Oleh: Haryo Prasodjo (haryoprasodjo@ymail.com)
Menurut Jessop,
runtuhnya rezim ekonomi dengan gaya Fordism menuju era baru yang disebut Post-Fordism didasari oleh beberapa faktor,
antara lain, bermunculannya teknologi baru yang lebih canggih dan efisien. Adanya
proses intenasionalisasi dan globalisasi yang memungkinkan informasi berkembang
lebih cepat. Adanya sebuah perubahan paradigma baru yang beredar di masyarakat
mengenai sistem ekonomi dengan gaya lama. Analisa Lipietz yang membagi dua
sebab dari perubahan Fordism ke Post-Fordism, yang pertama adalah faktor
internal, yang mana terjadi akibat adanya ketidak percayaan lagi terhadap
system Fordisme didalam negeri Amerika, hal ini dapat dilihat dari ketidak
mampuan sistem tersebut dalam mencegah dampak krisis. Yang kedua adalah Faktor
eksternal, karena semakin kuatnya interaksi internasional dan kompetisi
diantara Negara-negara dunia yang juga membuat andil perubahan.
Kritik
Terhadap Fordisme
Adanya kesadaran
paradigma masyarakat kelas pekerja di AS bahwa krisis di AS lebih
dilatarbelakangi intensifikasi kelas buruh/pekerja terkait produksi, dimana
jumlah pendapatan mereka tak sebanding dengan produk yang mereka hasilkan. Mikde
Davis yang mendefinisikan bahwa Demokrasi di AS adalah Demokrasi Kapitalisme
dibawah ekspansi dan pengawasan Demokrasi Borjuis dan Konsumsi Massal
akan segera menemukan titik akhirnya.
Post-Fordisme sendiri
telah melahirkan berbagai argumentasi dari berbagai pakar dengan berbagai macam
pendekatannya, berikut beberapa pendekatan itu. Yang pertama datang dari Kelompok
Neo-Smithian: berpandangan bahwa dalam mekanisme produksi jangan lagi
bergantung pada produksi masal tapi mulai menggunakan mekanisme Flexible
Specialization. Kelompok Neo-Schumpeterian: berdasarkan pendekatan long
wave, yang menitik beratkan pada paradigma Techno-Economy, yang
menjelaskan bahwa perputaran ekonomi dunia kedepannya berdasarkan perkembangan
dan kuatnya arus tekonologi informasi dan komunikas. Kelompok Neo-Marxian (kelompok
eko-pol Perancis): kelompok ini menitik beratkan perhatiannya pada
struktur regulasi yang dibuat oleh system kapitalis dalam menghadapi tantangan
krisis, instabilitas dan perubahan, dan kelompok ini tidak menekankan adanya
revolusi kepada sistem kapitalis jika ada krisis, tapi menekankan perlu adanya
reorganisasi dan rejuvenate kembali
Pada prinsipnya, poin-poin
utama dari Post-Fordisme adalah sebagai berikut, Bidang ekonomi yang jelas.
Basis barang produksi yang tidak dilakukan secara massal, adanya spesialisasi
produk dan bidang pekerjaan. Proses produksi juga ikut di dukung dengan teknologi
informasi yang baru. Barang hasil produksi lebih menekankan pada tipe
konsumen dan pasar. Sistem ekonomi yang baru terseut dapat meningkatkan
pelayanan dan pekerja kerah-putih. Adanya ruang bagi para wanita untuk juga
dapat bekerja (Hall,S: 1988)
Post-Fordisme mengacu pada usia kemajuan teknologi yang
telah mengubah mekanisme produksi. Fitur utama dari post-Fordisme adalah
organisasi birokrasi skala besar tidak berlaku dan pada kenyataannya justru menghambat
proses. Post-Fordisme yang ideal dapat dilihat pada perampingan sistem
manajemen di mana ada fleksibilitas yang lebih besar, angkatan kerja yang lebih
ramping dan spesialisasi dalam seluruh perusahaan. Post-Fordisme prihatin dengan pilihan konsumen
dan segmentasi pasar. Prinsip-prinsip dasar pasca-Fordisme akan memperkenalkan
lebih banyak fleksibilitas dan desentralisasi proses manufaktur. Ada penekanan
yang lebih tinggi pada selera konsumen personal dan individualitas daripada
melihat gaya konsumen dalam hal entitas homogen kolektif. Menghindari kepentingan nasional. Post-Fordisme
dapat didefinisikan sebagai "pola organisasi industri di mana tenaga kerja
terampil dan terpercaya digunakan terus menerus untuk mengembangkan dan
menyesuaikan produk untuk pasar kecil." Era baru ini didasarkan pada
perkembangan yang luas di bidang teknologi informasi dan mikroelektronika.
Perusahaan mulai menggunakan mesin-mesin baru yang multi purpose dan itu mudah
dan ekonomis untuk beralih dari membuat satu produk ke produk lain. Hal ini
dimungkinkan karena perkembangan program-dikendalikan komputer. Teknologi yang
fleksibel ini melahirkan spesialisasi yang fleksibel, salah satu tanda utama
pasca-Fordisme. "Ini menggabungkan kemampuan teknologi baru dengan ide
perubahan mendasar dalam sifat pasar dalam abad kedua puluh masyarakat industri
terlambat." Produk berubah secara
dramatis. Produsen mulai menekankan kualitas daripada kuantitas. Dapat
dikatakan bahwa pentingnya telah bergeser dari skala ekonomi untuk economies of scope. Itu adalah akhir dari
pasar homogen. Desain dan kemasan produk yang sangat penting. Perusahaan
berusaha untuk membedakan produk mereka. Pemasaran sebagian besar didasarkan
pada penargetan konsumen berdasarkan usia, rasa dan budaya daripada dengan
kategori kelas sosial. Masa pemakaian produk menjadi lebih pendek. Jauh lebih
mudah untuk menguji produk baru dan ide-ide dalam praktek karena perusahaan
mampu menghasilkan jumlah produk pada skala kecil. Jika sebuah produk baru
terbukti berhasil, itu mudah untuk memperluas distribusinya. Pada saat yang sama, organsation kerja
berubah. Ada munculnya kembali pekerjaan kerajinan dan pekerja harus
re-terampil. Hirarki antara karyawan diratakan dan produksi umumnya tergantung
pada semua kategori pekerja yang sering bekerja dalam tim. Ada juga telah
menjadi desentralisasi fungsi manajerial. Pekerjaan lebih mandiri, pekerja tidak
memiliki manajer di belakang mereka, yang harus terus-menerus mengatakan kepada
mereka apa yang harus dilakukan. Mereka mendapatkan kembali kontrol lebih besar
atas pekerjaan yang mereka lakukan dan menjadi lebih mandiri. Independensi ini
menyebabkan karyawan harus bekerja secara mental maupun fisik. "Dalam
posting-Fordisme, pekerja dirancang untuk bertindak sebagai komputer serta
mesin." (Murray, 1989) Pekerja didorong untuk menjadi inovatif dan untuk
berinteraksi dengan satu sama lain. Produk akhir yang disesuaikan untuk
menanggapi permintaan konsumen. Dikembangkan untuk merespon perubahan kondisi
pasar. Produksi yang fleksibel secara dramatis mengurangi permintaan untuk
tenaga kerja tidak terampil. Post-Fordisme membutuhkan pekerja berpendidikan
tinggi, Transformasi kedua ini jauh melampaui rekayasa proses. disebabkan oleh
pengenalan komputer dan peningkatan kemampuan tenaga kerja dalam
menggunakannya. Desain produk terkomputerisasi dan pembuatan memungkinkan
organisasi untuk menghasilkan layanan yang disesuaikan dengan harga produksi
massal. Akibatnya, bahkan perusahaan besar meniru pesaing mereka yang lebih
kecil: Mengurangi jumlah kantor pusat, menghilangkan lapisan birokrasi, dan
berkonsentrasi pada bisnis inti. Teknologi informasi juga telah melahirkan mode
baru organisasi internal, yang menekankan tim multidisiplin, yang anggotanya
bekerja sama dari awal pekerjaan sampai selesai
Kritik
Terhadap Sistem Post Fordism
Post-Fordisme juga memiliki
kelemahan. Itu berpengaruh besar terhadap kehidupan pribadi dan sosial. Hal ini
dikarenakan, Post-Fordisme menciptakan proyek-proyek jangka pendek. Setelah
proyek itu selesai pekerja cenderung mencari yang lebih baik, di daerah yang
berbeda. Ini tersebut menganggu hubungan mereka dengan masyarakat dan
menciptakan rasa ketidakpercayaan. Bisa dikatakan bahwa hilangnya stabilitas,
yang pernah begitu penting dalam keluarga dengan anak-anak. Selain itu, dalam
spesialisasi yang fleksibel dalam teknologi terus berubah. Bahkan orang-orang
dengan gelar universitas menemukan bahwa pada beberapa titik dalam hidup
mereka, mereka harus kembali dilatih kembali karena laju perkembangan teknologi
begitu cepat. Dan untuk alasan ini, pekerja yang lebih tua atau bahkan yang
tengah umur dirugikan bila dibandingkan dengan lulusan universitas muda, karena
perusahaan sering lebih suka memiliki karyawan muda beradaptasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar