International
Monetary Fund (IMF) organisasi internasional yang bertanggungjawab dalam
mengatur sistem finansial global dan menyediakan pinjaman kepada negara
anggotanya untuk membantu masalah-masalah keseimbangan neraca keuangan
masing-masing negara. IMF akan memberikan bantuan likuiditas kepada
negara-negara yang mengalami masalah moneter atau masalah balance of payments.
Pinjaman likuiditas ini diberikan dengan jangka waktu yang pendek. Sumber
pendanaan IMF berasalkan dari simpanan negara-negara anggota.
Namun
dalam memberikan bantuan, IMF memberikan persyaratan terlebih dahulu kepada
negara peminjam atau lebih dikenal dengan istilah Structural Adjusment
Programes (SAP), seperti privatisasi BUMN, pengetatan fiskal, liberalisasi
perdagangan, serta penghematan APBN. Hal ini menjadi wajar karena IMF berusaha
menjaga agar negara peminjam mampu membayar hutangnya kepada IMF. IMF hanya
melihat perekonomian negara peminjam secara makro. IMF sendiri sesungguhnya
tidak mengetahui kondisi mikro suatu negara peminjam yang sesungguhnya. Tidak
mengherankan SAP cenderung mendatangkan masalah baru bagi negara peminjam.
Penundukan negara peminjam oleh IMF seperti menunjukkan akan adanya
neoimperialisme. Hal ini disebabkan IMF secara tidak langsung mampu
mengintervensi urusan domestik negara peminjam.
Namun
yang terjadi di Indonesia tidak sesuai dengan harapan IMF yang berpandangan
bahwa perdagangan akan mampu mengurangi pengagguran dan tingkat kemiskinan. Ini
dapat dilihat dari mulai diberlakukannya ACFTA pada tahun 2010. Banyak
produsen-produsen di Indonesia seperti di sektor pertanian, perkebunan, tekstil
dan kerajinan kalah bersaing dan sudah banyak produsen yang gulung tikar karena
produk mereka tidak mampu bersaing dengan gempuran dari produk-produk serupa
dari Cina. Bukannya menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, justru semakin
banyaknya produsen yang gulung tikar akan menambah angka pengangguran. Di mana
masyarakat yang menganggur hanya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau
bisa dikatakan sebagai masyarakat miskin. Hal ini justru menunjukkan bahwa IMF
pada dasarnya gagal dalam mengurangi persoalan kemiskinan dan kelaparan serta
tujuan-tujuan pembangunan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar