Wahidatun Hasanah (09260139)
Saya
akan mengkritisi tentang buku dari karyanya yang berjudul “City of God”dimana
Santo Agustinus berpendapat bahwa ia melindungi tuduhan bahwa runtuhnya ataupun
kemunduran Romawi pada saat itu bukan dikarenakan karena adanya agama
kristiani,dalam hal ini Santo Agustinus membedakan antara agama dan negara
bukanlah sebuah satu kesatuan.menurunya pasang surutnya suatua negara tidak ada
sangkut pautnya terhadap pasang dan surutnya keimanan,St Agustinus bependapat
bahwa keruntuhan tersebut adalah akibat dari ulah manusia itu sendiri yang
memiliki sifat egois ataupun rakus.
Disisi
lain maju,berkembang dan mundurnya suatu negra tidak dapat kita lepskan dari
pihak-pihak yang berperan di dalamnya,yaitu baik penguasa maupun masyarakatnya
pada saat itu,hal ini merujuk pada sebuah komunitas ataupun faktor terkecil
yaitu individu,tidak dapat disanggah dalam diri manusia memang terdapat dua
kekuatan ,yaitu baik dan buruk,malaikat dan iblis,bertambahnya sbuah keimanan
dengan ketaatan dan berkurangnya keimanan dengan kemaksiatan,dalam hal ini yang
mengatur pola dan tingakah laku dari manusia itu sendiri adalah agama yang
dianutnya,di mana dalam setiap ajaran agama adalah mengajak manusia pada jalan
kebaikan,dan mencegahnya pada keburukan.
Dalam
hal negara saya berpendapat seperti pemikir-pemikir politik islam pada
umumnya,yang mana kita tidak dapat memisahkan antara negara dan agama,ataupun
agama dengan negara,karena saling berketerkaitan satu dengan yang
lainnya,negara membutuhkan agama sebagai arah bagi masyarakatnya,sedangkan
agama butuh negara sebagai alat penyebarannya, di saat suatu negara selalu
memegang teguh ajaran agamanya yang murni pada kebenaran maka niscaya negara
tersebut dapat terhindar dari keterpurukan baik dalam hal nilai dan
moral,karena hanya agamalah yang memberikan dua kontribusi nilai tersebut pada
manusia.
Maka
tanpa adanya peran agama dalam sebuah negara maka negara tersebut hanya sebagai
tubuh yang tidak kekal yang seperti yang dikemukakan St Agustinus ,maka dalam
hal ini pemikirannya mengenai konsep bahwa negara tidak ada hubungannya dengan
agama mulai menjadi rancu.St agustinus mengatakan negara adalah suatu yang
tidak kekal sedangkan jiwa adalah suatu yang kekal,hal ini yang akhirnya
merujuk pada pemikirannya mengenai the city of God.
Disisi
lain St Agustinus berpndapat bahwa kedua hal tersebut tidak dapat di
satukan,namun di sisi lain ia berpendapat sebaliknya,karena bagaimana mungkin
sebuah tubuh dapat hidup tanpa danya jiwa,dan bagaimana mungkin jiwa dapat ada
taupun berbuat tanpa danya tubuh,hal inilah yang kemudian mulai menjadi sebuah
perdeatan tersendiri dalam pemikirannya yaitu dengan adanya negara tuhan dan
negara iblis.Menurutnya negara tuhan dalah sebuah negara yang immortial,yaitu
suatu yang dilakukan demi kepentingan serta kebaikan bersama bersama,ia
menajidakn sebuah satu kesatuan antara politik dan warga negara,yang mana tidak
lagi tersekat oleh suku,ras dan agama.
Pendapatnya
tentang politik menguntungkan pihak tertinggi
gereja untuk memegang kekuasaan tertinggi dalam politik karena gereja
merupakan presentasi dari Tuhan itu sendiri,doktrin tersebut berimplikasi pada
pemikiran bahwa manusia dan negara merupakan sebuah kesatuan setuang universal
,hal inilah yang lagi-lagi bertentangan dengan argumennya dalam city of god
yang memisahkan antara keimanan dan kemunduran bangsa Romawi.
Namun
saya setuju dengan pemikirannya mengenai sumber segala kebenaran adalah kitab
suci maka manusia harus di takhlukkan dengan kitab suci,semua agama berpendapat
sama dengan apa yang ada dalam pemikirannya tersebut,karena tidak ada
sumberkebenaran yang mutlak yang datangnya dari manusia itu sendiri,khususnya
dalam islam,sebab manusia itu sendiri memiliki sifat egois ,serakah serta hawa nafsu
yang dapat menjadikan manusia itu sendiri lebih buruk dari binatang.
Adapun
tentang pemikirannya untuk tinggal digereja tanpa menikah,hal ini tentu sangat
bertentangan dengan kodrat manusia yang untuk dapat hidup secara
berpasang-pasangan serta memiliki keturunan guna kelangsugan hidup manusia itu
sendiri,mungkin ia berpendapat bahwa pemikirannya tersebut guna membendung
sifat dasar manusia yang egois dan serakah tersebut,adapun mengenai
wanita,kurang layak jika ia mengatakan sebagai lumbung dosa,karena ia sendiri
dilahirkan oleh seorang wanita,bagaimana mungkin seorang yang suci seperti
pastur lahir dati lumbung dosa,lagi-lagi hal ini merujuk pada manusia iotu
sendiri melihat pada amal dan perbuatannya masing-masing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar