Oleh: Ahmad Mubarak Munir, Arnodya Rizkiawan, Haryo Prasodjo, Rekha Kresana, Rochmy Hamdani Akbar, Zean Pratama
NATO
Setelah
perang dunia 2 berakhir, ada prospek yang cukup besar bagi soviet untuk bisa
memperluas ekspansi dan pengaruhnya terutama pengaruh ideologi yang dibawa oleh
soviet yang mana bertentangan dengan ideologi liberal yang di bawa oleh
negara-negara barat. Banyak pendapat yang mengatakan inilah alasan utama
Amerika dengan 11 negara barat lainnya membentuk sebuah aliansi pertahanan
bersama yang kita kenal dengan sebutan NATO[1]
. Sebelas negara yang bergabung dengan
Amerika Serikat adalah Belanda, Belgia, Denmark, Inggris, Islandia, Italia,
Kanada, Luksemburg, Norwegia, Perancis dan Portugal[2].
Namun
pernyataan tersebut dibantah oleh NATO sendiri dalam situs resminya[3].
Menurut NATO, pernyataan di atas tidak sepenuhnya benar karena NATO sendiri
memiliki 3 tujuan utama mereka membuat kerjasama pertahanan bersama yaitu NATO.
Selain untuk mencegah agar Uni Soviet tidak melakukan ekspansi, tujuan NATO
juga untuk mencegah kebangkitan militerisme nasionalis di Eropa dan juga untuk
mendorong integrasi politik Eropa.
Ketakutan
akan ekspansi Uni Soviet ini salah satunya disebabkan pada bulan februari 1948
Soviet menggoyang negara demokratis Cekoslovakia hingga akhirnya
Cekoslovakia-pun menganut paham komunis juga. Setelah kejadian ini, Amerika
mulai menjalin pembicaraan dengan beberapa negara sekutunya untuk membentuk
kerja sama pertahanan bersama. Puncaknya pada 4 april 1949, perwakilan dari
kedua belas negara tersebut menandatangin kesepakatan bersama di Washington DC.
Kesepakatan
inilah yang akhirnya menjadi NATO (North Atlantic Treaty Organization). Yang
menarik dari penandatanganan kerja sama ini adalah ketika Dean Acheson,
Sekretaris Negara Amerika Serikat pada waktu itu menandatangani kesepakatan
ini, ini adalah kali pertama Amerika mengubah kebijakan luar negerinya sejak
1700-an dimana pada akhirnya mereka menjalin kerja sama dengan negara negara di
Eropa.
Salah
satu pasal kesepakatan NATO yang paling penting adalah adanya kesepakatan bahwa
jika terdapat serangan kepada salah satu anggota NATO maka serangan itu
dianggap sebagai serangan kepada seluruh anggota NATO, sehingga seluruh anggota
NATO akan bekerja sama untuk melawan serangan itu.
Setelah
NATO terbentuk, terdapat beberapa negara lagi yang bergabung dengan NATO.
Yunani dan Turki begabung pada tahun 1952, disusul Jerman Barat pada 1955 lalu
Spanyol pada 1982.
Walaupun
pada awalnya NATO dibentuk untuk kerja sama melawan Uni Soviet, namun NATO
masih eksis sampai sekarang. Bahkan ketika
perang dingin berakhir terdapat 12 negara lagi yang bergabung dengan
NATO. Negara yang bergabung dengan NATO setelah perang dingin adalah Jerman
Timur, Ceko, Polandia, Hungaria, Estonia, Latvia, Lituania, Rumania, Slowakia,
Slovenia, Albania, dan Kroasia. Sehingga pada saat ini NATO terdiri dari 28
negara anggota.
Sebagai
tindakan dalam merespon NATO, Uni Soviet akhirnya membuat Pakta Warsawa.
Dibentuknya Pakta Warsawa setelah 6 tahun adanya NATO membuat munculnya
anggapan bahwa pada tahun 1955, para pemimpin Uni Soviet baru merasa khawatir
dengan NATO setelah Jerman Barat bergabung dengan NATO. Jerman barat menyatakan
bergabung dengan NATO pada 5 Mei 1955 dan Pakta Warsawa ditandatangani tidak
lama setelah itu, yaitu pada 14 Mei 1955.
Bergabung
dengan Uni Soviet dalam Pakta Warsawa adalah para alianisinya yaitu Albania,
Bulgaria, Cekoslovakia,Jerman Timur, Hongaria, Polandia and Romania. Pakta
Warsawa bertahan tanpa adanya anggota baru sampe akhirnya bubar bersamaan
dengan keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1950.
Selain
NATO dan Pakta Warsawa, sebenaranya masih banyak kerja sama internasional di
bidang pertahanan lain yang skalanya lebih kecil. Biasanya kerja sama
internasional di bidang pertahanan didasari dengan banyakanya Amity yang mereka punya dan sedikitnya Enmity yang ada di antara mereka.
Selain
itu terdapat juga SEATO (Southeast Asia
Treaty Organization) yang terbentuk pada tahun 1954 sampai pada sampai
1977. Kerja sama pertahanan yang terdiri dari Australia, Perancis, Pakistan,
Selandia Baru, Thailand, Filipina, Inggris dan Amerika Serikat. Namun kerja
sama ini tidak lebih dari usaha negara-negara barat untuk mencegah masuknya
paham komunis di negara-negara Asia Tenggara[4].
Six Party Talks
Kenangan
pahit mengenai bom atom yang diledakan di Hiroshima dan Nagasaki pada
penghujung perang dunia kedua sangat dirasakan oleh seluruh negara di dunia.
Tidak ada satu negara-pun yang mau negaranya bernasib sama seperti Jepang di
tahun 1945. Isu mengenai bahaya penggunaan senjata nuklir terus menjadi
pembicaraan serius banyak negara hingga akhirnya diratifikasi sebuah perjanjian
bernama The Treaty on the Non-Proliferation
of Nuclear Weapons,atau yang lebih dikenal dengan the Non-Proliferation Treaty (NPT). Perjanjian ini berisi sebuah
aturan main bagi seluruh negara dunia untuk tidak mengembangkan teknologi dalam
memperkaya nuklir sebagai senjata. Ketakutan berbagai Negara akan ancaman bom
nuklir bisa dilihat dari banyaknya negara yang ikut meratifikasi perjanjian
ini. Pada pertemuan terakhir NPT di New York pada tahun 2010, tercatat terdapat
172 negara yang berpartisipasi dalam pertemuan ini[5].
Korea
Utara sebenarnya juga ikut menyetujui NPT pada tahun 1985, namun Korea Utara
dicurigai melanggar perjanjian ini secara diam-diam dengan mengembangkan
senjata nuklir. Walaupun sudah lama beredar rumor mengenai ketidakpatuhan akan
aturan yang sudah disepakati, namun Korea Utara sendiri baru secara resmi
mengundurkan diri dari NPT pada tahun 2003[6].
Pengunduruan diri Korea Utara ini tentunya mendapatkan reaksi cukup keras dari
dunia internasional karena ketidakpatuhan akan kesepakatan untuk tidak
memperkaya senjata nuklir dianggap sebagai ancaman bersama.
Sebagai
bentuk respon atas tindakan Korea Utara ini maka dibentuklah Six Party Talks yang terdiri atas Korea
Utara, Korea Selatan, Amerika, Cina, Jepang dan Rusia. Tujuan adanya Six Party Talks adalah untuk menekan Korea
Utara agar tidak melakukan pengembangan pengayaan nuklir[7].
Perundingan
ini ternyata cukup alot negosiasinya. Sejak tahun 2003 sampai 2007 sudah
terdapat 6 putaran perundingan. Pada tahun 2007 Korea Utara cukup melunak
dengan menyutujui penutupan fasilitas nuklir di Korea Utara sebagai bentuk
keinginan Korea Utara untuk memperbaiki hubungan dengan Jepang dan Amerika[8].
Pada
tanggal 13 April 2009, Dewan Keamanan PBB mengutuk kegagalan peluncuran satelit
Korea Utara[9].
Ternyata pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB memicu
kemarahan Korea Utara hingga akhirnya pada tanggal 14 April 2009 Korea Utara
secara resmi mengumumkan bahwa Korea Utara mengundurkan diri dari Six Party Talks dan menyatakan akan
terus mengembangkan nuklirnya[10].
Korea Utara juga mengeluarkan seluruh pemeriksa nuklir di negaranya[11].
[1] Bisa
dilihat beberapa pendapat di http://www.history.com/topics/cold-war/formation-of-nato-and-warsaw-pact
diakses pada 16 April 2014 21.08 WIB
[2]
Daftar negara bisa dilihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Pakta_Pertahanan_Atlantik_Utara
diakses pada 16 April 2014 20:55 WIB
[3] “Sejarah terbentuknya NATO yang
dirilis resmi oleh NATO” bisa
dilihat di http://www.nato.int/history/nato-history.html
diakses pada 16 april 2014 21:24 WIB
[4] Bisa
dilihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Pakta_Pertahanan_Asia_Tenggara
diakses pada 16 April 2014 23:03 WIB
[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_Non-Proliferation_Treaty#cite_note-2
diakses pada 19 April 2014 19:55 WIB
[8]
Scanlon, Charles (2007). "The end of
a long confrontation. BBC News. http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/6357853.stm
Diakses pada 19 April 2014 20:15
[9] "UNSC Presidential
Statement" (2009). PBB. http://daccess-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N09/301/03/PDF/N0930103.pdf?OpenElement Diakses pada 19 April 2014 20:20 WIB
[10] "DPRK Foreign
Ministry Vehemently Refutes UNSC's "Presidential
Statement"(2009)". KCNA. http://www.kcna.co.jp/item/2009/200904/news14/20090414-23ee.html Diakses pada 19 April 2014 20:25 WIB
[11] Landler, Mark (2009).
"North Korea Says It Will Halt Talks and Restart Its Nuclear
Program". The New York Times. http://www.nytimes.com/2009/04/15/world/asia/15korea.html?ref=global-home Diakses pada 19 April 2014 20:32 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar