Oleh: Haryo Prasodjo (haryoprasodjo@ymail.com)
Look east policy (LEP) bermula dari kegagalan India dalam strategi “playing both ends against the
middle”, sementara pada saat yang sama India juga mencoba mengadopsi
pro-Soviet ‘tilt’ serta bentuk sistem
ekonomi komandonya[1].
Kebijakan Melihat ke timur India merupakan suatu upaya untuk menumbuhkan
hubungan ekonomi dan hubungan strategis lainnya yang luas dengan negara-negara
kawasan Asia lainnya dalam rangka menunjang posisi India sebagai kekuatan
regional.
Look East Policy Sebagai Penanda Berakhirnya Perang Dingin
Look East Policy Sebagai Penanda Berakhirnya Perang Dingin
Kebijakan melihat ke timur ini dimulai sejak tahun 1991, sebuah
kebijakan pasca berakhirnya perang dingin dan awal kebijakan liberalisasi
ekonomi India. Pada masa awal pemerintahannya, PM Narasimha Rao dengan dibantu
oleh pakar ekonomi India Atal Bihari Vajpayee dan Manmohan Singh terus
mempromosikan reformasi ekonomi melalui strategi look east policy, yaitu dengan cara merubah pola pembangunan
ekonomi India yang pasif dan cendrung tertutup menjadi lebih terbuka dan aktif
dalam membangun hubungan dengan negara-negara asing.
Kebijakan look east policy
juga dipengaruhi oleh runtuhnya Uni Soviet yang menjadi Rusia, serta krisis
yang melanda negara-negara Eropa Timur yang menyebabkan kerjasama India dengan
negara-negara tersebut merosot dengan serius. Selain karena keruntuhan Soviet
dan krisis yang melanda Eropa Timur saat itu, hubungan India dengan
negara-negara tetangga di sekitar kawasan juga tidak berkembang pesat yang
mengakibatkan sulit bagi India untuk menjalin kerjasama ekonomi internasional di wilayah Asia
Selatan. Pada dasarnya look east policy
merupakan sebuah formulasi kebijakan yang dirancang untuk menghadapi perubahan
tatanan global dari lingkungan regional setelah selesainya perang dingin. Yaitu
dengan cara menghindari politik marginalisasi dan mengatasi kesulitan ekonomi
India yang terjadi saat itu untuk dapat keluar dari pihak yang kalah dalam
perang dingin[2].
Look East Policy Sebagai Awal Dibukanya Kembali Hubungan India-Asia
Di sisi lain, negara-negara yang berada dalam kawasan regional Asia Tenggara sedang mengalami pertumbuhan
dalam pembangunan ekonominya. Maka dari itu, negara-negara yang berada pada
kawasan Asia Tenggara menjadi pilihan pertama India dalam mengembangkan jaringan
kerjasama ekonominya. Kerena selain
pertumbuhan ekonominya yang sedang menggeliat, negara-negara di kawasan Asia
Tenggara cendrung memiliki sejarah dan geopolitik yang hampir sama dengan
India.
Selain itu look east policy
juga mempertegas hubungan India dengan negara-negara yang berada pada kawasan
Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Pasifik[3].
Yang mana look east policy juga sebagai penanda dimulainya pergeseran
perspektif strategis India di dunia internasional[4].
Selain bertujuan untuk melibatkan negara-negara yang berada di asia timur India
untuk membantu pengintegrasian ekonomi India menuju ekonomi global dalam
menghindari politik marginalisasi dan mengatasi kesulitan ekonomi[5].
Look east policy juga merupakan
bagian dari upaya strategi India dalam menghadapi perubahan tatanan global.
Yang mana banyak negara-negara di suatu kawasan menggunakan model regionalisme
dalam melakukan pengintegrasian wilayah baik dilakukan dengan adanya persamaan
sejarah serta kebutuhan akan kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, keamanan,
sosial, dan budaya.
Asal usul kebijakan 'Look East' sendiri muncul dari kesadaran politik India dengan
fokus utama memperdalam hubungan yang saling menguntungkan antara India dengan
Asia Tenggara[6]. Pada akhir Perang
Dunia II. Perdana Menteri Jawaharlal Nehru sendiri mencoba untuk terlibat
dengan Asia Tenggara yaitu melalui dukungannya terhadap perjuangan
anti-kolonial, advokasi pan-Asianism, dan tatanan dunia internasional baru yang
didasarkan pada posisi tidak berpihak selama Perang Dingin. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa 'Look East Policy'
India adalah ekspresi tidak langsung India yang ingin kembali dari perilaku
historis India masa lalu[7].
Look East Policy Sebagai Tujuan
Kerjasama Ekonomi India
Look east policy memiliki agenda yang cukup luas, khususnya
dalam merancang agar perekonomian India dapat terus tumbuh dan berkembang.
Terdapat empat tujuan umum dari look east
policy. Yang pertama adalah reformasi dan liberalisasi ekonomi, yang mana
terdapat upaya pemerintah India untuk menurunkan hambatan dalam perdagangan dan
izin investasi agar memliki ruang yang lebih leluasa dalam menciptakan
kestabilan ekonomi dalam negeri. Yang kedua adalah adanya percepatan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketiga adalah membentuk kawasan ekonomi
regional dengan negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur India termasuk
kawasan Asia Tenggara. Dimana pembentukan blok perdagangan ini merupakan sebuah
reaksi terhadap pembentukan blok perdagangan di Eropa dan Amerika, yang juga
dimanfaatkan oleh India untuk menunjukkan kebangkitan dari ekonomi India.
Dalam menghadapi dunia yang semakin terfragmentasi, India merasa bahwa
pengelompokan dengan negara-negara Asia Tenggara akan meningkatkan posisi India
terhadap kawasan regional lainnya. India melihat bahwa sudah saatnya kawasan
Asia membentuk sebuah komunitas ekonomi dalam sebuah blok perdagangan terbesar
ketiga di dunia.
Look East Policy Sebagai Agenda
Pembangunan
Saat krisis melanada 1990-1991 merupakan momentum yang tepat bagi India
untuk melakukan reformasi ekonominya secara menyeluruh. Konsistensi terhadap
semangat yang berorientasikan pada pasar dan sektor swasta telah mewarnai
kebijakan reformasi ekonomi India tahun 1991. Telah diakui bahwa kekuatan
negara dan pasar harus memiliki peran yang signifikan untuk bermain dan meraih
keuntungan komperatfnya serta harus bekerjasama sebagai mitra dalam melakukan
pembangunan ekonomi bangsa.
Sementara itu dalam bebeapa sektor, negara harus memainkan peran yang
pro aktif terhadap inisiatif swasta yang tidak bersedia ataupun tidak mampu
untuk mengatur dirinya dalam kepentingan sosial. Di daerah-daerah yang memiliki
potensi keunggulan komperatif negara mendorong sektor swasta untuk dapat
membantu dalam program pengentasan kemiskinan, pembangunan sumber daya manusia,
penyediaan layanan sosial, seperti kesehatan, pedidikan serta program-program
lainnya yang memiliki orientasi pembangunan infrastruktur dan sosial. Selain
itu negara juga memiliki tugas baru yaitu mengawasi sektor swasta dengan
membuat sebuah badan independent yang bertugas untuk mendorong persaingan serta
penyediaan layanan jasa oleh swasta di daerah-daerah seperti dalam penyediaan
layanan utilitas, pasokan air, telekomunikasi, serta penyediaan stok barang di
pasar untuk dapat menjaga keseimbangan antara produsen dan konsumen.
Selain itu liberalisasi ekonomi India juga membuat sektor manufaktur
lebih terorganisir. Dengan membentuk sebuah pola pembelajaran dari sistem
ekonomi yang diterapkan dengan nama keajaiban Asia Timur. Dimana ekonomi
didasarkan atas orientasi ekspor global yang terintegrasi dengan sistem
pembangunan dalam negeri seperti yang telah banyak dilakukan oleh negara-negara
kawasan Asa Timur India seperti Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, Thailand,
dan Indonesia.
Model pembangunan Asia timur telah berhasil mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan dengan diikuti oleh laju tingkat standar
hidup layak masyarakatnya hanya dalam kurun waktu dua dekade. Dan India telah
lama terjebak dalam dua hal tersebut, yaitu pengerucutan subtitusi impor serta
ekonomi negara yang cendrung tertutup. Maka dari itu pada masa pemerintahannya
PM Narasimha Rao meluncurkan kebijakan yang dikenal dengan “look east policy”. Harapan dari
kebijakan tersebut adalah, agar India dapat dihadapkan dengan “populisme
kompetitif” guna merangsang laju pertumbuhan ekonomi dalam negerinya[8].
Reformasi ekonomi dilakukan oleh PM Rao melalui metode bertahap agar
dapat terus meluas dan menjangkau sektor ekonomi makro. Visi dan misi India
sangatlah jelas, yaitu hanya untuk mendapatkan stabilitas makro ekonominya
dengan melakukan pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan pertumbuhan
penduduknya yang produktif dengan ditopang oleh pertumbuhan pendapatan
perkapita yang merata dan pembukaan lapangan kerja serta pertumbuhan investasi
dalam berbagai sektor agar lebih produktif dan dinamis.
4.1.5
Look East Policy Sebagai Penanda
Reformasi Ekonomi India
Reformasi ekonomi yang dilakukan pada tahun 1991 dikatagorikan dalam dua
bidang luas, yaitu pengelolahan sektor utama ekonomi makro dan reformasi
ekonomi secara struktural pada sektor-sektor tertentu.Untuk sektor makro
ekonomi, kebijakan-kebijakan pemerintah difokuskan pada stabilisasi
pengendalian politik dalam penanganan masalah fiscal. Defisit pendapat yang
terjadi selama ini disebabkan oleh tingginya peran pemerintah yang akhirnya
menyebabkan kegiatan ekonomi tidak dapat berjalansecara efisien.
Pada tahun tersebut (1991-1992) Manhmohan Singh yang saat itu menjabat
sebagai Menteri Keuangan India mengurangi
berbagai macam bentuk subsidi pada makanan dan pupuk, dan ditahun selanjutnya
beberapa mentri keuangan setelah Singh juga turut melakukan pengurangan
terhadap investasi publik dan jaminan kesejahteraan sosial. Yang mana
langkah-langkah tersebut membantu India untuk mengurangi defisit fiskal. Reformasi ekonomi India yang dilakukan pad
atahun 1991 bukan berarti dapat berjalan mulus. Seperti yang kita ketahui India
adalah negara yang plural, dengan laju pertumbuhan penduduknya terbesar ketiga
didunia, yang mana hampir dalam kurun waktu 40 tahun ekonomi India dilakukan
secara terpusat dengan kontrol negara yang amat kuat. Hal inilah yang terus
melekat dalam pola pikir baik masyarakat maupun para birokrat yang ada di
India.
Terjadi perpecahan antara koalisi partai yang
berkuasa. Dimana masing-masing partai menggunakan powernya melalui lembaga yang
berwenang seperti bank dan lembaga keuangan lainnya untuk melancarkan
kebijakannya. Namun keadaan memaksa India untuk dapat lebih ramah terhadap
pasar. Maka reformasi ekonomi berbasir
pasarpun mau tidak mau harus dilakukan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi
India saat itu.
Look
East Policy Sebagai Pengintegrasi Ekonomi India Dengan Ekonomi
Internasional
Kebijakan look east policy
dengan reformasi ekonomi India 1991 juga telah menjadikan ekonomi India semakin
terintegrasi dengan dunia global, tidak hanya itu ekonomi India juga telah
berhasil pidah kedalam lintasan yang lebih tinggi dari pertumbuhan dan
peningkatan yang ada dalam beberapa sektor ekonomi baik mikro maupun makro.
Peningkatan ekonomi tersebut terus ditunjukkan dengan adanya perbandingan
pertumbuhan ekonomi yang hanya 3,5 % ditahun 1960-1980 an menjadi 6 % setelah
reformasi ekonomi 1991[9].
Hal demikian dapat terus mendorong dinamisasi dalam keunggulan kompetitif
dimasa-masa yang akan datang. Saat ini setelah China, India merupakan negara
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia[10].
Dengan standar hidup masyarakatnya yang semakin membaik menjadikan pasar
di India lebih menjanjikan bagi investor baik lokal maupun luar negeri untuk
menanamkan modalnya. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang signifikan juga
membantu India dalam pengentasan masyrakat miskin baik yang berada di perkotaan
maupun dipedesaan. Indikator penting dari keuntungan reformasi ekonomi 1991
adalah meningkatnya daya tarik India sebagai tujuan investasi dengan terus
meningkatnya arus masuk FDI ke India[11].
Pada tahun pertama reformasi beberapa sektor utama seperti infrastruktur dan
jaringan telekomunikasi telah membuat langkah cepat dalam penentuan lahan dan
pemberdayaan kualitas sumber daya manusia.
Beberapa wilayah telah mengalami pertumbuhan yang signifikan selama masa
restrukturisasi. Kondisis yang lebih kompetitif dengan melakukan akusisi dan
marger pasar membuat India memiliki daya saing dalam memperebutkan pasar.
Beberapa sektor seperti komponen otomotif, telekomunikasi, perangkat lunak,
farmasi, bio tekhnologi, penelitian dan pengembangan layanan yang
profesionalisme memberikan efek spilover
dengan membantu meningkatkan daya saing internasional India yaitu dengan
membantu meningkatkan laju pertumbuhan ekspor India.
Selain itu pergeseran paradigma juga dibutuhkan untuk dapat membuat
sistem baru berjalan efektif. Meletakkan kepentingan masyarakat India diatas
kepentingan para elit menjadi paradigma baru yang sedang tumbuh di India. Iklim
yang demikian terus mendorong terciptanya pemerintahan yang baik dan ditopang
dengan semakin meningkatnya kualitas hidup masyarakat India. Reformasi ekonomi
jangka panjang dimasa selanjutnya harus berorientasikan pada kesejahteraan
masyarakat India. Sehingga pemerintah dituntut untuk dapat menekan seminimal
mungkin angka kemiskinan yang ada di India yaitu dengan membangun sumberdaya
dan kwalitas masyarakat India melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan[12].
Selain itu reformasi ekonomi India yang berorientasikan pasar juga
menuntut para elit pemerintah lebih peka dan meningkatkan daya saingnya dari
swasta khususnya dalam hal layanan publik. Seperti penyediaan layanan
pendidikan, kesehatan, serta pembangunan infrastruktur sosial. Liberalisasi
ekonomi tahap dua harus mengacu pada pengembangan sektor strategis India yang
terfokus pada pengembangan sumber daya manusia yang berbasis pada ilmu
pengetahuan dan keterampilan soft skill yang tumbuh seiring dengan pertumbuhan
ekonomi negara tersebut.
Tidak hanya itu reformasi ekonomi India juga berlanjut pada marger dan
akuisisi perusahaan-perusahaan yang sakit parah. Restrukturasi perusahaan yang
bergerak baik dalam bidang layanan publik maupun swasta dilakukan secara besar-besaran.
Perusahaan sektor publik dijalankan dengan sistem baru yang lebih komersial,
dimana kepemilikan pemerintah tidak lebih dari 26% dari ekuitas yang
dipertahankan hanya sebagai pengendalian strategis perusahaan-perusahaan
tersebut. Dengan adanya sinergitas antara makro dan mikro ekonomi, India
menjadi lebih kompetitif dalam persaingan internasional.
Kelangsungan perekonomian India jangka panjang dengan terus meningkatkan
produksi ekspor barang dan jasa terus dilakukan. Selain itu penurunan bea masuk
ke tingkat yang sebanding dengan negara-negara Asia Tenggara juga dilakukan
India. Reformasi ekonomi harus bias memfasilitasi sendiri pertumbuhan India Multi National Coorporation yaitu dengan melakukan investasi asing
India dengan membangun basis produksi dan perdaganan internasional di luar
negeri. Yang mana dalam hal ini baik pemerintah dan swasta dituntut untuk dapat
saling kooperatif dan bersinergi memajukan dan menstabilkan eknomi India baik
dalam lingkup makro maupun mikro.
Selain itu yang lebih terpenting lagi adalah, semua masyarakat India
harus juga dapat merasakan manfaat dari reformasi ekonomi tersebut. Untuk itu
sinergitas antara politik dan ekonomi yang merakyat dirancang ulang secara
signifikan. Yang mana reformasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tenaga India, selain itu reformasi juga harus bertujuan untuk
menguntungkan konsumen khususnya konsumen yang berada di dalam negeri. Dalam
hal ini akan membuktikan bahwa ekonomi serta politik yang baik dengan didukung
oleh warga negara yang memiliki visi akan dapat menjaga stabilitas pertumbuhan
ekonomi India baik dalam maupun luar negeri. Selain itu pada tahun 2003 PM
India Atal Vajpayee meletakkan sebuah kebijakan baru, yakni “New East Look Policy”. Bagi
negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, kebijakan baru india tersebut perlu
ditanggapi secara positif untuk mencari dan menambah berbagai peluang kerjasama
yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, khususnya di bidang ekonomi,
investasi, perdagangan, serta sosial budaya.[13]
India telah mampu mengambil langkah kecil untuk menuju mengambil
keuntungan dari perkembangan bersejarah ini, meskipun banyak pengamat yang
skeptis bahwa India tidak akan dapat secara efektif mempertahankan look east policy dikarenakan lambatnya
reformasi ekonomi dan kurangnya integrasi yang baik dari kebijakan luar negeri
dan perdagangannya. Menteri luar negeri India Yashwant Sinha menepis anggapan
tersebut. Yashwant bersikeras bahwa India telah siap untuk memulai tahap kedua dari look east policynya, dalam
pidatonya di Harvard University, Sinha menunjukan transformasi yang luar biasa
dari sikap India terhadap Asia:
“ Di
masa lalu keterliubatan India dengan sebagian besar negara Asia termasuk Asi
tenggara dan Asia Timur dibangun atas dasar konsepsi indealis persaudaraan
Asia. Berdasarkan pada berbagai sejarah dan budaya. Irama keterkaitan kini
ditentukan oleh sebanyak jumlah perdagangan , investasi dan produksi oleh
sejarah dan budaya. Itulah yang memotivasi kami dengan look east policy yang
telah berumur satu dekake yang telah menyumbang 45 persen dari perdagangn
eksternal kita”[14].
[1] Gordon, Sandy. Dalam “
east Asia Forum: India Look East as History”. http://www.eastasiaforum.org/2010/07/17/india-looks-east-as-history/ diakses tanggal 17 April 2013.
[2] Baru, Sanjaya. Dalam “India and ASEAN: The
Emeerging Economic Relationship Towards A Bay of Bengal Community. 1 February,
2001 Indian Council For Research on International Economic Relations”. Dikases melalui http://www.icrier.org/pdf/baru61.pdf. Pada tanggal 19 Juni 2013.
[3] Mehrotra,
Lakhan. Dalam “India’s Look East Policy: Its Origin and Developmen”t. Indian Foreign Affairs Journal
Vol. 7, No. 1, January–March 2012, 75-85. Diakses melalui http://www.associationdiplomats.org/publications/ifaj/Vol7/7.1.pdf. Pada tanggal 19 Juni 2013.
[4] Dalam “India’s
Look East Policy has Started Paying Rich Devinden”, 31 Mei 2013. Diakses
melalui http://www.sify.com/news/india-s-look-east-policy-has-started-paying-rich-dividends-pm-news-national-nf5ramagahb.html. Pada tanggal 19 September 2013.
[5] Lili, Dalam “India’s
Engagement With East Asia; A Chinese Perspective”.Disampaikan pada Draft
Paper Prapered For The 24 th Asia-Pasific Roundtable June 7-9 2010, Kuala
Lumpur, Malaysia. Diakses melalui http://www.isis.org.my/files//Li_Li.pdf. Diunduh pada tanggal 18 Juni 2013.
[6]Rana, Pradumna B, Chia Wai Mun. Dalam “The need for a second round of ‘look east’ policies in south Asia”. 1 April 2013. Diakses melalui http://www.voxeu.org/article/need-second-round-look-east-policies-south-asia. Pada tanggal 24 September 2013.
[7] Peng Kuan, Eric Koo (2005). Dalam “ India’s Look East Policy: Analytical Perspectives from the Political,
Economic and Military Lenses, Policy Analysis”.
Diakses melalui www.whatisindia.com pada tanggal 19 September 2013 hal: 3.
[8] Jyoti.
“India’s Look East Policy: In its Second Phase”. Global Journal of Pharmaceutical Sciences and
Education. Volume, Number 1(2013), pp.1-14© Research India Publications.
Diakses melalui http://www.ripublication.com/gjpse/gjpsv1n1_01.pdf. Pada tanggal 24 September 2013.
[9] Panagariya, Arvind. Dalam “EDRC Policy Brief No. 02. India’s Economic Reforms, What has been
accomplished? What remains to be done? Nopember 2011”. Diakses melalui http://www.columbia.edu/~ap2231/Policy%20Papers/OPB2.pdf. Pada tanggal 24 September 2013. Hal 6.
[10] Dalam “India still second fastest growing economy: Chidambaram” The Hindu Business and Economy 27 Juli 2013. Diakses melalui http://www.thehindu.com/business/Economy/india-still-second-fastest-growing-economy-chidambaram/article4959820.ece. Pada tanggal 24 September 2013.
[11] Choudhury, Chandrahas. Dalam “ 20 Years Later, India's Transformation Is Incomplete: World View. 27 Juli 2011”. Diakses melalui http://www.bloomberg.com/news/2011-07-26/20-years-later-india-s-transformation-is-incomplete-world-view.html. Pada tanggal 24 Juni 2013.
[12] Dalam “India’s Economi One More Push. Twenty years after India’s historic economic reforms, it’s time for another big effort. 21 Juli 2011”. Diakses melalui http://www.economist.com/node/18988536. Pada tanggal 24 Juni 2013.
[13]Dalam “Upaya Merajut Kerjasama Ekonomi Dengan India”.
Diakses melalui http://www.unisosdem.org/article_detail. . Diakses tanggal 18 Februari 2013.
[14] Pidato Yashwant
Sinha " di Harvard University (Cambridge: 29 September 2003) “Upaya Merajut Kerjasama Ekonomi Dengan
India”. Diakses melalui http://www.unisosdem.org/article. Pada tanggal 18
Februari 2013.
Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar