalah konflik antara pedagang asongan, UGM, dan RS.
Sardjito. Mengapa pedagang tidak terima ketika adanya upaya penggusuran oleh
Satuan Kerja Kampus UGM atau mereka tidak mentaati peraturan yang ada bahwa
pedagang dilarang berjualan di jalan teknika/depan RS. Sardjito. Penyebab dari
sikap “ngeyel” pedagang ini secara struktural adalah adanya marjinalisasi
terhadapnya.
Marjinalisasi ini dapat karena pembagian wilayah untuk
berdagang, akses, dsb yang tidak selalu diakibatkan dari pemerintah saja, namun
terkadang sangat terkait dari kondisi yang ada seperti modal, kompetensi, dsb.
Hal ini kemudian memicu mereka untuk berjualan di kawasan RS. Sardjito-UGM yang
notabene semakin hari semakin mengganggu lalu lintas jalan sehingga menimbulkan
kemacetan, kesemerawutan dan merusak tatanan estetika di dalam lingkungan
kampus UGM. Hal-hal inilah yang sebenarnya masuk dalam kategorisasi proximate,
karena dilihat dari kedekatan hal tersebut dalam interaksi dua aktor atau dapat
dikatakan asas kausalitasnya sangat nyata. Sedangkan untuk pemicu konflik
tersebut akhirnya membesar adalah adanya upaya penggusuran oleh SKK UGM pada
tahun 2002 yang langsung terhadap para pedagang. Dalam kondisi ini kekearasan
biasanya muncul dengan sendirinya.
Dalam menganalisa konflik, terdapat empat alat untuk
melakukannya. Keempat alat tersebut memilki metode, ciri dan tujuan
masing-masing dalam menganalisa sebuah konflik. Keempat alat analisa konflik
yang dimaksud adalah;
1.)
Galtung’s model of conflict, violence, and peace. Alat analisa ini secara sederhana melihat adanya teorema segitiga
dalam konflik, kekerasan, maupun perdamian itu sendiri dan tentu saja
bagian-bagian yang mendaji ide utama adalah bagian-bagian seperti konflik,
violence, dan peace itu sendiri, dimana dalam setiap bagian tersebut memiliki
dua komponen setara yang saling mempengaruhi.
2.)
Conflict escalation dan de-escalation. Alat ini bekerja dalam melihat
tahapan-tahapan dari keberlangsungan sebuah konflik terjadi. Konflik jika
dilihat dengan menggunakan alat ini maka akan seacara jelaa tahapan yang ada
dan kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena yang terjadi dalam konflik akan
secara jelas dan kronologis dilihatnya. Tahapan-tahapn konflik yang
dikategorisasikan dengan alat ini meliputi: Perbedaan, Kontradiksi, Polarisasi,
Kekerasan, Perang, Gencatan, Perundingan, Normalisasi, dan Rekonsilasi. Dari
bagian-bagian tersebut dapat dikatakan bahwa konflik memilki tahapan yang
dilihat dari awal konflik, berembangnya konflik, klimaks dari sebuah konflik,
meredanya konflik, hingga tahapan penyelsaian konflik menuju perdamaian.
3.)
Hourglass Model. Alat ini secara lebih kompleks melihat dengan
menggunakan kronologi-kronologi dalam alat sebelumnya dan menggabungkannya
dengan variabel-variabel analisis meliputi variabel yang membahas tentang
keberlangsungan konflik, seperti transformasi konflik, penyelesaian konflik,
puncak konflik, dan beberapa variable yang berhubungan dengan kondisi menuju
perdamaian seperti bina damai kultural, upaya perdamain, dan pembatasan perang.
Dalam kombinasi ini letak antar kelompok variabel berbeda dalam konteks
analisasnya namun memilki korelasi antar tahapannya.
4.)
Pohon Konflik: Ini merupakan alat yang mungkin lebih sederhana
dibanding dengan ketiga alat lainya dalam menganalisa konflik. Pohon konflik
hanya melihat pada tatanan latar belakang konflik, konteks dan dinamika
konflik, serta akibat dari konflik. Sedangkan untuk level solusi, pohon konflik
tidak mengikutsertakan dalam struktur level analisanya, sebab alat ini hanya
untuk sekedar memetakan struktur konflik dari yang dianalisa. Bagian-bagian
yang menjadi akar dari konflik meliputi tema besar apa yang melatarbelakangi
dari sebuah konfli, sedangkan di bagian pohon merupakan konteks dan dinamika konflik
yang terjadi, dan di bagian tajuk daun merupakan akibat yang ditimbulkan dari
konflik itu sendiri.
Percobaan analisa konflik
Study Kasus: Pembangunan Bendungan Belo Monte,
sebuah kondlik di Amazon. Brazil.
Alat Analisis: Pohon Konflik.
Dalam
menganalisa konflik yang terjadi di Brazil akibat dari sebuah mega proyek
pemerintah, yakni pembangunan sebuah bendungan raksasa di kawasan sungai Xingu,
Amazon, maka salah satu alat yang dapat digunakan untuk memetakan konflik itu
sendiri adalah pohon konflik. Dalam struktur pohon konflik yang diggunanakan
untuk menganalisa konflik tersebut, yang menjadi akar dari konflik sendiri
adalah Energi. Dapat dikatakan pula bahwa energi menjadi penyebab struktural,
Sedangkan untuk penyebab proximatenya adalah:
1.) Hilangnya keanekaragaman hayati, rusaknya
pemukiman warga/suku pribumi di dekat sungai Xingu,
2.) Degradasi lingkungan hidup dan
deforestasi,
3.) Terancamnya nilai-niali kebudayaan pribumi
seperti peninggalan sejarah dan budaya,
4.) Potensi akan bahaya gas metana yang muncul
dari dasar sungai,
5.) Bencana Alam,
6.) Blokade secara langsung terhadap
pemukiman,
7.) dan Terganggunya mata pencahariaan
masyarakat pribumi.
untuk bagian yang mewakili
dari sebuah pohon konflik, maka yang dilihat adalah inti konflik itu sendiri. Inti
konflik di pembangunan Bendungan Belo Monte sendiri dimulai ketika pemerintah
Brazil berniat untuk membangun sebuah bendungan guna meningkatkan suplai energi
listrik. Hal ini dikarenakan potensi dari kekuatan air yang ada di sungai Xingu
sangat kuat dan dapat menghasilkan energi listrik jutaan watt. Namun dalam
perkembangannya, agenda ini mendapat reaksi keras dari penduduk di pinggiran
sungai Xingu dan kalangan pemerhati lingkungan. Alasan mereka menentang proyek
ini adalah keenam hal yang telah disebutkan diatas. Dalam perkembangannya
konflik ini memuncak dengan dipicu oleh keputusan untuk membangun Bendungan
Belo Monte secara sepihak oleh Pemerintah Brazil.
Dapat dilihat bahwa dalam inti
konflik sendiri (pohon konflik), yang menjadi aktor dari konflik adalah jelas,
Pemerintah Brazil, Penduduk pribumi di pinggiran Sungai Xingu, dan Pemerhati
lingkungan hidup, sedangkan yang menjadi pemicu utamanya terjadinya puncak
konflik sendiri adalah keputusan untuk menjalankan proyek tersebut. Dalam
pembangunan ini meyebabkan tergusurnya warisan-warisan budaya adat masyarakat
secara langsung di pinggiran sungai Xingu, seperti makam leluhur, tanah adat,
dsb. Tentu hal ini semakin memantik respon negatif dari masyarakat pribumi di
pinggiran sungai Xingu semdiri. Namun ada pula pemicu lain yang sebenaranya
secara tersirat ada, yakni kurangnya sosialisasi pemerintah akan proyek
Bendungan Belo Monte dan dampak positif atau keuntungan dari pembangunan
bendungan tersebut secara riil ke masyarakat.
Dan di bagian akhir yakni di bagian tajuk
pohon, bahwa yang nantinya terjadi bilamana konflik ini masih tetap berlangsung
adalah beberapa keenam poin yang juga masuk dalam faktor proximatinya. Dapat
dikatakan pula bahwa akibat yang riil belum terjadi sepenuhnya, sebab pembangunan
Bendungan Belo Monte masih berlangsung, namun potensi-potensi kerugian yang
mungkin muncul dapat juga dimasukan sebagai hasil yang mungkin akan muncul dari
konflik itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar