“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Konsep Deterrence


Oleh: Galih Wisnu Aji- Mahasiswa HI UMM
Realis melihat bahwa sistem internasional adalah anarki, untuk survive di dunia yang sangat berbahaya dengan tidak adanya pemerintah yang baik, sehingga harus ada pemimpin yang mampu membuat keamanan untuk negaranya. Untuk bertahan di sistem internasional, negara membangun pertahanan guna mengamankan negaranya agar tidak ada negara yang mungkin akan menginvasi.[1] Deterrence bertujuan untuk menunjukkan pada musuh untuk tidak melakukan suatu aksi. Kita yang menentukan, berusaha menunjukkan pada musuh konsekuensi jika mereka bertindak, dan menunggu (suksesnya deterrence dapat dihitung dengan apakah sesuatu terjadi); jika musuh “melewati batas”  yang telah kita gambarkan, kita akan memberikan hukuman atas aksi yang mereka lakukan. Deterrence dianggap sukses bila tidak ada satupun musuh yang memasuki batas suatu negara. Deterrence is conservative: it seeks to protect the status quo. Deterrence sama seperti bertahan atau bisa dibilang menunggu, musuh harus bergerak menjauh sebelum ada reaksi dari negara yang mempertahankan negaranya.[2]
Korea Utara membangun program nuklir untuk melakukan deterrence kepada lawan-lawannya, baik yang berada di kawasan Asia Timur ataupun Amerika Serikat. Senjata nuklir yang dibuat oleh Pyongyang adalah sebuah sarana pertahanan yang digunakan untuk mengamankan negaranya dan menakut-nakuti Amerika Serikat serta negara-negara dengan perekonomian maju di sekitarnya. Jika negara-negara tersebut mengusik Korea Utara, maka senjata nuklir yang dikembangkan oleh Korea Utara akan meluncur ke negara mereka masing-masing.



[1] Op. Cite Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr. 2010. Understanding... Hal 121-122
[2] Branislav L. Slantchev. 2005. Introduction to International Relations Lecture 8: Deterrence and Compellence. University of California. San Diego hal 3

1 komentar: