Oleh: Haryo Prasodjo (haryoprasodjo@ymail.com)
Realisme
memiliki dua hal dalam nilai politik, yang pertama adalah kekuatan dan yag
kedua adalah kebebasan nasional. Dalam pandangan realis, negara diharuskan
memiliki kekuatan yang besar agar tidak ada negara lain yang berani terhadap
negara tersebut. Dan dalam pandangan realis pula, seorang penguasa dituntut
harus menjadi penguasa yang tidak hanya berani namun juga harus cerdik.
Pendekatan realisme sendiri merupakan sebuah pendekatan yang amat dominan dalam
kajian ilmu hubungan internasional. Adapun tokoh-tokoh realis terdahulu seperti
Tuchydides, Thomas Hobbs, dan Machiavelli. Yang mana kesemuanya tersebut
perpegangan pada sebuah sistem internasional yang sifatnya anarki. Dalam realisme negara lebih diposisikan
sebagai low of human nature. Politik merupakan cara bagaimana mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan. Manusia dilahirkan sebagai budak bagi manusia yang
lainnya.
Adapun
realisme klasik dicetuskan oleh H Morgenthau dalam bukunya politic among nation
yang mana negara-negara sebagai sebuah kesatuan akan memiliki sebuah national
intrest yang selalu berusaha untuk dapat menguasai. Karena adanya keinginan
untuk selalu berusaha untuk menguasai, maka lahirlah sebuah konsep yang
dinamakan konsep kepentingan. Yaitu negara selalu berusaha untuk mendapatkan
kekuasaan melalui politik. Dalam hal seperti ini, tidak ada yang dinamakan
universalitas dalam sebuah moral. Adapun
dalam keadaan seperti ini, prilaku negara adalah low of human nature dalam
sebuah sistem internasional yang dipahami pada struktur internasional melalui
distributor of power.
Selain itu,
terdapat kritik terhadap realisme yang mana terdapat kekurangan kemampuan
negara untuk dapat memahami tentang power. Yang mana adanya ketidak jelasan realisme dalam mendefinisikan arti dari power.
Dan kritik terakhir adalah tidak adanya kejelasan mengenai titik puncak negara
dalam mencapai power. Realisme klasik tidak dapat melihat aktor selain negara,
sehingga menganggap level aktor sama dengan level ngara (dalam hal level
analisis). Dan juga memperlakuakn aktor pada situasi anarki (negara tidak pada
satu dimensional). Adapun menurut Thuxcidides mengenai pandangannya tentang
realisme klasik adalah negara yang paling kuat adalah negara yang dapat menahan
kekuatan dari luar negara tersebut. Dan menurut machiavelli yang terpentig
dalam memperoleh dan mempertahankan keuasaan adalah dengan adanya keamanan
nasional. Dan untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan seorang pemimpin yang
kuat. Dan pandangan dari Thomas Hobbs adalah untuk mendapatkan apa yang
diinginkan oleh negara, maka harus ada apa yang dinamakan peningkatan power
dari negara tersebut.
Dalam realisme
kontemporer, kita akan mengenal apa yang dinamakan sebagai neo realis yang
beranggapan bahwa dalam sebuah sistem internasional harus terdapat apa yang
dinamakan sebagai unit dan sistem. Berbeda dengan realisme klasik yang
berangapan bahwa dalam sebuah sistem internasional harus ada sebuah ruang yang
anarki. Diaman tidak ada satu negarapun yang mendominasi didalamnya. Adapun
keunggulan dari perspektif realis adalah adanya pesimisme yang mana membuat
setiap negara harus selalu berada dalam
keadaan terbaiknya. Karena perang dapat terjadi sewaktu-waktu, hal ini seperti
apa yang dikatakan oleh kaum realis bahwa sesungguhnay perdamaian adalah jarak
antara perang yang satu dengan perang yang lainnya. Selanjutnya penolakan
realisme terhadap pandangan dan tradisi kaum idealis yang bagi realisme hanya
ada diangan-angan. Sifat dari realisme yang realsitik, yang mana sedikti sekali
terjadi perubahan. Hal yang dapat dilakukan oleh negara dalam menghadapi
ancaman adalah meminimalisir resiko. Hal yang terkadang menjadi sebuah posisi
yang dilematis adalah, saat negara berusaha untuk mengurangi resiko justru
disisi lain negara-negara meningkatkan resiko tersebut.
Dapat
digambarkan perbedaan antara realisme klasik dengan neo realis adalah adanya
perbedaan dalam memandang posisi duni internasional yang anarki. Dimana
realisme klasik menganggap dunia yang anarki hanya ada apa yan gdinamakan
dengan agency dan neo realis (K. Waltz) yang memandang dalam sebuah sistem
internasional ada yang dinamakan structure. Dunia yang paling anarki berada
pada kepala manusia. Adapun kritik Walts terhadap relaisme klasik adalah
ketidak empirikan realsime klasik dalam memahami hubungan internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar