“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Keamanan Regional dan Scurity Complex



Bahan Kuliah Hubungan Internasional
Konsep regional security dimaksudkan untuk memahami keamanan internasional pada level analisis di tingkat subsistem regional. Konsep ini penting merujuk kekenyataan adanya tingkat otonomi yang relatif tinggi dari hubungan keamanan regional. Walaupun demikian analisis pada leval subsistem regional ini tetap diletakkan pada konteks analisis tingkat negara dan tingkat sistemik. Untuk memahami isu keamanan suatu kawasan regional kita dapat menggunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Barry Buzan. Dalam bukunya yang berjudul People, State and Fear: an Agenda for International Security Studies in the Post Cold War Era Buzan berpendapat bahwa keamanan pada dasarnya adalah suatu phenomena relational (relational phenomenon).
Oleh karena itu, keamanan suatu negara dan suatu kawasan tidak dapat difahami tanpa memahami pola hubungan saling ketergantungan keamanan diantara negara-negara kawasan tersebut. Dalam memahami keamanan regional ini maka Buzan menawarkan suatu konsep yang disebutnya sebagai phenomena security complex. Yang dimaksud dengan security complex oleh Buzan didefinisikan sebagai “a group of states whose primary security concern link together sufficiently closely that their national security cannot realistically be considered apart from one another”. Dengan demikian, konsep security complex ini mencakup aspek persaingan dan juga kerjasama diantara negara-negara yang terkait. Karakter security complex yang mencakup “interdependence of rivalry as well as that of shared interest” ini ini selanjutnya oleh Buzan diistilahkan dengan “pattern of amity and enmity among states”.
Yang dimaksud dengan amity adalah hubungan antar negara yang terjalin berdasarkan mulai dari rasa persahabatan sampai pada ekspektasi (expectation) akan mendapatkan dukungan (support) atau perlindungan satu sama lain. Sedangkan yang dimaksud dengan enmity oleh Buzan digambarkan sebagai suatu hubungan antar negara yang terjalin atas dasar kecurigaan (suspicion) dan rasa takut (fear) satu sama lain. Pattern of amity /enmity ini dapat muncul dan berkembang akibat dari berbagai isu yang tidak dapat difahami hanya dengan melihat distribution of power yang ada di antara negara-negara terkait. Hal ini dikarenakan pattern of amity/enmity dapat muncul dan berkembang akibat dari berbagai hal yang bersifat spesifik seperti sengketa perbatasan, kepentingan yang berkaitan dengan etnik tertentu, pengelompokan ideologi dan warisan sejarah lama, baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif.

Cara Memahami Pergeseran Security Complex.
Cara pertama untuk dapat memahami scurity complex adalah dengan melihat pattern of amity and enmitynya. Kedua, dengan melihat distribusi kekuasaan (distribution of power) diantara negara-negara utama atau penting di kawasan. Dalam menganalisis suatu security complex dari sudut distribusi kekuasaan maka logikanya sama dengan menganalisis polaritas dalam suatu sistem secara keseluruhan. Bedanya pergeseran distribusi kekuasaan dalam subsistem regional dapat terjadi karena faktor internal maupun faktor eksternal.
Pergeseran kekuasaan karena faktor internal dapat menyebabkan banyak hal seperti aktor tersebut mengalami disintegerasi (Pakistan 1971) atau mereka malah bisa bersatu (Jerman Pasca Perang Dingin). Pergeseran kekuasaan dapat juga terjadi karena tingkat pembangunan suatu negara. Misalnya Jepang di bandingkan dengan negara-negara lain di kawasan. Pergeeseran keuasaan karena faktor eksternal dapat mengubah struktur kekuatan local complex dalam 3 hal:
-          Dengan bergabung dalam local complex tersebut. Misalnya dengan ikut membantu militer negara-negara tertentu di kawasan atau menempatkan kekuatan militer di sana.
-          Dengan membentuk aliansi di dalam security complex tersebut. Misal apa yang dilakukan oleh AS di Eropa Barat.
-          Atau dengan cara menarik diri dari keterlibatan di suatu security complex. Seperti yang dilakukan AS ketika keluar dari Parng Vietnam tahun 1973.Namun bisa juga kekuatan eksternal justru berpretensi untuk mempertahankan statusquo. Caranya bisa dengan cara melaukan sesuatu atau juga dengan tidak melakukan perubahan-perubahan yang penting thp posisinya di kawasan.

The patterns of distribution of power dalam suatu security complex membuka peluang terjadinya alignment dan atau realignment dari negara-negara di kawasan tersebut. Sedangkan the pattern of amity and enmity akan mempengaruhi keseluruhan karakter hubungan dalam suatu kawasan. Pergeeseran dalam pattern oh hostility dapat terjadi karena perselisihan yang ada berhasil diselesaikan atau karena munculnya perselisihan baru. Jika security complex berlangsung dalam sistem bipolar maka penyelesaiannya akan amat tergantung pada dua negara negara utama pemegang peran terpenting dalam complex tsb. Misal kasus Asia Selatan. Tetapi dalam suatu security complex yang lebih kompleks, melibatkan lebih dari dua atau tiga kekuatan besar, maka penyelesaian masalah tersebut jauh lebih kompleks dan melibatkan lebih banayk aktor. Misal kasus Timur Tengah dan Asia Timur.
Contoh Kasus: Asia Timur
Asia Timur dapat dijadikan contoh kasus par excellence dari validitas pendekatan yang dikembangkan oleh Buzan di atas.  Asia Timur, dapat dikatakan merupakan satu-satunya kawasan di dunia dimana kepentingan-kepentingan antar negara di kawasan saling berbeda aspek dan dimensinya (terutama jika dilihat dari hubungan bilateral) tetapi saling berkaitan dan saling tumpang tindih secara kompleks.
China dan Jepang
China dan Jepang, misalnya, terlibat dalam konflik yang berkepanjangan akibat dendam dan sakit hati yang berakar dari warisan sejarah China terhadap Jepang yang pernah melakukan penyerangan dan pendudukan negara Tirai Bambu tersebut secara berulang kali. Kedua negara ini juga memiliki masalah akibat sengketa territorial yang tak kunjung terselesaikan, khususnya menyangkut isu pulau Ryukyu di Laut China Selatan. Lebih jauh, di samping kebutuhan akan kerjasama di bidang ekonomi dan keamanan seperti dalam penanganan isu Korea Utara, kedua negara ini juga terlibat dalam rivalitas perebutan pengaruh dan kekuasaan ekonomi dan militer di kawasan,
China dan Taiwan
China juga mempunyai konflik yang keras dan berkepanjangan dengan Taiwan. Konflik tersebut muncul sebagai akibat dari klaim China bahwa Taiwan sebagai bagian territorial yang tidak terpisahkan dari China daratan. Bahwa Taiwan dipandang oleh China sebagai propinsi pemeberontak atau separatis dari China daratan (sisi enmity). Tetapi adanya faktor dukungan keamanan AS atas Taiwan dan aspek pertimbangan kepentingan ekonomi membuat China sampai saat ini lebih dapat menahan  diri untuk tidak melakukan tindakan militer terhadap negara pulau tersebut (sisi amity).
Jepang Korea Selatan
Sementara itu, hubungan Jepang dan Korea Selatan lebih kompleks lagi. Di satu sisi kedua negara ini memiliki hubungan keamanan yang cukup kuat (sisi amity) terutama dalam konteks menghadapi ancaman dari Korea Utara serta upaya mengimbangi atau membendung pengaruh China dan Rusia di kawasan. Tetapi di sisi lain, Jepang dan Korea Selatan juga mempunyai masalah dalam hubungan keamanan mereka (sisi enmity) yang berpangkal pada dendam sejarah Korea Selatan terhadap Jepang yang pernah menduduki negara itu secara butal dan berulang-ulang di masa lampau.
Keterlibatan Negara Besar
Sementara itu keterlibatan negara-negara Super Power yang lainnya, seperti Amerika Serikat, Rusia dan Uni Eropa telah membuat jalinan security complex di kawasan semakin kompleks dan rumit. Sebagaimana diketahui, AS bergabung dengan Jepang dan Korea Selatan menentang Korea Utara dan sekaligus berusaha membendung pengaruh China. Sementara itu AS juga berada di belakang Taiwan dalam mencegah China menyerang negara tersebut sekaligus membendung meluasnya pengaruh China di kawasan itu yang dalam dasawarsa terakhir memperlihatkan “agresifitas” yang terus meningkat.
Rusia dan China
Di sisi lain,  Rusia dan China (secara diam-diam) berada di belakang Korea Utara dan juga aktif berusaha mengimbangi perluasan pengaruh ekonomi, politik dan militer AS, Jepang dan Korea Selatan dengan cara bukan saja mendukung Korea Utara dalam sengketanya dengan AS, Jepang dan Korsel tetapi juga pada saat yang sama, didukung oleh kemampuan ekonomi yang terus tumbuh, sangat aktif meningkatkan kemampuan dan pembangunan militernya. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Asia Timur termasuk kategori kawasan yang memiliki security complex yang tinggi dan kuat.
Dari sekian banyak isu keamanan yang saling berkait tersebut, sampai saat ini tampaknya isu Pembangunan Senjata Nuklir oleh Korea Utara dan isu keamanan Taiwan dari kemungkinan serangan militer China merupakan isu yang paling serius. Kedua isu tersebut melibatkan kepentingan nasional dan keamanan banyak negara sehingga menjadi concern semua pihak, tidak saja negara-negara di kawasan tetapi juga negara-negara lain di luar kawasan, terutama Amerika Serikat, Uni Eropa dan Rusia.
Tetapi sebagaimana diketahui, sampai saat ini kedua isu tersebut belum dapat diselesaikan secara tuntas, bahkan ada kecenderungan masalah tersebut berkembang semakin rumit dan menegangkan. Perkembangan tersebut tentu saja sangat mengkhawatirkan masyarakat internasional, utamanya masyarakat kawasan Asia.Untuk itu diperlukan usaha guna menyelesaikan atau mencegah agar masalah tersebut tidak mengalami eskalasi ketingkat peperangan terbuka diantara negara-negara di kawasan?

3 komentar:

  1. Mau tanya pak, kalo untuk teori regional security complex ini apa memang hanya berlaku untuk isu keamanan tradisional ? lalu bagaimana kita bisa menjelaskan isu krisis pengungsi suriah sebagai bentuk ancaman keamanan non tradisional di negara-negara di kawasan eropa ?

    BalasHapus