Oleh: Galih Wisnu Aji- Mahasiswa HI UMM
Realis melihat bahwa sistem internasional adalah anarki,
untuk survive di dunia yang sangat
berbahaya dengan tidak adanya pemerintah yang baik, sehingga harus ada pemimpin
yang mampu membuat keamanan untuk negaranya. Untuk bertahan di sistem
internasional, negara membangun pertahanan guna mengamankan negaranya agar
tidak ada negara yang mungkin akan menginvasi.[1] Deterrence bertujuan untuk menunjukkan
pada musuh untuk tidak melakukan suatu aksi. Kita yang menentukan, berusaha
menunjukkan pada musuh konsekuensi jika mereka bertindak, dan menunggu
(suksesnya deterrence dapat dihitung
dengan apakah sesuatu terjadi); jika musuh “melewati batas” yang telah kita gambarkan, kita akan memberikan
hukuman atas aksi yang mereka lakukan. Deterrence
dianggap sukses bila tidak ada satupun musuh yang memasuki batas suatu
negara. Deterrence is conservative: it
seeks to protect the status quo. Deterrence
sama seperti bertahan atau bisa dibilang menunggu, musuh harus bergerak
menjauh sebelum ada reaksi dari negara yang mempertahankan negaranya.[2]
Korea Utara membangun program nuklir untuk melakukan deterrence kepada lawan-lawannya, baik
yang berada di kawasan Asia Timur ataupun Amerika Serikat. Senjata nuklir yang
dibuat oleh Pyongyang adalah sebuah sarana pertahanan yang digunakan untuk
mengamankan negaranya dan menakut-nakuti Amerika Serikat serta negara-negara
dengan perekonomian maju di sekitarnya. Jika negara-negara tersebut mengusik
Korea Utara, maka senjata nuklir yang dikembangkan oleh Korea Utara akan
meluncur ke negara mereka masing-masing.
mantab mas. trimakasih informasinya
BalasHapus