“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Perspektif Poskolonialisme

Oleh: Bayu Setyawan


Pos-kolonialisme masuk dalam HI sekitar tahun 1960an. Perspektif ini lahir dari analisa terhadap negara yang terjajah. Adanya sejarah yang menunjukkan kolonialisme dan imperialisme yang terjadi pada negara-negara di dunia. Pos-kolonialisme mengkritisi perspektif mainstream sebelumnya yang dinilai berpihak pada kolonialisme dengan fokus power, politik, dan negara. Selain itu, pos-koloniasme juga menolak western centric yang dibawa oleh pemikiran moderen. Franz Fanon, Edward Said, dan Homi Bhabha merupakan tokoh-tokoh kaum pos-kolonialisme. Poskolonialisme hadir untuk menentang dampak-dampak yang dihasilkan oleh kolonialisme yang dinilai telah mengkonstruksi tatanan internasional yang penuh diskriminasi. Kajian utama dari pos-kolonialisme adalah identitas, power, dan struggle. Pos-kolonialisme menentang teori modern yang beranggapan bahwa negara dunia pertama menjadi pemimpin dunia karena negara dunia ketiga tidak mampu berkembang, untuk menanggapinya, penstudi pos-kolonialisme percaya bahwa kolonialisme lah yang mengkonstruksi stigma atas negara dunia ketiga). Kajian struggle sendiri digambarkan sebagai usaha self-determination dan dekolonisasi guna meruntuhkan penjajahan atau kolonialisme sehingga bersifat emansipatoris. Kritikan atas pos-kolonialisme adalah dinilai sebagai perspektif yang muncul dari Barat yang ada untuk mengkritisi dunia Barat pula.
Franz Fanon melihat kolonialisme yang telah terjadi meninggalkan dampak buruk bagi negara-negara yang terjajah. Pasalnya, sebagian dari negara-negara tersebut menjadi ketergantungan pada negara penjajah yang notabene lebih dahulu telah maju sehingga tidak menutup kemungkinan atas kehilangan identitas. Globalisasi diyakini lanjutan dari kolonialisme dengan cara yang soft dengan mempengaruhi pemikiran negara lain sebagaimana globalisasi sendiri merupakan pemikiran Barat. Sementara itu, Edward Said mengatakan bahwa istilah postkolonialisme bukanlah sebuah bentuk gerakan “pembebasan” atau emansipatoris melainkan merupakan bentuk baru untuk memunculkan ide-ide hegemoni lagi Ide tersebut terlihat ketika bangsa Barat kemudian gencar untuk mengendalikan bangsa Timur dengan cara yang berbeda dari kolonialisme yang terlihat secara fisik. Homi Bhabha sendiri memiliki pemikiran yang lebih terfokuskan pada budaya. Kebudayaan yang ada pada bangsa Barat maupun Timur seolah-olah melebur dan menghasilkan satu budaya yang lebih dominan sehingga menghegemoni budaya lain. Identitas lagi lagi diserang oleh adanya pemikiran yang semakin modern.


Pandangan Poskolonialisme terhadap Globalisasi
Salah satu akibat adanya Globalisasi yang juga berkaitan dengan poskolonialisme adalah dengan dipakainya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Mengingat pada jaman dulu Inggris adalah negara koloni yang sangat kuat. Jajahannya ada di mana-mana. Sehingga tak dapat disangkal bahwa budayanya akan ada di setiap negara yang pernah dijajah oleh Inggris.
Negara-negara Barat yang acapkali selalu gencar dengan indutrialisasi dan modernisasi, dengan pembangunan ekonomi liberal, struktur pemerintahan yang kuat, dan rasa identitas nasional yang kuat. Negara-negara maju cenderung menguasai ekonomi untuk keuntungan negara maju itu sendiri.  Di era globalisasi, munculnya perusahaan multi-nasional, dan kemudian, internet, telah mengubah sistem dunia yang heterogen oleh decentering peran nation-state.
Postkolonialisme dan globalisasi menawarkan dua pendekatan yang berbeda namun saling berhubungan dalam hal transnasional budaya. Poskolonialisme memandang transanasional budaya dari tingkat lokal ke tingkat yang signifikan berakar dalam karya intelektual postkolonial dan didasarkan pada dekolonisasi dan pembangunan bangsa, dan memnganggap budaya yang tersebar adalah produk Barat. Namun, dalam pandangan globalisasi, transnasional budaya berasal dari transnasional studi yang didasarkan pada kompleks teori disiplin berfokus pada struktur postnational dan budaya yang kemudian disebarluaskan melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Terjadinya perubahan nilai-nilai sosial pada masyarakat, sehingga memunculkan kelompok semacam kelompok dari luar negeri (Barat) dalam negaranya sendiri, seperti meniru gaya punk, musik pop maupun jazz, dan juga berbagai macam westernisasi dan americanisasi lainnya. Globalisasi sebagai bentuk imperialisme budaya America juga imperialisme budaya Eropa ke negara-negara bekas jajahannya.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perspektif alternatif seperti pos-strukturalisme dan pos-kolonialisme memiliki kontribusi sendiri dalam kajian ilmu HI yang semakin kompleks dan dinamis sehingga dapat memperlihatkan hal-hal berbeda diluar perspektif tradisional. Kontribusinya sendiri adalah mengandung kritikan atas pemikiran dari perspektif sebelumnya guna menghasilkan perspektif yang lebih mapan. Kedua perspektif alternatif ini berlandaskan pada level ide daripada fenomena dengan memperhitungkan adanya konsep monopolitik dari dampak kolonialisme yang membawa kepada kesubjektivitasan dalam hubungan internasional. Sacara ringkasnya ialah pos-strukturalisme mengkritisi pemikiran-pemikiran strukturalis dan pos-kolonialisme mengkritisi pemikiran-pemikiran moderen.   

Review Kelas Mengenai Poskolonialisme
Sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Pak Muhadi pada pertemuan kelas yang membahas mengenai Poskolonialisme, bahwa poskolonialisme itu sendiri adalah hasil stereotape yang berasal dari asumsi yang memandang bahwa bangsa-bangsa timur yang tadinya dijajah oleh bangsa-bangsa barat, kembali mengalami hegemoni pasca era kolonialisme dan belum dapat sepenuhnya lepas dari sisa-sisa kolonialisme tersebut meskipun telah merdeka.
Stereotape negatif seperti mengenai hegemoni bangsa barat atas bangsa timur yang seharuskan dilepaskan oleh bangsa-bangsa timur untuk kemudian berkembang dan mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa barat yang selalu dianggap sebagai Negara maju.
Tambahan dari mahasiswa yang mengikuti kegiatan presentasi, bahwa Bangsa timur dapat belajar dari era kolonialisme terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, dimana bangsa-bangsa timur yang pernah dijajah oleh bangsa barat dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan yang ditinggalkan oleh era kolonialisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar