“Aku bersyukur dilahirkan di Indonesia, dimana senyum masih menjadi karakter, budaya masih apik terjaga, dan optimisme masih menyulut semangat. Aku berharap, anak-anakku kelak harus lebih bangga dariku dalam memandang dan memperjuangkan Indonesianya. Jaya Selalu Negeriku Indonesia, Jayalah Selama-lamanya”

Kuis FPS (Kamis, 12 Desember 2013) Pemakaman Nelson Mandela


Oleh:  : Citra Istiqomah 13/352281/PSP/4666
PERTANYAAN:
Bayangkan ada tiga pengamat, masing-masing dari tradisi Realisme, Idealisme, dan Marxisme, mengomentari acara pemakaman Nelson Mandela. Apa komentar masing-masing?

JAWABAN:
Pertama, harus dilihat dulu kecenderungan realisme mana yang akan digunakan untuk membaca dan memaknai fenomena itu sendiri. Pengamat realisme dalam ranah yang cenderung filosofis akan mengungkapkan bahwa sosok Mandela memiliki aspek virtue, semacam nilai keutamaan berdasar pengalaman empiriknya mengangkat martabat umat manusia, mengacu pada filosofi nilai Aristotelian. Perjuangan anti-apartheidnya, sikapnya yang damai dan mendamaikan meskipun mengalami penderitaan selama 27 tahun dipenjara menjadikannya figur yang memiliki keutamaan moral. Tindakan riil/nyata melalui perjuangannya membela umat manusia itu menjadikan beliau dikagumi, bahkan setelah kematiannya. Beliau menjadi ikon riil (real icon) dari sebuah perjuangan dan symbol perdamaian. Sementara itu, dalam tradisi pemikiran realis yang berada pada ranah politik, seseorang akan cenderung memandang pemakaman Nelson Mandela sebagai fenomena privat, dalam artian, bukan sebagai persoalan sentral dalam konstelasi politik internasional karena berada bukan berada pada tataran negara melainkan tataran individu. Moralitas individu bukanlah sesuatu yang menjadi basis dan mendorong tindakan negara, namun lebih ditentukan oleh rasionalitasnya. Dalam konteks ini, negara merupakan aktor yang rasional. Orang dapat saja berkabung karena kematian Mandela, namun ini persoalan lain. Dunia akan kembali ke realitasnya, dalam logika anarkismenya sendiri, dan berjalan sesuai kenyataan bahwa rasionalitas negaralah yang menentukan bagaimana relasi antarnegara terjalin.

Di sisi lain, seorang idealis akan melihat bahwa pemakaman Mandela menjadi gambaran suatu bentuk penghormatan yang sangat pantas untuk orang yang mulia (noble) sepertinya. Sikap dan tindakan maupun perjuangan Mandela semasa hidupnya merepresentasikan nilai-nilai ideal yang ditunjukkannya melalui high standard of behaviour. Ide dan gagasan-gagasan Mandela dengan nilai-nilai kemanusiaannya berkontribusi terhadap perubahan besar, juga membentuk serta mempengaruhi konstruksi mental dan moral masyarakat. Ia bukan sekedar ikon dan simbol perdamaian, namun lebih dari itu, ia adalah pahlawan dunia. Ia adalah inspirasi dunia sekaligus contoh moral (moral example) bagi umat manusia. Seperti yang dikatakan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma saat memberikan speech di hari kematian Mandela, Mandela merupakan personifikasi dari sikap dignity dan respect yang kemudian harus dibawa atau dicontoh oleh para pengikutnya di seluruh dunia. Dunia ini akan menjadi sangat damai dan ideal ketika orang melihat dia ataupun mengikuti jejak nilai-nilai perjuangan yang ditinggalkannya.
Sementara itu, pengamat yang mempercayai tradisi Marxisme akan berpikir bahwa dunia telah kehilangan sosok revolusioner yang membongkar konteks ketidakadilan atau ketimpangan dalam struktur masyarakat yang segregatif ataupun terstratifikasi. Dengan membongkar politik apartheid dan menjatuhkan rasisme yang terinstitusionalisasi, kemiskinan dan ketimpangan sosial, politik, maupun ekonomi, Mandela telah mengubah dunia dan perjuangannya menjadi contoh nyata revolusi kelas. Dari dimensi humanis Marxis, Mandela merupakan representasi dari perjuangan manusia untuk mencapai kebaikannya sendiri sebagai seorang manusia (“summum bonum”).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar