Oleh: Adi Rio
Arianto Salamun
Abstract
This
critical analysis is firstly to address the financial crisis in Latin America
and the problem solving by understanding the building of mechanism of
structural reformation in financial sector. Secondly, to analyze how did the
Washington Consesnus policy become a way to solve the financial crisis both in
Latin America and other developing countries. Hopefully this critical review
will bring clarity thoughtful in
understanding about the financial crisis issues in Latin America and the developing
countries, also to give more perspectives to understanding the financial crisis
problem as a whole according to the international political economy theories.
Keyword: krisis keuangan Amerika Latin, Washington
Consensus, kriris ekonomi finansial negera berkembang
Bagaimana mekanisme reformasi struktural yang
dilakukan untuk mengatasi krisis
keuangan di Amerika Latin? Bagaimana resep Washington Consensus
terhadap penyelesaian krisis di Amerika Latin yang kemudian akhirnya menjadi
solusi bagi penanganan krisis ekonomi finansial di negara-negara yang sedang
berkembang?
Introduksi dan latar belakang
Dalam
bukunya, tulisan Thomas oatley sangat berbobot dan analitis. Dekripsi dan
penjelasan oatley mengenai basis dan metode pembangunan ekonomi Negara
berkembang seperti di amerika latin berhasil menawarkan pemahaman yang cukup
komprehensif. Hal tersebut direfleksikan dalam pembahasan dinamika system financial
dan relasinya dengan krisis hutang yang melanda Negara-negara amerika latin
dimana diawali oleh uraian tentang prinsip dan mekanisme kerja pembangunan
ekonomi berbasis investasi dan pinjaman luar negeri. Namun demikian, tentu saja
setiap penulis tidak dapat lepas dari tendensi subjektif dan perspektifnya
sendiri yang menjadi karakter utama tulisannya. Oleh karenanya, penulis
berusaha mengulas aspek kajian yang kurang tereksplorasi dalam pembahasan
krisis hutang di amerika latin.
Bab
14 buku oatley, diawali oleh latar belakang dan gambaran umum pada dinamika
kebijakan ekonomi Negara Negara amerika latin yang berupaya mendorong
pertumbuhan lewat mekanisme ekonomi liberal. Tetapi, oatley meyakini bahwa
Negara Negara sedang berkembang termasuk di amerika latin seringkali melewati
periode sangat sulit dalam perjalanan ekonominya dalam hal ini berupa ledakan
krisis ekonomi. Kemajuan dan kemunduran ekonomi mereka tampak telah menjadi
siklus teratur.
Periode
dan siklus kemunduran ekonomi Negara amerika latin biasanya disebabkan oleh
fluktuasi dan gejolak perubahan pada pasar modal internasional. Hal ini
kemudian menular pada munculnya motivasi untuk menarik aliran modal asing
kedalam negeri. Pola manajemen ekonomi yang ditopang oleh pinjaman luar negeri
ini merupakan kebijakan favorit pemerintah Negara sedang berkembang. Langkah
strategis inilah yang diasumsikan sebagai pusat persoalan yang berujung pada
kewajiban Negara untuk terus membayar hutang dan akhirnya terjebak dalam krisis
hutang yang sangat akut.
Modal asing dan pembangunan ekonomi
Investasi
adalah salah satu factor paling berpengaruh yang menentukan kemampuan setiap
masyarakat untuk meningkatkan pendapatan per kapitanya. Namun, realitas
penanaman modal di Negara sedang berkembang biasanya terhambat oleh kurangnya
tabungan domestic masyarakat. Sehingga, Negara sedang berkembang berusaha
menarik modal asing lewat hutang agar bisa membiayai sector sector strategis
pembangunan ekonomi. Modal asing pada prinsipnya akan dialokasikan untuk
mendanai investasi dalam negeri. Aliran modal asing yang masuk diharapkan dapat
memajukan industrialisasi dan perkembangan ekonomi Negara. Modal asing dapat
disalurkan melalui beberapa medium. Secara umum, modal asing diklasifikasikan
menjadi 2 bentuk yakni bantuan luar negeri (foreign aid) berupa bantuan resmi
pembangunan yang disediakan oleh pmerintah negara maju atau institusi keuangan
multilateral semisal bank dunia atau IMF, sedangkan yang kedua adalah aliran
modal swasta (private capital) yang ditransfer ke Negara sedang
berkembang melalui aktifitas bisnis swasta. Aliran modal swasta dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya bank-bank komersil diluar negeri meminjamkan
modal kepada agen atau pemerintah, pembelian saham oleh individu atau lembaga
investor besar di Negara sedang berkembang atau lewat penjualan surat berharga
oleh pemerintah dan perusahaan yang kemudian dibeli oleh lembaga keuangan
swasta di Negara-negara maju.
Impor
modal asing di Negara amerika latin dipicu oleh factor bahwa pembiayaan
investasi dapat dijalankan dengan biaya yang lebih rendah dibanding hanya
bergantung pada kekuatan tabungan domestiknya. Dalam prakteknya, bantuan luar
negeri ternyata jumlahnya terbatas untuk membiayai program-program pembangunan.
Sehingga pemerintah beralih pada pinjaman terhadap modal swasta. Namun hal ini
juga tampak labil karena aliran modal swasta sangat dipengaruhi oleh keraguan
pasar financial pada kapasitas pemerintah untuk membayar kembali dan potensi
pasar di Negara sedang berkembang.
Sejarah
dan siklus awal masifnya aliran modal asing (inflow capital) ke
Negara-negara amerika latin dimulai sejak decade 1960an yang direfleksikan oleh
perubahan sikap politik Negara-negara maju. Bantuan luar negeri terutam dari
amerika serikat adalah kekuatan dominan pada saat itu. Kebijakan luar negeri AS
berubah drastic akibat munculnya kekhawatiran akan terbentuknya lembaga khusus
dalam tubuh United Nations yang bertugas mensuplai dan menopang pembiayaan
untuk pembangunan ekonomi Negara-negara yang baru merdeka terutam di amerika
latin. Situasi ini dianggap dapat mereduksi dominasi dan pengaruh AS terutama
dalam kampanye dan perangnya melawan pengaruh komunisme dari Uni Soviet.
Dinamika politik ini akhirnya mendorong ekspansi program bantuan luar negeri
selama decade 1960an.
Peminjaman dari bank komersial dan
awal krisis
Strategi
ekonomi yang dijalankan di Negara Negara amerika latin secara umum berbentuk
industrialisasi substitusi impor dimana sector industry domestic digenjot untuk
menggantika suplai barang yang biasanya dibeli dari impor. Menurut oatley
kebijakan ini menjadi slah satu factor yang mengakselerasi aliran modal asing
ke Negara Negara amerika latin. Selain itu juga didukung oleh kenaikan tajam
harga minyak dunia pada tahun 1973. Industrialisasi-substitusi impor telah
meningkatkan permintaan untuk suplai modal asing yang lebih besar. Pemerintah
Negara amerika latin adalah pihak yang paling bertanggung jawab karena dianggap
memberikan kredit dan bantuan yang sangat besar pada sector industry domestic.
Langkah ini otomatis menciptakan pengeluaran atau belanja Negara yang ikut
melonjak. Adapun konsekuensi yang tibul adalah deficit budget yang semakin
tinggi mencapai sekitar 6,7 persen dari GDP Negara Negara amerika latin diakhir
decade 1970. Di beberap Negara deficit yang ada bahkan lebih parah. Di argentina
deficit meningkat sampai lebih dari 10 persen dari GDP di pertengahan 1970 dan
tetap diatas 7 persen dari GDP hingga di awal 1980. Fenomena yang sama juga
terjadi di meksiko dengan tingkat deficit mencapai lebih dari 10 persen dari
GDP pada awal 1980an. Dari fakta ini, sebagian besar pemerintah memutuskan
untuk mengundang aliran modal asing masuk dan dimulailah siklus hutang luar
negeri.
Aliran
modal telah merangsang kenaikan luar biasa pada ekspansi hutang luar negeri di
Negara Negara sedang berkembang. Pada tahun 1970, Negara Negara ini hanya
behutang sekitar 72,7 miliar Dollar AS. Tetapi pada tahun 1980 total hutang
luar negerinya telah menggelembung mencapai angka 586,7 miliar dollar AS. 30
negara yang paling parah berhutang menanggung hampir 80 persen dari angka td
atau sekitar 461 miliar dollar AS. 7 diantaranya adalah Negara amerika latin
yakni argentina, brazil, chile, Colombia, mexico, peru, dan Venezuela. Pada
awal 1980an ketujuh Negara ini menanggung sekitar 80 persen dari total hutang
seluruh Negara amerika latin dan sekitar sepertiga dari seluruh hutang Negara
sedang berkembang didunia.
Pada
periode awal, aliran modal ini berhasil menunjukan dampak yang cukup signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Negara amerika latin dengan angka rata-rata 5,6
persen. Brazil dan meksiko masing-masing mengalami pertumbuhan tinggi sekitar
7,8 persen dan 6,8 persen antara tahun 1973 hingga 1980. Namun demikian,
dibalik pertumbuhan ekonomi dan sukses tersebut persoalan ternyata samar mulai
muncul. Masalah hutang mulai mengemuka akibat peningkatan jumlah hutang yang
tidak sebanding dengan kemampuan membayar.
Krisis
hutan amerika latin dimulai. Masalah ini diperparah oleh kebijakan pemerintah
yang tidak menginvestasikan modalnya untu sector manufaktur dan perdagangan
berbasis ekspor seperti yang terjadi di meksiko, argentina, dan Venezuela.
Jadi, beban pembayaran hutang pun naik tajam dimana pemerintah Negara amerika
latin menggunakan 38 persen dari total keuntungan ekspornya untuk membayar
hutang. Bahkan di beberapa Negara seperti brazil, chile, meksiko, dan peru
rasio hutang terhadap pendapatn ekspor bernilai lebih tinggi dari Negara lain
di amerika latin. Selain itu kenaikan tingkat suku bunga dan resesi ekonomi di
Negara Negara maju mengakibatkan hutang di amerika latin semakin akut. Beban
hutang semakin tinggi akibat bunga hutang yang semakin besar serta pendapatn
ekspor menurun karena pasar ke Negara maju mengalami stagnasi dan kemunduran
serius.
Situasi
ini ditindaklanjuti dengan melakukan pinjaman atau kembali embuat hutang luar
negeri. Akibatnya krisis hutang ameriaka latin mencapai kondisi yang luar biasa
parah. Jumlah hutang 481 miliar dollar AS pada tahun 1978 meningkat drastic
menjadi 802 miliar dolaar AS atau hampir dua kali lipatnya. Akibatnya, pendapatan
50 persen ekspor Negara amerika latin terkuras untuk membayar hutang pada tahun
1982, sementara di brazil bahkan lebih mengerikan dimana tarafnya mencapai 80
persen dari total pendapatan ekspor. Situasi tersebut jelas mengoyak
perekonomian Negara yang akhirnya terjebak dalam krisis ekonomi.
Manajemen krisis hutang
Krisis
hutang di amerika latin ditangani lewat program program reformasi domestic
terutama pada kebijakan ekonomi anggaran. IMF dan bank dunia didaulat sebagai
pihak yang bertugas membawa Negara amerika latin keluar dari krisis. Dua
lembaga ini memberikan bantuan financial sekaligus mendorong pemerintah yang
ada untuk menerapkan paket kebijakan penyesuaian structural (structural
adjustmen policy). Paket kebijakan ini berorientasi pada kebijakan pengetatan
anggaran dan reformasi structural pada liberalisasi pasar.
Analisa dan tinjauan kritis
Tulisan
Thomas oatley sangat menarik untuk dikaji. Ia berhasil menganalisa dan
menjelaskan secara detail dan koheren tentang logika dan mekanisme kerja system
financial dan relasinya dengan krisis hutang di amerika latin. Namun demikian,
penulis memandang ada sejumlah hal yang tidak dieksplorasi dengan kritis dan
jauh dalam fenomena krisis hutang tersebut.
1. Pendekatan oatley cenderung
datar dan netral sehingga kesan yang muncul adalah analisa yang hanya berkutat
pada teori lazim dan data data yang ada dilapangan saja. Oatley cenderung
menghindari pembongkaran proyek ideologis neoliberalisme dan dominasi Negara
maju dan pemodal internasional sebagai agen utama yang menstimulir terjadinya
krisis hutang di amerika latin. Untuk menjelaskan hal ini, kita perlu melihat
adanya relasi dan upaya sistemik untuk mengkontrol dan mendikte Negara amerika
latin dari Negara maju, IMF,bank dunia, dan pemodal raksasa internasional.
Lebih jauh intervensi kebijakan neoliberal tidak bisa dipisahkan dari
eksistensi dan peran rezim pemerintahan yang juga menopang dan mempraktekan ide
ide tersebut di amerika latin.
James Petras mencatat, terdapat tiga gelombang rejim demokrasi-
neoliberal di Amerika Latin. Gelombang pertama sepanjang dekade 1980an,
kira-kira bersamaan waktu dengan transisi hasil negosiasi antara kediktatoran
militer dengan pemerintahan sipil yang berlangsung di hampir seluruh benua ini.
Gelombang kedua mengikuti arah ujung dekade hingga paruh pertama dekade 1990an.
Gelombang ketiga neoliberal dimulai setelahnya.
Fernando Belaúnde dan Alan García di Peru, Raúl Alfonsín di Argentina, Miguel de la Madrid di Mexico, Julio Sanguinetti di Uruguay, dan José Sarney di Brazil, adalah figur-figur terkemuka yang mewarnai kepemimpinan di gelombang pertama rejim neoliberal hasil pemilu. Gelombang kedua dari para politisi neoliberal, adalah Carlos Andrés Pérez di Venezuela, Carlos Menem di Argentina, Fernando Collor di Brazil, Alberto Fujimori di Peru, Jaime Paz Zamora di Bolivia, Luis La Calle di Uruguay, dan Carlos Salinas di Mexico. Sedangkan gelombang ketiga rejim demokrasi-neoliberal berhasil mencapai tampuk kekuasaan antara tahun 1993 dan 1995. Mereka terdiri dari Alberto Fujimori di Peru dan Carlos Menem di Argentina, keduanya terpilih kembali dalam pemilu, pemerintahan Ernesto Zedillo di Mexico, Rafael Caldera di Venezuela, Gonzalo Sánchez de Losada di Bolivia, dan Fernando Henrique Cardoso di Brazil.
2. Analisa oatley justru tidak
memaparkan dampak negative dari implementasi kebijakan penyesuaian structural
yang menurut hemat penulis adalah factor signifikan yang turut memperparah
krisis hutang dan krisis ekonomi di Negara Negara amerika latin. Program program
seperti privatisasi, liberalisasi pasar, pencabutan subsidi, atau masifnya
investasi asing yang berakibat pada pelarian modal keluar negeri merupakan
sederet persoalan krusial yang mewarnai decade krisis amerika latin. Padahal,
paket kebijakan neoliberal ini terbukti gagal menanggulangi krisis financial di
asia. Sehingga secara umum penulis berasumsi bahwa oatley hendak memisahkan
kebijakan penaggulangan krisis hutang dengan kebijakan ekonomi pemerintah yang
bersentuhan langsung dengan sektor-sektor dasar strategis kehidupan rakyat di
amerika latin.
Menurut Reygadas, sejak diterapkannya kebijakan neoliberal
pada 1990 hingga 2005, tingkat kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin di
kawasan itu adalah yang terburuk di dunia. Misalnya, 10 persen lapisan elit
menerima hampir setengah (48 persen) total pendapatan, dimana di negara
berkembang lainnya 10 persen kaum elit menerima hanya 29.1%. Dari tahun ke
tahun, jurang pendapatan ini semakin lebar. Pada tahun 1970, satu persen
penduduk kaya menerima pendapatan 363 kali dibanding satu persen penduduk
miskin. Pada 1985, proporsi ini meningkat menjadi 417 kali. Pada dekadde yang
sama, di tahun 1970, jumlah orang miskin mencapai 118 juta, dimana angka ini
pada 1998 menyusut tinggal 82 juta orang. Tetapi, pada 1994 jumlah orang miskin
kembali melesat menembus angka 210 juta, dan terus naik hingga mencapai 222
juta pada 2005.
Pada tingkat negara, seperti Paraguay, Brazil, Bolivia, dan Panama, mencatat rekor sebagai negara yang tingkat kesenjangan penduduknya sebagai yang tertinggi di dunia. Di tingkat kota, potret kesenjangan antar penduduk juga sangat timpang. Buenos Aires, ibukota Argentina, misalnya, adalah salah satu kota dengan tingkat kesenjangan yang tertinggi di dunia. Di kota itu, rata-rata tingkat kemiskinan naik dari 4.7 persen populasi pada 1974, menjadi 57 persen 25 tahun kemudian.
Pada tingkat negara, seperti Paraguay, Brazil, Bolivia, dan Panama, mencatat rekor sebagai negara yang tingkat kesenjangan penduduknya sebagai yang tertinggi di dunia. Di tingkat kota, potret kesenjangan antar penduduk juga sangat timpang. Buenos Aires, ibukota Argentina, misalnya, adalah salah satu kota dengan tingkat kesenjangan yang tertinggi di dunia. Di kota itu, rata-rata tingkat kemiskinan naik dari 4.7 persen populasi pada 1974, menjadi 57 persen 25 tahun kemudian.
3. Asumsi oatley bahwa
pemerintah Negara Negara sedang berekembang terlalu suka melakukan overborrowing
juga perlu dikalrifikasi lebih lanjut. Menurut stiglitz, seringkali pihak
pemberi hutang atau debitur secara sengaja mengabaikan tingkat kapasitas Negara
kreditur untuk membayar hutang dan cicilannya. Bahkan lebih lanjut, stiglits
menyatakan dalam keadaan krisis pemerintah seharusnya memacu belanja pada
sektor seperti pendidikan sebagai modal investasi peningkatan sumber daya
manusia yang dapat diarahkan untuk membangun perekonomian nasional. Hal ini
justru terbalik dengan resep IMF yang melarang subsidi atau menguranginya untuk
sektor seperti pendidikan
Kesimpulan
Gagasan
dan analisa ekonomi-politik oatley adalah kontribusi yang cukup signifikan
dalam mengenali dan memahami siklus serta fenomena krisis hutang di amerika
latin. Oatley secara cermat mampu menjelaskan logika, asal muasal dan factor
factor determinan yang membentuk krisis hutang di amerika latin. Namun
demikian, perspektif yang mencoba menguak scenario sistemik dan adanya dominasi
dari rezim neoliberalsime perlu diangkat sebagai alat analisa yang dapat
menyempurnakan kajian atas krisis hutang amerika latin. Pada prinsipnya,
tinjauan kritis dan alternative (terutama analisa kelas) adalah kebutuhan yang
tidak bisa diabaikan dalam memahami realitas ekonomi-politik global.
PENAWARAN PINJAMAN UNTUK SEMUA (DAFTAR SEKARANG)
BalasHapusApakah Anda seorang pengusaha atau wanita? Apakah Anda dalam stres keuangan? Anda perlu Uang untuk memulai bisnis Anda sendiri? Apakah Anda memiliki pendapatan rendah dan merasa sulit untuk mendapatkan pinjaman dari bank lokal dan lembaga keuangan lainnya? Jawabannya ada di sini, Christiana Anderson Badan Kredit adalah jawabannya. Kami menawarkan;
a) pinjaman pribadi, ekspansi bisnis.
b) Business Start-up dan pendidikan.
c) konsolidasi utang.
d) pinjaman Keras Uang.
Namun, metode kami menawarkan kemungkinan untuk menunjukkan jumlah pinjaman yang dibutuhkan dan juga durasi Anda mampu untuk menyelesaikan pembayaran pinjaman dengan tingkat bunga 2%. Ini memberi Anda kesempatan nyata untuk mengumpulkan uang yang Anda butuhkan. Kandidat yang tertarik harus menghubungi kami melalui: angeladavidsloan@gmail.com