Pos-kolonialisme masuk dalam HI sekitar tahun
1960an. Perspektif ini lahir dari analisa terhadap negara yang terjajah. Adanya
sejarah yang menunjukkan kolonialisme dan imperialisme yang terjadi pada
negara-negara di dunia. Pos-kolonialisme mengkritisi perspektif mainstream
sebelumnya yang dinilai berpihak pada kolonialisme dengan fokus power, politik,
dan negara. Selain itu, pos-koloniasme juga menolak western centric yang dibawa
oleh pemikiran moderen. Franz Fanon, Edward Said, dan Homi Bhabha merupakan
tokoh-tokoh kaum pos-kolonialisme. Poskolonialisme hadir untuk menentang
dampak-dampak yang dihasilkan oleh kolonialisme yang dinilai telah
mengkonstruksi tatanan internasional yang penuh diskriminasi. Kajian utama dari
pos-kolonialisme adalah identitas, power, dan struggle. Pos-kolonialisme
menentang teori modern yang beranggapan bahwa negara dunia pertama menjadi
pemimpin dunia karena negara dunia ketiga tidak mampu berkembang, untuk
menanggapinya, penstudi pos-kolonialisme percaya bahwa kolonialisme lah yang
mengkonstruksi stigma atas negara dunia ketiga). Kajian struggle sendiri
digambarkan sebagai usaha self-determination dan dekolonisasi guna meruntuhkan
penjajahan atau kolonialisme sehingga bersifat emansipatoris. Kritikan atas
pos-kolonialisme adalah dinilai sebagai perspektif yang muncul dari Barat yang
ada untuk mengkritisi dunia Barat pula.
Franz Fanon melihat kolonialisme yang telah terjadi
meninggalkan dampak buruk bagi negara-negara yang terjajah. Pasalnya, sebagian
dari negara-negara tersebut menjadi ketergantungan pada negara penjajah yang
notabene lebih dahulu telah maju sehingga tidak menutup kemungkinan atas
kehilangan identitas. Globalisasi diyakini lanjutan dari kolonialisme dengan
cara yang soft dengan mempengaruhi pemikiran negara lain sebagaimana
globalisasi sendiri merupakan pemikiran Barat. Sementara itu, Edward Said
mengatakan bahwa istilah postkolonialisme bukanlah sebuah bentuk gerakan
“pembebasan” atau emansipatoris melainkan merupakan bentuk baru untuk
memunculkan ide-ide hegemoni lagi Ide tersebut terlihat ketika bangsa Barat
kemudian gencar untuk mengendalikan bangsa Timur dengan cara yang berbeda dari
kolonialisme yang terlihat secara fisik. Homi Bhabha sendiri memiliki pemikiran
yang lebih terfokuskan pada budaya. Kebudayaan yang ada pada bangsa Barat
maupun Timur seolah-olah melebur dan menghasilkan satu budaya yang lebih
dominan sehingga menghegemoni budaya lain. Identitas lagi lagi diserang oleh
adanya pemikiran yang semakin modern.
Pandangan
Poskolonialisme terhadap Globalisasi
Salah satu akibat adanya Globalisasi yang juga
berkaitan dengan poskolonialisme adalah dengan dipakainya bahasa Inggris
sebagai bahasa internasional. Mengingat pada jaman dulu Inggris adalah negara
koloni yang sangat kuat. Jajahannya ada di mana-mana. Sehingga tak dapat
disangkal bahwa budayanya akan ada di setiap negara yang pernah dijajah oleh
Inggris.
Negara-negara Barat yang acapkali selalu gencar
dengan indutrialisasi dan modernisasi, dengan pembangunan ekonomi liberal,
struktur pemerintahan yang kuat, dan rasa identitas nasional yang kuat.
Negara-negara maju cenderung menguasai ekonomi untuk keuntungan negara maju itu
sendiri. Di era globalisasi, munculnya
perusahaan multi-nasional, dan kemudian, internet, telah mengubah sistem dunia
yang heterogen oleh decentering peran nation-state.
Postkolonialisme dan globalisasi menawarkan dua
pendekatan yang berbeda namun saling berhubungan dalam hal transnasional budaya.
Poskolonialisme memandang transanasional budaya dari tingkat lokal ke tingkat
yang signifikan berakar dalam karya intelektual postkolonial dan didasarkan
pada dekolonisasi dan pembangunan bangsa, dan memnganggap budaya yang tersebar
adalah produk Barat. Namun, dalam pandangan globalisasi, transnasional budaya
berasal dari transnasional studi yang didasarkan pada kompleks teori disiplin
berfokus pada struktur postnational dan budaya yang kemudian disebarluaskan
melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada
di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Terjadinya perubahan
nilai-nilai sosial pada masyarakat, sehingga memunculkan kelompok semacam
kelompok dari luar negeri (Barat) dalam negaranya sendiri, seperti meniru gaya
punk, musik pop maupun jazz, dan juga berbagai macam westernisasi dan
americanisasi lainnya. Globalisasi sebagai bentuk imperialisme budaya America
juga imperialisme budaya Eropa ke negara-negara bekas jajahannya.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
perspektif alternatif seperti pos-strukturalisme dan pos-kolonialisme memiliki
kontribusi sendiri dalam kajian ilmu HI yang semakin kompleks dan dinamis
sehingga dapat memperlihatkan hal-hal berbeda diluar perspektif tradisional.
Kontribusinya sendiri adalah mengandung kritikan atas pemikiran dari perspektif
sebelumnya guna menghasilkan perspektif yang lebih mapan. Kedua perspektif
alternatif ini berlandaskan pada level ide daripada fenomena dengan
memperhitungkan adanya konsep monopolitik dari dampak kolonialisme yang membawa
kepada kesubjektivitasan dalam hubungan internasional. Sacara ringkasnya ialah
pos-strukturalisme mengkritisi pemikiran-pemikiran strukturalis dan
pos-kolonialisme mengkritisi pemikiran-pemikiran moderen.
Review Kelas Mengenai
Poskolonialisme
Sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Pak
Muhadi pada pertemuan kelas yang membahas mengenai Poskolonialisme, bahwa
poskolonialisme itu sendiri adalah hasil stereotape yang berasal dari asumsi
yang memandang bahwa bangsa-bangsa timur yang tadinya dijajah oleh
bangsa-bangsa barat, kembali mengalami hegemoni pasca era kolonialisme dan
belum dapat sepenuhnya lepas dari sisa-sisa kolonialisme tersebut meskipun
telah merdeka.
Stereotape negatif seperti mengenai hegemoni bangsa
barat atas bangsa timur yang seharuskan dilepaskan oleh bangsa-bangsa timur
untuk kemudian berkembang dan mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa barat
yang selalu dianggap sebagai Negara maju.
Tambahan dari mahasiswa yang mengikuti kegiatan
presentasi, bahwa Bangsa timur dapat belajar dari era kolonialisme terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan, dimana bangsa-bangsa timur yang pernah dijajah
oleh bangsa barat dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan yang ditinggalkan oleh
era kolonialisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar